Sapu laken :
tamas, pejati (aled, beras benang porosan, kulit peras, nasin peras 2 nasin sodan 2, raka, kojong rasmen, daksina, tipat kelanan, sampyan sodan n peras penyeneng) , tebasan (kulit sayut, tumpeng meplekir, 2 tulung sangkur misi nasi, kojong rasmen, raka, orti pucuk kembang tancapkan di daksinanya, sampyan nagasari)
Tebasan pasupati :
alas kain merah, aled, raka, tumpeng merah meplekir gulung endong + kuangen, kojong umah, 2 tulung sangkur endong misi nasi barak, peras tulung, payasan, ulam ayam biing panggang ... , sampyang tebasan dari endong
Nasi pemelaspas
pejati ......
9 ceper berisi nasi n takir misi paya, kelongkang, toge, paku, .....
Tebasan pegeni :kulit sayut, raka, tumpeng guru meplekir, taluh bebek lebeng, coblong misi kapas sigi n minyak goreng untuk menyalakan sigi,
tebasan beras kuning : kulit sayut, raka, tumpeng meplekir, 2 tulung sangkur, 1 takir beras kuning,
nasin pemelaspas: 9 ceper nasi
tebasan pegeni
tebasan beras kuning
nasin pemelaspas
sapu laken
banten guling
pejati dasar
pejati cenik, 11 pengideng-ideng (ceper, don dadap, untek 1, raka, plausan), peras tulung, segehan barak 9
pejati pemakuhan
pejati cenik, tamas pemakuhan (4 takir don biu seger misi adeng, pamor, menyan, kunyit), palu, segehan barak 9
melaspas mobil :
pejati
tebasan pasupati
prayascita
durmangala
peras pengambean
Oleh: I
Wayan Sudarma (Shri Danu Dharma P.)
Om
Swastyastu
1). SANGGAR
SURYA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Penastan, Ring Sor: Segehan Agung,
petabuh arak-berem-tuak.
2).
PADMASANA: Daksina Pralingga, Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Ayaban
Tumpeng pitu , Penastan, Rantasan, Cane, Sesayut Amertha Dewa, Orti, Ulap-ulap,
Sapsap, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Agung.
3).
PANUNGGUN KARANG: Daksina Pralingga, Suci Alit, Pejati, Ketipat Dampulan,
Ayaban Tumpeng lima, Rantasan, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak,
gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan Hitam.
4). LAPAAN /
PANGGUNGAN: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati , Ayaban Tumpeng 11 (Peras,
Pengulapan, Pengambyan, Dapetan, Penyeneng, Kurenan, Panyegjeg, Pancoran, soda,
pangkonan), Jerimpen Sumbu 1 pasang, pajegan buah 1, Pajegan bunga, Sesayut
lembaran: Sesayut Tulus Ayu, Sesayut Siddha Karya, Sesayut Siddha Lungguh,
Sesayut Siddha Sampurna, Sesayut Dewa Rame Rawuh. Penastan, Lamak,
Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
5). BANTEN
PEMELASPAS PELINGGIH: Suci Alit, Pejati, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Perabot
Tukang (siku, palu, pahat).
6). BANTEN
PEMELASPAS RUMAH: Suci Alit, Pejati, Ayaban Tumpeng Lima, Sesayut Pemelaspas,
Urip-urip, Ulap-ulap, Orti, Ceniga, Gantung-gantungan, Segehan Cacahan.
7). BANTEN
PELANGKIRAN (kalau ada): Pejati, ceniga, gantung-gantungan, segehan cacahan.
BANTEN
DAPUR, SUMUR: @ peras, daksina, segehan cacahan.
8). BANTEN
PEMESU: Soda 2 set, ceniga, gantung-gantungan @ 2 set, segehan panca warna.
9). CARU
PANCA SATA DI NATAH:
A. Arah
Timur: Caru ayam putih tulus, dengan urip 5, lengkap dengan banten ayaban caru,
suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga,
Gantung-gantungan, penjor, kober warna putih.
B. Arah
Selatan: Caru ayam biying (merah), dengan urip 9, lengkap dengan banten ayaban
caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng,Ceniga,
Gantung-gantungan, penjor, koberwarna .
C. Arah
Barat: Caru ayam Putih Kuning, dengan urip 7, lengkap dengan banten ayaban
caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng,
Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna kuning.
D. Arah
Utara: Caru ayam Hitam, dengan urip 4, lengkap dengan banten ayaban caru, suci
alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga,
Gantung-gantungan, penjor, kober warna Hitam.
E. Di
Tengah: Caru ayam brumbun, dengan urip 8, lengkap dengan banten ayaban caru,
Suci Laksana, Daksina Gede, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras
penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober lima warna. Sesayut
Byakala, Prayscita, Durmenggala
F.
Perlengkapan Caru yang lainnya:
Masing-masih
Caru berisi nasi bulan dengan lauk kuning telor ayam, nasi matan ai dengan lauk
putih telor ayam, nasi segara muncar dengan lauk darah mentah. Masing-masing
caru berisi: nasi selasahan, tulung urip dengan lauk kacang sawur, cau petik
dengan lauk kacang sawur, cau tampak dengan lauk kacang sawur, tri kona dengan
lauk ikan laut, dan nasi takep-takep dengan lauk ikan tawar, masing-masing ditanding
sesuai dengan arah, warna dan urip. Sapu, tulud, kulkul, tetimpug,
arak-berem-tuak-toya anyar.
10). AREPAN
SANG MAMUJA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati,sesayut Dharma Wiku,
Prayascita, Byakala, Durmenggala, Pengulapan, Eteh-eteh Padudusan alit, Payuk
Pelukatan, Sibuh Pepek, Kuskusan Sudamala, Lis Gede 1 buah. Ceniga,
Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
* Catatan:
kalau mau diturunkan tinggal merubah suci laksana menjadi suci alit, dari suci
alit menjadi suci sibakan. Caru dari panca sata menjadi eka sata.
Om Santih
Santih Santih Om
Sumber:
* Lontar Mpu
Lutuk-Koleksi pribadi
* Lontar
Kala Tatwa-Kolekasi pribadi
* Lontar
Indik Nguangun Parahyangan-Koleksi pribadi
* Lontar
Wiswakarma Tatwa-Koleksi pribadi
Written
& Posted by: Sudarma
https://paduarsana.com/tag/melaspas/
Setiap sanggah, Pemerajan, Pura dan
Kahyangan yang telah selesai dibangun akan dibuatkan suatu upacara
pengurip-urip dan kemudian dilanjutkan dengan upacara Melaspas.
Ketentuan ini dapat kita jumpai dalam lontar Dewa Tattwa, yang bunyinya
sebagai berikut:
“Nihan tingkahing angwangun Kahyangan Dewa, ring wus
puput, salwiring pakadanya wenang maplaspas alit, sesayut pengambyan,
pras penyeneng, suci 2 soroh, ring banten genahnya, mwang ring sanggar
ngawilang kwehning sanggar, iwak itik ginuling, aywa sasigar, teka
wenang Brahmana Pandita anglukat wangunan ika”.
Terjemahana bebas: “Demikianlah tata cara membangun tempat memuja
Hyang Widhi Wasa, pada saat selesai dibangun, segala peralatan/bahan
(Bangunan) wajib dibuatkan upacara melaspas kecil, dengan sesayut
pengambyan, pras penyeneng, suci 2 soroh dibebanten tempatnya, juga
disanggar (tempat memuja) menurut banyaknya tempat(linggih)memuga,
daging itik yang diguling, jangan dipecah, dan seyogyanya Brahmana
Panditalah yang patut membersihkan/mensucikan bangunan itu.
Rumah ideal
Konsep rumah tinggal yang idial normatif itu ada dinyatakan dalam berbagai susastra Hindu.
Dalam Sloka dibawah dinyatakan:
Trnaani bhuurmirudakam
Wak caturti ca suunartaa
Etaanyapi sataan gehesu
Nocchidyante kadaacana. (Manawa Dharmasastra. III.101)
Artinya: Di rumah tinggal orang yang baik
akan senantiasa ada empat hal yaitu pepohonan, air yang jernih yang
mengalir, ruang istirahat dan kata-kata yang sopan santun dan kesetiaan.
Puncak upacara melaspas
umumnya disertai dengan menancapkan tiga jenis bentuk banten yang
disebut ”Orti”. Tiga jenis banten Orti itu adalah Orti Temu, Orti Ancak
dan Orti Bingin. Tiga Orti ini menggambarkan makna dari rumah tinggal
tersebut. Orti Temu sebagai simbol yang melukiskan rumah tinggal itu
setelah dipelaspas bukan merupakan rangkaian bahan-bahan bangunan yang
bersifat sekala semata yang tak bernyawa, tetapi sudah ditemukan dengan
kekuatan spiritual yang niskala dengan upacara yadnya yang sakral. Ini
artinya rumah tinggal itu sudah hidup atau ”maurip” secara keagamaan.
Orti Ancak adalah lambang bahwa rumah tinggal itu sebagai tempat untuk
mengembangkan kehidupan yang baik dan benar atau lambang ”kawerdian”.
Kata werdhi artinya berkembang kearah yang semakin baik.
Sebelum upacara Melaspas dilakukan terlebih dahulu adalah mecaru yang maknanya :
- Nedunang Bhutakala /Mengundang sang Bhutakala
- Menghaturkan Labaan
- Mengembalikan ketempatnya masing-masing atau mengembalikan berbagai
roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat
asalnya. Dan kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa
Rintangan artinya untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu.
Upacara melaspas, yaitu:
- Mengucapkan orti pada mudra bangunan sebagai permohonan kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Orti adalah simbol komunikasi yang sebagai
permohonan dalam perlengkapan upacara dalam pemakuhan atau pemlaspasan.
- Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung
jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan )
- Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang
untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada
puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas
- Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan
(melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali
percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
- Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului
memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang
tinggi.
- Ngayaban caru prabot
- Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih)
(sumber:paduarsana.com)
Melaspas alit
sanggah kemulan yaitu bertujuan untuk dapat menyucikan/
sakralisasi bangunan yang baru selesai dibuat yang dilaksanakan setelah upacara
memakuh dengan pelaksanaannya berkaitan dengan hari baik
pedewasan yaitu :
- Menurut Tri Wara: Beteng
- Menurut Saptawara: Soma,Budha,Wrespati,dan Sukra.
- Menurut Sangawara: Tulus dan Dadi
- Menurut Sasih: Kapat, Kalima,dan Kadasa.
- Menurut penggabungan hari dan tanggal panglong: Mertadewa,Dewa ngelayang,Ayu nulus,Dewa mentas, dan bila Purnama sangat baik.
Dengan urutan pelaksanaan yang paling sederhana dapat dilakukan sebagai berikut :
- Dipuput oleh Pemangku/Pinandita yang sepenuhnya mengikhlaskan hidupnya dengan mengabdikan dirinya kepada Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa.
- Dengan Tetandingan banten yang digunakan :
- Di Sanggah Pasaksi atau sanggah Surya: Peras, Ajuman, Suci satu soroh beserta runtutannya.
- Didepan bangunan yang baru selesai disediakan dua kelompok upakara:
- Banten pemelaspas beserta runtutannya.
- Banten Ayaban tumpeng 7 beserta runtutannya.
- Pada dasar bangunan yang baru selesai diisi Pedagingan/Panca datu, dan canang pendeman.
- Pada Janggawari dalam gedong bantennya
sama dengan dipesaksi dengan dilengkapi tikar, kasur ,bantal/suci kecil
an pesuciannya dilengkapi dengan cermin dan sisir.
- Pada atap puncak bangunan/Murdha itancapi beberapa buah orti dari rontal.
- Nasi undagi, jenis banten ini diperuntukkan bagi perabot/alat-alat para undagi, misalnya: serut,timpas,siku-siku,an sebagainya.
- Pada halaman/natar,upakaranya terdiri dari: Byakala,Prayascita,durmangala,segehan agung, dan caru ayam brunbun beserta runtutannya.
- Sedangkan di depan Sang muput: Upakaranya untuk menyucikan dan untuk menghaturkan sesajen: prayascita, pengresikan, dilengkapi pras lis, cecepan, penastaan, tigasan, tetabuhan yaitu tuak,arak,berem,serta pasepan/padupan. Banten Arepan terdiri dari: peras,ajuman,daksina,rayunan,tipat kelanan,punia,dan sesari.
http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/02/melaspas-alit-sanggah-kemulan.html