BEBANTENAN UPAKARA BALI YANG SATVIK
Bebantenan di Bali pada masa Ida Mpu Kuturan dianjurkan untuk hanya
mempergunakan persembahan bunga (sekar) dan dupa (asep) kemenyan
majegau. Pada jaman-jaman berikut, upakara yang mempergunakan ikan /
daging dalam bebantenan dirancang oleh Dhanghyang Nirarta atas
permintaan Sri Aji Dalem Waturenggong. Jadi sesungguhnya pada jaman Ida
Mpu Kuturan bebantenan di Bali tidak diperkenankan untuk menggunakan
daging hewan, tetapi, bagaimanapun, instruksi bebantenan upakara
sebelumnya oleh Ida Mpu Kuturan diabaikan oleh Sri Aji Dalem
Waturenggong yang berkeinginan untuk menggunakan tata cara baru yang
menurutnya akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanannya rakyat Bali.
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Jadi bila sekarang, masa kini, ada orang di Bali yang ingin hanya
menggunakan persembahan nabati / vegetarian (Satvik) dalam bebantenan
upakara dan pelaksanaan upacara yadnya, dengan bunga, daun, buah, air
dan dupa dan tidak berkenan mempergunakan ikan / daging dalam bebantenan
itu sangat bisa dan tidak perlu diragukan kebenarannya, karena itulah
anjuran bebantenan upakara awal mula di Bali yang diinstruksikan oleh
Ida Mpu Kuturan... 'Sekar ring Asep Menyan Majegau'.
copas
(Berdasarkan Sumber Sastra: DHARMA HINDU BALI | AGAMA HINDU BALI,
Dikumpulkan oleh Ida Bagus Ketut Gede, Gerya Telaga Tegal, Pemecutan
Kelod, Denpasar, Bali)