Kanda Pat yang merupakan saudara yang akan menemani manusia sejak lahir hingga meninggal nanti.
Kanda Pat adalah Empat Teman : Kanda = Teman, Pat = Empat, yaitu kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana.
Menurut Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia:
- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI
Kanda Pat Rare :
Embrio; Karen, Bra, Angdian, Lembana.
Kandungan 20 hari; Anta, Prata, Kala, Dengen.
Kandungan 40 minggu; Ari-ari, Lamas, Getih, Yeh-nyom.
Lahir, tali pusar putus; Mekair, Salabir, Mokair, Selair.
Kanda Pat Butha :
Bayi bisa bersuara; Anggapati, Prajapati, Banaspati, Banaspatiraja.
Kanda Pat Sari :
14 tahun; Sidasakti, Sidarasa, Maskuina, Ajiputrapetak.
Bercucu; Podgala, Kroda, Sari, Yasren.
BACA JUGA
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah
Kamus Hindu Bali
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Kanda Pat Atma :
Meninggal dunia; Suratman, Jogormanik, Mahakala, Dorakala.
Kanda Pat Dewa :
Manunggal (Moksa); Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, Suniasiwa.
Bentuk-bentuk kandapat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih dan yeh-nyom. Setelah mereka dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang kekuatan bathinnya terpelihara.
Bagan di atas dapat juga dibaca terbalik dengan pengertian sebagai berikut:
Hyang Widhi mewujudkan diri menjadi empat manifestasi, kemudian keempatnya itu yaitu:
Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih, dan
Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratman yang dahulu berbentuk ari-ari.
Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). Kandapat ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, kandapat keluar dari tubuh. Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa "pelangkiran" di kamar tidur, tempat bersemayamnya kanda pat ketika kita tidur pulas.
Sumber : cakepane.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar