Rabu, 11 April 2018

Dewa Wiwaha







Dagang Banten Bali





Dewa Wiwaha yang di ambil dari Dharma Sastra. Kami mempunayi klan atau siroh dengan posisi Anak-Agung dan Cokorda Kasta, mereka merestua dan justru mendorong cara kesetaraan yang demikian. Hal ini terjadi karena semoton-semoton kami tidak hanya berhendi di tataran upacara. Mereka telah menerapkan Darsana dan malahan juga menggabungkan apara widya dan para widya. 
Semeton Di India tempat Ibu Agama Hindu Eksis kasta tak mampu di kembalikkan menjadi warna sebagaman Itihasa dan Purana menghendaki. Ada cara lain yang dimabil oleh tokoh-tokoh pembaharu yang disebut "ekomoni Para Rsi" 

      Di Bali, titik awal kasta ini adalah Ida Maha Wakya Sri Narendara Nirarta, yang dikenal Pedanda Sakti Bau Rawuh, beliaulah cikal bakal "pengkastaan" ini, tetapi Lembaga peduli Semeton Hindu, beranikah mengungkan topeng beliau yang dianggap moksa di Pura Hulu watu? Ujilah sejarah, temukan apa yang disembunyikan oleh sejarah itu, agar kita tidak terjebak dengan ilstilah-istilah anyud, nyerod, pencabt cacakan dan tak biloh di dampingai dalan Srada Wiwaha. 
Jika ini kita ulik kita tertinggal disisi kemajuan ilmu da teknologi yang sudah mengambil alih peran agama sangat banyak. Dengan itu kita bisa fokus ke ranah Dharsana-pemahaman esesnsi hidup dan mati seoarang Hindu. Saya sendiri punya pendapat bahwa, pembangkangan dan sikap revolusioner Klan "Pande" atau pandya dengan menolak peran Brahmana dan Kepenadaan adalah kemajuan yang luas biasa, nah beranikan Lembaga ini mengambil jalan yang sama dengan Para Pande itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar