Kamis, 19 Juni 2025

Ketika Petapakan Terbakar atau Dicuri Keyakinan Tak Pernah Terbakar

 


Bagaimana perasaan kita jika melihat petapakan Ida Betara terbakar, dicuri, atau rusak karena musibah? Perih, marah, dan hancur. Tapi justru di saat seperti itulah, kita diuji: Apakah kita menyembah bentuk luar atau menghayati hakekat-Nya yang tak tersentuh oleh dunia?
Umat Hindu Bali sangat mencintai simbol-simbol suci petapakan, pratima, barong, rangda, arca, dan pelinggih karena semua itu adalah wahana suci pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam berbagai manifestasi-Nya. Namun, di dunia yang penuh dinamika ini, tidak jarang kita menghadapi kenyataan pahit: petapakan terbakar, dicuri, jatuh saat pengarakan, atau bahkan ternodai oleh musibah yang tak terduga.
Wajar jika hati kita hancur. Karena secara materiil, tenaga, dan waktu, umat memang mengalami kerugian. Mungkin bertahun-tahun mengumpulkan dana untuk membuatnya, mungkin ratusan orang ngayah dengan sepenuh hati, atau mungkin leluhur kita sendiri yang dahulu mewujudkannya.
Namun mari kita jujur pada batin:
Apakah yang terbakar itu sesungguhnya Ida Betara? Ataukah hanya wadag duniawinya?
Sejatinya, petapakan hanyalah lambang dan wahana, bukan wujud sejati-Nya. Beliau tidak bisa terbakar oleh api, tidak ternoda oleh pencurian, dan tidak hilang hanya karena benda itu tak lagi terlihat. Beliau abadi dalam kesucian, hadir dalam hati umat-Nya yang tulus.
Peristiwa ini bisa jadi bukan semata kelalaian manusia, tapi bagian dari rencana niskala Ida Sang Hyang Widhi. Mungkin Beliau sedang membersihkan, menyucikan kembali, atau ingin agar umat-Nya kembali fokus pada hakekat bhakti, bukan pada kemelekatan bentuk fisik semata.
Dan tenanglah, segala kerugian materiil, waktu, dan tenaga yang telah hilang, bisa kembali dicari dan dipulihkan. Dunia ini luas, kesempatan selalu datang kembali. Tapi kesucian hati dan ketulusan keyakinan itulah yang paling penting untuk terus kita jaga.
Pesan Penguatan
Jangan berkecil hati, wahai umat. Jika petapakan-Nya terbakar, bukan berarti Beliau meninggalkan kita. Justru bisa jadi Beliau tengah menguji dan menguatkan batin kita: apakah kita menyembah-Nya karena bentuk, atau karena cinta dan keyakinan yang murni.
Lanjutkan sembahyangmu. Bersihkan tempat-Nya. Tapi yang lebih utama, bersihkan batinmu. Karena Beliau tidak pernah benar-benar jauh Ia hadir dalam hati yang penuh bakti dan sabar.
Disclaimer:
Artikel ini ditulis sebagai bentuk refleksi spiritual dan penguatan batin bagi umat Hindu Bali yang sedang menghadapi musibah terhadap petapakan atau simbol-simbol suci. Tidak untuk mengurangi rasa hormat terhadap bentuk luar, tetapi untuk mengajak umat memperdalam keyakinan bahwa yang sejati tidak akan pernah bisa dirampas. Dunia ini fana, tapi bhakti yang tulus akan tetap kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar