Minggu, 25 September 2016

guru piduka



guru piduka
kulit sayut, tumpeng guru meplekir, raka, kuangen, 2 tulung sangkur, daksina taluh siap matah, taluh siap lebeng, ayam panggang, suci cenik, teterag, sampyan tebasan 

bendu piduka
kulit sayut, tumpeng guru meplekir, raka, kuangen, 2 tulung sangkur, daksina taluh bebek matah, taluh bebek lebeng, bebek panggang, suci cenik, teterag, sampyan tebasan

Ajaran Hindu banyak memuat petuah akan pentingnya bakti pada orang tua atau Leluhur, itulah sebabnya umat Hindu khususnya di Bali banyak melakukan suatu upacara yang terkait dengan bhakti pada orang tua (leluhur) seperti Pitra Yadnya dan perayaan lainnya yang kadang lebih marak dibandingkan Dewa Yadnya apalagi Rsi Yadnya. Salah satu perjalanan bhakti pada leluhur adalah ”Guru Piduka” yang mempunyai makna ”Permohonan maaf pada Leluhur”.

Faktor masa lalu banyak berperan terhadap maraknya umat melakukan Guru Piduka ini. Pada masa lalu dimana di Bali masih terdapat kerajaan-kerajaan seperti Wangsa Warmadewa berkuasa yang berakhir sekitar abad XIII, juga setelah Majapahit berkuasa di Jawa Timur sehingga ditempatkannya Adipati (wakil Raja) di Bali yang bergelar Dalem, yang pertama pada Tahun 1350 Masehi. Pada masa-masa itu dan sesudahnya hubungan kekerabatan, penghormatan pada orang tua, juga kebanggaan akan keluarga atau wangsanya, sangat tinggi. Ada suatu keadaan yang disebut ”Petita Wangsa/dihilangkan asal usulnya” oleh penguasa atau ”Nyineb Wangsa/menyembunyikan asal usulnya”.

Pada masa itu Gelar Kebangsawanan seperti ”Kyayi” (bukan Kyai di-jaman sekarang), yang statusnya adalah Pembesar Kerajaan, Mantri Kerajaan, atau Amancha Bhumi, bisa saja karena sesuatu hal dicabut oleh penguasa misalnya karena melakukan kesalahan. Ada juga yang tidak ingin diketahui asal-usulnya sehingga menyembunyikannya (nyineb wangsa) bahkan ada tindakan pembakaran prasasti/lontar, atau mengganti prasasti disuatu tempat dengan yang baru yang tujuan politisnya agar tidak diketahui dengan benar asal-usulnya. Hal-hal seperti ini dikemudian hari menimbulkan masalah karena banyak kemudian yang tidak tahu asal-usulnya atau ada yang salah-sulur.

Bagi yang ingin bhakti pada leluhurnya, baik yang karena dasarnya benar sesuai ajaran agama atau yang dasarnya salah dimana mengatakan ”Kesalahang Kawitan (disalahkan leluhur)” atau ”Pidukain Guru (dimarahi orang tua), akan melakukan suatu Perjalanan Suci (Dharma Yatra) yang tujuannya meminta maaf pada leluhur atau Me-Guru Piduka.

Bagi Damuh yang melakukan Perjalanan Guru Piduka ini, tentu sebelumnya atas petunjuk dari orang yang dipercaya apakah itu Pandita, Pinandita, rohaniawan, ahli babad, atau juga Balian Pipis berupa ”metuunang”, walaupun hal terakhir ini perlu hati-hati karena tidak selalu benar. Umumnya petunjuk yang diberikan adalah agar melakukan persembahyangan ke Parhyangan Sang Catur Sanak (Empat dari Panca Tirta) dilanjutkan dengan ke Mrajan Agung atau Pura Kawitan mereka. Sarana yang dibawa adalah ”Banten Guru Piduka”. Prosesi Perjalanan Guru Piduka diawali dengan sembahyang dirumah (Kemulan Rong Tiga) untuk mohon petunjuk akan melakukan perjalanan Guru Piduka agar berjalan lancar.

Fase berikutnya ke Parhyangan Catur Sanak yang merupakan leluhur sebagian besar orang Bali, baik itu Pasek, Ida Bagus, Anak Agung, I Dewa, dll. Urutannya mengikuti urutan kedatangan Catur Sanak ini ke Bali atas permintaan Raja suami-istri ”Udayana Warmadewa & Gunapriya Dharmapatni” pada sekitar abad X, yaitu : Pertama ke Parhyangan Mpu Semeru (Mpu Mahameru), Parhyangan beliau di Besakih sekarang disebut “Pura Ratu Pasek (Pura Catur Lawa). Beliau pemeluk agama Siwa tiba di Bali pada hari Jum,at kliwon, wara pujut hari purnamaning sasih kawulu, tahun saka 921 (tahun 999 Masehi), menjalani hidup brahmacari (tidak kawin seumur hidup), namun beliu mengangkat putra dharma dari penduduk Bali Mula, yang sesudah pudgala bergelar Mpu Kamareka atau Mpu Dryakah. Selanjutnya Mpu Dryakah ini menurunkan Warga Pasek Kayuselem. Kedua ke Parhyangan Mpu Ghana Parhyangan beliau di Gelgel Klungkung, dan sekarang disebut dengan nama “Pura Dasar Bhuwana”.

Beliau penganut aliran Ghanapatya, tiba di Bali pada hari senin kliwon, wara kuningan tahun saka 922 (tahun 1000 Masehi). Parhyangan beliau berupa Meru Tumpang Tiga yang juga disebut Ratu Pasek. Ketiga ke Parhyangan Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha, pemeluk agama Budha Mahayana, tiba di Bali pada hari Rabu Kliwon, wara pahang, tahun saka 923 (tahun 1001 Masehi).

Beliau berparhyangan di Padangbai, hidup sewala brahmacari (selama hidup kawin hanya sekali) dan berpisah dengan istrinya yang tetap di Jawa yang dikenal dengan Rangda/janda dari Girah penganut ilmu hitam. Ditempat Parhyangan Mpu Kuturan telah berdiri sebuah Pura yang bernama Pura Silayukti. Ke-empat ke Parhyangan Mpu Gnijaya yang tertua dari Panca Tirta, pemeluk Brahmaisme, tiba di Bali pada hari kamis kliwon, wara dungulan, sasih kedasa, tahun saka 971 (tahun 1049 Masehi). Beliau berparhyangan di Bisbis (Gunung Lempuyang), sekarang tempat parhyangan beliau telah berdiri sebuah Pura yang bernama “Pura Lempuyang Madya”.

Setelah perjalanan ke Parhyangan Sang Catur Sanak, Damuh lalu melakukan Persembahyangan Guru Piduka ke Pura Kawitan masing-masing (Mrajan Agung, Dadya Agung). Sesudah itu umumnya dilanjutkan dengan Ngelinggihang Bhatara Kawitan dirumah masing-masing.

Demikian perjalanan Sang Damuh dalam rangka memohon maaf kepada Leluhurnya yang sesungguhnya lebih tepat karena Damuh ingin melakukan ajaran agama dengan baik yang tertuang dalam Ajaran Catur Guru, Tri Rnam, dan Panca Yadnya. Semoga niat baik ini memberikan kedamaian bagi Damuh, keluarga, serta keturunannya. –sumber


Sabtu, 24 September 2016

Bayuh oton



pejati
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu 

wariga 

pon 
pejati
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu :  kulit sayut, raka, tumpeng 7, 2 tulung sangkur, kuangen 1, peras tulung, payasan, kojong umah, prayascita, tebasan guru

kuangen 4 ...........

wariga : aled, raka, ceper nasi diatasnya uang 4 keteng, kojong rangkadan, sampyan

pon : === aled, raka, pis bolong 77 keteng diatasnya penek agung, kojong manak, takir beras kuning
         === aled, raka, pis bolong 77 keteng, nasin sodan agung (sege liwet) diatasnya tebusan benang kuning, kojong umah, ayam putih panggang
         === santun nyuh 3, taluh ... 3, beras 1/4 - 1/2 kg, canang 3 
mepalunemya  


anggara umanis wariga 
kamis pon wariga
kamis umanis matal 
redite umanis langkir  
soma pon ugu
saniscara pon ugu

Umanis 
===== aled, raka, pis bolong 55 cobekmisi nasin sodan agung/ gede (nasi liwet), kojong umah, sampyan .....

===== aled, raka, pis bolong satak, ceper nasi barak, kojong umah, sampyan ....

===== aled, raka,  pis bolong satak diatasnya ..... penek dililit benang tebus, , kojong kurenan, sampyan ....

Matal : nasi uduk. pis bolong 4 keteng, opor ayam n bebek
Ugu :  nasi polan, pis bolong 10 keten, opor bebek



bayuh oton menek kelih 
===banten dedari : raka, kojong kurenan, 10 tanding penek putih kuning

=== tebasan

Bayuh oton / ruwatan menurut kelahiran
Drs. I nyoman singgin wikarman
Penerbit paramita Surabaya
Jl. Pegesangan 59 surabaya
Jl a yani 119 surabaya
Jl hayam wuruk 127 denpasar
Juli 1998

      Manusia lahir dengan karma baik dan buruk yg dibawa dari kelahiran sebelumnya. Sloka svargacyuta yi manusia lahir dr sorga (svargacita) dan dr neraka (nerakacita) (sarasamuscaya 7). Juga dlm Vrhaspati Tattva : “sadu-sadu maha satva karma phalanca,”
Artinya : antyanta dibyaning tatkwan anaku bhagawan brehaspati. Apan akuweh ngaranin wasana ngaran ikang ginaweh jalma, ia ta binuti paring paratra. Ri jalma nia muwah yana ala, yana ayu, asing ngatah, sakaluiraning karma ginaweakena, enti marakalania, kadiangadiun wadaingingu, wusilang ingunia, ikang diun pinasahang inahallang kawekasta amben nia, gandania, rumaket juga ikang karma wasana. Yatika uparenga irikang atma. Koparengganikan atma yataraga ngaran. Ikang wasana wedumadia ning raga matangiang mayuning karma arsa saluiring ikang karma wasana, ikang wasana pwaya dueg, umungparengganing yatadumadyang ikang jatma mapalenang, ana dewa yoni, ana raksasa yoni ana detya yoni, ana naga yoni”
Artinya : sebab banyak yang disebut wasana namanya perbuatan yang telah dikerjakan terdahulu itu dinikmati di alam baka pada penjelmaan lagi, kalau baik atau buruk masing-masing disebabkan oleh karma yang diperbuatnya. Selesai menikmati pahalanya (di alam baka) seperti priuk yang telah berisi mentega telah habis menteganya priuk itu dibersihkan namun bekasnya masih berbau yang melekat pada priuk itu. Itulah yg disebut vaasanaa. Itu menghiasi sang Atma. Hiasan dan vaasanaa menjadi badan. Karma vaasanaa yg menjadi hiasan atma menjadikan wujud badan dan sifat manusia berbeda. Ada yg bersifat deva, rakus, daitya, naga.

Yoni mengacu pada sifat (suksma sarira). Karma buruk menyebabkan sifat detya, naga, sedang karma baik menjadikan manusia bertabiat luhur.

Penglukatan mpu leger
Bhatara siva berputra 2 yi bhatara kala dan deva kumara.
Suatu ketika bhatara kala bertabiat seperti  raksasa bertanya pada ayahnya “siapa saja yg boleh disantapnya?” jawabannya yi “yg berjalan tengah hari dan yg lahir wuku wayang.”
Krn deva kumara lahir wuku wayang maka bhatara kala ingin menyantapnya.
Deva siva menyuruhnya lari ke bumi. Untuk menghalangi tertangkapnya deva kumara siva dan bhatari uma mengendarai lembu putih turun ke bumi tepat tengah hari. Kala ingin menyantapnya. Siva berkelit dengan teka teki, karena kala tak mampu maka tak bisa menyantap, sementara itu kumara telah berlari jauh dan bersembunyi di onggokan sampah. Kala menerkam kumara lolos. Kala mengutuk “siapa saja yang membuang sampah sembarangan agar kena penyakit menular”. Kumara lari lalu bersembunyi di tungku api kala menangkap tapi kumara berkelit lolos, kala mengutuk “siapa yang tidak menutuk tungku agar kebakaran”. Kumara lari hingga menemui pagelaran wayang. Oleh dalang ia disembunyikan di bumbung gender. Tibalah kala, karena lapar lalu menyantap banten. Kala bertanya “dimana kumara bersembunyi?” dalang menjawab kumara ada dalam perlindungannya. Jika kala dapat mengembalikan banten dengan utuh maka kumara akan diserahkan. Kala nyerah. Kala dank i dalang membuat kesepakatan “jika ada yang lahir wuku wayang dan tidak dilukat maka bole disantap”.
Wayang
Sanggah tutuan bantennya suci 2 soroh
Dibawahnya bebangkit n gelar sanga
Caru panca sato
Tebasan bagu yang dibayuh
Mendirikan laapan sudut 3 bantennya suci 1, santun 1, uang kepeng … , penek putih 5, ayam putih
Sanggah cucuk 3 ditempatkan pada batas kelir2 bantennya danaan, kembang payas, lenga wangi burat wangi
Di Wayangnya ; suci n itik,
Pulo gembal, sekar taman, canang pajegan, canang pengraos
Santun serba 4, uang kepeng 1700
Peras penyeneng, segehan agung ditempatkan pada dulang dagingnya betutu
Tirtha penglukatan sang mpu leger ditempatkan pada sangku sudamala beralaskan beras, benang, uang kepeng 225
Bunga 11 warna, duri2, sam-sam, wija kuning

Jalannya upacara
Bumi sudha/Mecaru
Mempersembahkan upasaksi kpd hyang widhi
Mempersembahkan bebangkit kepd catur dewi dengan gelar sanga kpd buthakala
Ki dalang menggelar wayangnya dg lakon buthakala
Penglukatan pd anak
Mejaya-jaya
Natab dapetan

diun endah ia ika wasana ngaran. Samangkana ikang karma wasana ngaran.


Kliwon :
Penek agung 1, daging ayam brumbun panggang, gerih, getem, soring penek uang 88, raka, godoh tumpi, tebusannya anut pancawara, sedehy, segeh liwet pd pinggan. Daging sawung blm bertelur, kuluman, dangdang udung, jangan pepeingasem, sambel tan tinarasem, tebus manca wara; tumpeng agung, pupuknya waringin

Umanis
Tebusannya penek agung 1, ayam putih panggang, uang 55 taruh dibawah penek, raka, tetebus sedah, segeh liwet di pinggan, daging babi seharga 55, tebusannya putih, pupuknya teleng putih

Paing
Carunya penek agung 1 dibawahnya uang 99, ayam biing panggang, balung gegending, raka, godoh tumpi, tetebus sedah 9, sega liwet mewadah pinggan, daging babi harga 99, sayuran kekarahinasem


Pon
Penek agung dibawahnya uang 77, ayam putih kuning panggang, sayur usus diolah,  raka, godoh tumpi,  sega liwet mewadah pinggan, daging babi harga 77, tetebus benang kuning


Wage
Nasi jauman dibawahnya uang 44, ayam ireng panggang, raka, godoh tumpi,  sega liwet mewadah pinggan, daging babi harga 44





Sinta
Nasi, pindang daging kerbau 2 keteng,

Landep
Tumpeng, 4 keteng

Wukir
Nasi uduk, ayam putih diopor, sayuran 5 macam, 4 keteng

Kulantir
Tumpeng, ayam lurik dipecel, 7 keteng

Taulu
Nasi uduk, 3 keteng, opor ayam

Gumbreg
Nasi, pindang ayam brumbun, sayur 9 macam, 4 keteng

Wariga alit
Nasi urab, gecko daging kerbau, 4 keteng

Wariga agung
Nasi uduk, opor bebek, sayuran 5 macam, 5 keteng

Julungwangi
Nasi, ayam brumbun, uang 8,5 sen, kucing

Sungsang
Nasi megana/kebuli n tumpeng, 2, ayam n bebek, sayur 9 macam campur dlm tumpeng, selawat 10 keteng

Dungulan
Nasi, kambing

Kuningan
Nasi kuning, kerbau, uang 6 keteng

Langkir
Nasi uduk, opor kambing n ikan, sayuran lengkap, 5 keteng

Medangsia
Nasi merah, sayur bayam merah, pindang ayam merah, bunga setaman merah, selawat baru masih merah 40 keteng,

Pujut
Tumpeng, ayam merah panggang, sayur 9 macam, selawat 30 keteng

Pahang
Nasi uduk, ayam satu warna opor, sayuran 11 macam, 9 keteng

Krulut
Sayuran macam2, jajan pasar, bunga boreh,

Mrakeh
Nasi uduk, opor ayam bulu 1 warna, ketan uli, 100 keteng

Tambir
Nasi , pindang bebek, kuah merah n putih, timun 25 biji, selawat pisau raut baja n 1 jarum

Medangkungan
Nasi kuning, ayam goring bulu biring kuning brumbun, bubur merah, 5 keteng



Matal
Nasi uduk, opor ayam n bebek, 4 keteng

Uye
Jajan pasar satak slawe (110) sen, madu

Menial
Nasi, ayam n ikan, sayur macam2, sambal goring, 8 kt

Perangbakat
Tumpeng, daging sapi manis, sayur macam2, selawat pacul

Bala
Tumpeng, 7 macam sayur, ayam hitam panggang, 40

Ugu
Nasi, ketan uli, jajan pasar, opor bebek, 10 kt

Wayang
Tumpeng, ayam, macam2 sayur, 40 kt

Kelau
Nasi golong, ayam n bebek bulu merah, daging burung, 5 kt

Dukut
Tumpeng, ayam brumbun putih panggang, 10 sen

Watugunung
Nasi, asam, ketan uli dodol, sayur 7 macam, 9 kt

Lontar wrespati kalpa n beakala wetoning rare

Wrespati kalpa n primbon jawa
Minggu emas
Caru : di sanggah kemulan suci 1, itik yg sudah bertelur, beras 5 catu, uang 555, benang 5 tukel, telur 5, pisang 5 ijas, kelapa 5, semuanya jd 1 bakul/keranjang. Sesayut kusuma jati 1 dulang dengan nasi putih, ayam putih mepanggang, sekar putih 5, airnya 5 mata air, tebasan durmangala, prayascita, peras pengambean

Senen perak
Caru : beras 4 catu, kelapa 5 bungkul, telur 4 butir, benang 4 tukel, pisang 4 ijas, uang 444 jadi 1 bakul. Penglukatan payuk 4 dr 4 mata air, sayut sita rengep 1 dulang dengan nasi ireng, pucuk bunga teleng biru, ayam brumbun panggang, suci 1 dengan daging itik yg pernah bertelur, prayascita, durmangala



Selasa gangsa
Caru : beras 3 catu, benang 3 tukel, kelapa 3 telur 3 pisang 3 ijas uang 333 jd 1 bakul, sesayut wirakesuma 1 dulang, nasi oranya, ayam biing kuning panggang potong2 dipolakan bangun urip dipucaki samsam landep, bunga 3 jenis, suci peras dipersembahkan ke surya. Penglukatan 3 payuk dr 3 mata air,


Rabu besi
Caru : beras 7 catu, telur 7, kelapa 7, pisang 7 ijas, benang tukel 7 uang 777 jd 1 bakul. Sesayut purna sukha 1 dulang, nasi kuning mesaur samsan delina wanta. Ayam putih kekuningan panggang diperesi tebu ratu, sekar putih 7 kuncup, sudamala, suci asoroh, prayascita, durmangala itik yg pernah bertelur, peras, bayuan. Penglukatan 7 payuk dr 7 mata air


Kamis perunggu
Caru : beras 8 catu, kelapa 8, telur 8, pisang 8 ijas, benang 8 tukel, uang 888, sayut kusuma ganda wati dengan nasi dadu, ayam brumbun, prayascita, durmangala. Melukat air 8 payuk dr 8 mata air, suci 1, bebek, peras dg ayam panggang.


Jum at tembaga
Caru : beras 6 catu, sesayutnya; liwet raja kiru adulang, nasi aru cendana mepucuk teleng biru, yam klau panggang, bunga cempaka kuning 6 kuncup, suci itik, prayascita, durmangala. Penglukatan 6 payuk dr 6 mata air

Sabtu timah
Caru : beras 9 catu, telur 9, kelapa 9, pisang 9 ijas, benang 9 tukel, uang 999 jd 1 bakul.  Sayut kusumayudha, nasi merah, ayam biing panggang, sampyan ending bunga 9,
Suci 1 n itik, peras, prayascita, dermangala.

Penglukatan 9 payuk dr 9 mata air


SANG NILACANDRA





SANG NILACANDRA

Di kisahkan Sang Kunjarakarna, putra Raja Dumbajaya, bertahta di negeri Pandhi, betapa hebat laku tapanya, memuja Sang Hyang Werocana. Lagi pula ia telah diberikan anugrah, dan namanya sudah diganti, yakni bernama Bhagawan Handasingha. Ia menjadi pertapa telanjang,lalu ia membangun asrama di tengah hutan. Ia mampu pulang ke alam gaib. Ia bias hilang, bias muncul dimana mana. Ia belajar sendiri tentang ajaran Budha.

Diceritakan lagi adiknya bernama Sri Purnawijaya, putra Raja Utarsa, sebagai sepupu Sang Kunarakarna. Di negeri Narajadesa atau dinamakan Kerajaan Kendran bertahta seorang raja bernama Sri Nilacandra. Pengendalian Nafsunya begitu kuat, tekun mendalami ajaran agama, ia juga telah menguasai catur warga.dan hendak membuat tiruan sorga dan neraka lengkap dengan penjaganya. Termasuk tiruan Matahari dan bulan yg di buat dari emas, perak, permata serta tembaga.
Suatu saat datanglah Raja Yudistira beserta keempat saudaranya di sertai permaisuri beliau. Beliau disambut dengan ramah oleh Sri Nilacandra berserta permaisuri beliau . dan para Pandawa di ajak keliling melihat istana emas sang raja berserta tiruan sorga dan neraka yang begitu indah.
Raja Yudistira bersabda: Wahai engkau Raja Nilacandra dan menterimu sekalian, kuatkanlah imanmu dalam melakoni ajaran Budha, sebab puncak laku tapamu akan mengantarkan dirimu mengetahui sorga dan neraka. Betapa sejuknya hati orang orang di negeri Narajadesa sebagai tonggak awal menjaga kehidupan, memegang teguh ajaran Budha, menciptakan keselamatan dunia. Demikian sabda Sang Maharaja dan beliu kembali ke Hastina di hadiahi emas permata oleh Raja Nilacandra.

Diceritakan dua orang Maharaja besar bernama Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa. Beliau mengadakan utusan menyelidiki orang orang, seluruh masyarakat hingga ke dusun dusun , terlebih lagi kelompok ksatria, yang tidak menuruti perintah Maharaja Krisna dan Baladewa.
Entah berapa lama sang Satyaki dan Sang Kretawarma berkunjung kedesa desa sehingga sampai di negeri Narajadesa. Semua wilayah telah di telusurinya, sedangkan Raja Nilacandra adalah seorang Raja yang sangat gagah dan berani. Lagi pula ia telah menguasai sorga dan neraka serta telah membuat tiruannya didalam istananya, atas anugrah Sang Hyang Werocana. Dhyanibudha senantiasa dipujanya. Itulah sebabnya ia berhasil mencapai keperwiraan. Berita kehebatan Sang Nilacandra itu telah di dengar oleh Sang Setyaki dan Sang Kretewarma. Dengan terburu buru mereka pulang menyampaikan kebenaran berita itukepada Maharaja Kresna dan Baladewa. Maharaja Kresna dan Baladewa marah, merasa bagaikan ditantang keperkasaanya oleh Raja Nilacandra. Dengan cepat Maharaja Kresna dan Baladewa merapatkan pasukan Yadu dan Wresyandaka, serta kedua pamannya,termasuk perdana menteri,panglima perang agar segera angkat senjata bersama pasukan masing masing dengan keretaperang,gajah, dan kuda.Mereka pada keluar diiringi suara gamelan, disahutiringkikan kuda dan gajah, tunggangan para pasukan Wresni, sebagai peminpin pasukan.
Tidak dikisahkan lebih jauh perjalanan pasukan Yadu yg gagah berani itu. Diceritakan Maharaja Kresna dan Baladewa mendahului perjalanan mereka dengan mengendarai kereta emas permata, dengan kuda sakti Swalahaka, berwarna hitam. Dalam sekejam mereka telah sampai di kerajaan Hastina. Lalu mereka masuk ke dalam istana. Tampak Kelima Pandawa bersaudara sedang berunding bersama sanak saudaranya . Dengan tiba tiba Raja Kresna dan Baladewa dating dan duduk tanpa ada yang mempersilahkannya, sebagaimana sopan santun seorang memasuki istana , kata Mharaja Kresna : “ Wahai Tuanku Raja Yudistira, maksud kedatanganku kemari, kami hendak menyampaikan bahwa kami akan menyerang seorang raja yang bernama Raja Nilacandra, karena ia berani menandingi bahkan ingin melampaui batas etiketpara raja yang ada di dunia ini.Ia bis amembuat tiruan Indraloka dan Pitraloka, sebagai tanda keberhasilannya dalam menekuni ajara Budha. Aku hendak mengetahui kehebatan ilmunya dalam mendalami ajaran Budha,atas anugrah Sanghyang Werocana “ demikian kata Maharaja Kresna.
Maharaja Yudistira menjawab: “ Wahai Maharaja Kresna.! Jika hal itu yang engkau sampaikan kepada ku, apa dayaku..! Aku tidak sepaham denganmu.., sebab Sang Nilacandra tidak mempunyai kesalahan kepada kalian semua. Ia senantiasa berprgang kepada kebenaran. Aku sadar bahwa aku mengabdi pada kalian semua. Kalian merupakan Ksatria bagi kami..! Apaksakuhira ( memaksakan kehendak kepada orang lain) namanya pikiran seperti itu, jika aku melindungi segala keinginanmu, sebaiknya kau pikirkan sendiri akibatnya.!”
Sang Arjuna menyahut “ Wahai Maharaja Kresna, kemuliann raja Nilacandra dalam meniru sorga dan neraka adalah untuk mengajarkan manusia di dunia ini kepada kesadaran yang sesungguhnya, yakni sebagai penahan bagi orang orang bodoh di negeri Narajadesa, untuk mencegah pikiran orang orang dalam melakukan kejahatan. Aku masih ingat dulu ketika Sang Nilacandra menyampaikan maksudnya membangun istana kepada Raja Yudistira”.
Sang Wrekodara menjawab : “ Daulat Maharaja Krisna!. Jika tuanku berpikir seperti itu, mau menang sendiri namanya tuanku. Tiada bedanya Sang Nilacandra dengan seorang dalang dalam melakonkan sorga dan neraka. Aku tidak menemukan kesalahan pada dirinya. Bagiku. Lebih baik tuanku tidak dating lagi ke mari, bersekutu dengan orang orang yang tidak sepaham. Silahkan lakukan apa maumu,hanya karena merasa kewibawaanmu sebagai raja telah di lampaui..silahkan kau melakukan segala tindakannmu”.
Kata Sang Maharaja Kresna dan Baladewa : “ Baiklah wahai Raja Yudistira !, kami segera mohon diri untuk berperang tanding dengan orang yang sok tahu sorga!”. Mereka berdua bergegas pergi ,turun dari kursi dan langsung pergi. Raja Yudistira berdiam diri. Keempat Pandawa bersaudara segera turun membuntuti kepergian Maharaja Krisna dan Baladewa.
Pada saat itu Sang Bhima mentertawai sikap Maharaja Krisna, katanya,” Hai adikku sang Arjuna,Nakula ,Sahadewa ! Aku ingin mengikuti perjalanan Maharaja Krisna, menonton kekalahannya berperang tanding melawan Sang Nilacandra dan gugurnya pasukan Yadu, namun nbetapa berbahayanya kamu jika ikut pergikesana, barangkali aku akan ikut terbunuh oleh Sang Nilacandra, dikira bersekutu dengan Maharaja Kresna. Adapun jika Maharaja Krisna benar benar kalah, mungkin aku akan ikut mati pertanda kesetiaanku padanya. Namun aku tidak khawatir bahwa aku akan hidup kembali, mengapa demikian ? Sebab Sang Nilacandra tidak berani durhaka kepada kakakmu Sang Yudistira. Beliau mempunyai senjata Puspawijaya dan senjata Padmamretasanjiwani, yang bias menghidupkan orang yang telah mati,jika belum saatnyamati. Begitulah adanya. Janganlah kalian bertiga ikut, mengikuti kepergianku, biarkanlah aku sendiri gugur dimedan laga. Demikianlah wahai adikku..” Tiga Pandawa bersaudara menjawab “ Wahai kakakku Sang Bhima, pooknya kami ikut dating kesana,agar kami mengetahui kesaktian Sang Nila candra, yan telah dianugrahi oleh Sanghyang Werocana.Marilah kita berangkat bersama sama “ Kemudian mereka ber empat berangkat tanpa membawa senjata.
Di kisahkan Pasukan Maharaja Kresna dan Baladewa, sebagai pinpinan pasukan adalah para putra raja. Adapun pasukan Yadu dan Wresni telah tiba di tepian kerajaan Narajadesa. Suara Gong Beri di tabuh disertai suara sorak sorai prajurit bergemuruh membingungkan orang orang desa yang tidak tahu permasalahan apapun. Semua prajurit dibabat habis dan hartanya dijarah termasuh ke wilayah kekeuasaan Raja Yudistira. Pasukan Nilacandra berlari mundur ketakutan tiada berdaya. Dengan terburu buru dating ke istana Narajadesa,masuk ke dalam istsna dimana Sang Nilacandra saat itu sedang dihadap oleh para menteri terutama keempat patihnya yaitu Sang Ganeka,Sang Nayeka,Sang Madaneka, Sang Wesduka, mereka sedang diberi ajaran Budha, sebagaimana nasehat Raja Yudistira dahulu. Tiba tiba para peminpin rakyatnya dating dengan tergopoh gopoh melapor kepada Sang Nilacandra: “ Daulat Paduka Raja Nilacandra. Dengan terburu buru kami,para hamba tuanku dating melaporkan bahwa musuh tuanku datang yakni para pasukan Yadu,Bhoja,Wresyandaka. Jumlah mereka sangat banyak serta dilengkapi dengan pasukan gajah,kuda,serta kereta perang bersenjata lengkap berupa trisula,tombak,lembing,dan senjata konta. Sebagai pinpinannya adalah Maharaja Baladewa,Maharaja Kresna, Sang Wabhru,Sang Ugrasena, dan paling belakang adalah keekmpat Pandawa bersaudara tanpa membawa senjata”.


Pikiran Raja Nilacandra tertegun , bingung memikirkan tingkah laku Sang Pandawa.Raja Nilacandra berkata “ Wahai patihku, perintahkan prajuritmu sebanyak duapuluh orang beserta seorang perdana menteri agar berangkat sebagai tanda seranganmu, adapun kalian berempat silahkan atur dan siapkan pasukanmu masing masing,termasuk panglima dan pasukan perangnya masing- masing, perintahkan agar angkat senjata. Aku akan ke istana,aku akan berdoa dan segera menyusul kalian,jangan kalian takut mati,aku menjadi jaminan atas kematianmu. Bukankah engkau mengetahui diriku bahwa aku tidak bisa mati oleh senjata.Aku mampu menghidupkan orang yang telah mati,sebab aku mempunyai senjata Sanghyang Puspawijaya,anugrah Sanghyang Werocana. Silahkan kalian berangkat “ demikian perintah sang raja.
Keempat patihnya dan pasukan prajuritnya menyembah dan mohon diri berangkat ke medan laga .Raja Nilacandra masuk ke istana memberitahukan kepada kelima permaisurinya, yang ibatar lima dewi,yang bagaikan Dewi Musim Semi.yang dipercaya sebagai keturunan Dewa Asmara. Demikian bila dibayangkan keadaannya.
Dikisahkan Maharaja Yudistira mendengar dari abdinya bahwa keempat saudaranya ikut serta dalam penyerangan Maharaja Kresna. Ia merasa cemas,karena itu ia segera berangkat mengendarai kereta emas dengan maksud menghadang perjalanan keempat saudaranya. Biarlah sang Kresna saja yang mem\nandingi Sang Nilacandra termasuk para ksatrianya.Ia tidak mempunyai dosa, bergegas beliau berangkat.
Dikisahkan kembali Sang Nilacandra di dandani oleh kelima permaisurinya, dengan busana sebagai panglima perang, Kata permaisurinya pada memohon oleh oleh dari medan laga,ada yang meminta kain Sang Kresna,ada yang meminta selimut Sang Baladewa, ada yang meminta kain Sang Bhima, ada yang meminta kematian Sang Nakula dan Sahadewa, mereka meminta oleh oleh kepada Sang Nilacandra.Raja Nilacandra tersenyum sambil mengangguk angukkan kepala,lalu berangkat dengan kereta emas dengan kuda penarik kereta yang berwarna hitam, dan kereta gajahnya ada dibelakang.
Pasukan Raja Nilacandra,dengan peminpinnya sudah bertempur melawan pasukan Raja Kresna dan Baladewa. Perang ramai berkecambuk,saling sempal, saling sodok,saling menyerang.Banyak yang gugur dan terluka.Akhirnya pasukan Raja Kresna kalah,begitu pula pasukan Sang Raha Baladewa, diburu oleh pasukan Narajadesa ,pada berlari mencari perlindungan pada tuannya.Pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni semakin berang melihat rekan mereka terdesak.Sang Setyaki,Sang Kertawarma marah membidikkan gada dan tongkat,didamingi oleh Sang Udawa,Wabhru,Ugrasena,Satyaka,dan Sang Sarana,disusul serangan gada Sang Pradyumna,Nisata,Uluka dan para menteri lainnya datang serentak menyergap pasukan Narajadesa. Akhirnay pasukan Sang Nilacandra banyak yang gugur dan berlari menyelamatkan diri mundur. Ke empat patih Narajadesa melihat pasukannya mundur dengan segera maju sambil memutar mutar senjatanya berupa chadrahasa,gada,mosala,tombak, maka banyak pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni yang gugur lagipula pasukan keempat patih tersebut dibantu oleh pasukan perdana meneri dari Pandyadesa. Raja Kresna dan Baladewa berang menyaksikan pasukannya di bantai.Raja Baladewa meju menghadapi patih Ganeka,Sang Kresna maju menghadapiserangan patih Wesnuka. Disusul serangan patih Minaweka menghadapi serangan pasukan Yadu.
Di tengah pertempuran patih Madaweka menemui sang Bhima dan berkata: “ Wahai Sang Bhima, mengapa engkau tidak membawa senjata dalam menghadapi serangan musuh dari tuanku Sang Nilacanrda? “ Sang Bhima menjawab :“ Aku tidak ada permusuhan dengan tuanmu Sang Nilacandra,hanya Raja Kresna dan Baladewa saja yang marak kepada beliau.Aku hanya ingin menonton peperangan belaiau berdua” .Sang Madaweka menjawab :“ Perilaku dan kata katamu berbeda,hai kamu Sang Bhima !,kau akan terkena kutukan oleh perbuatanmu yang berdusta itu.Apa yang kau lakukan itu pendusta namanya,dan hanya mengikuti kehendak hatimu.Mengapa kau tidak ingat kepada kasih saying tuanku,yang sangat setia dan berbakti kepada Sang Pandawa. Perilakumu itu bagaikan orang yang suka memaksakan kehendak kepada orang lain,wahai sang Bhima !”. Demikian caci maki sang patih,olehkarenanya Sang Bhima mendaji marah dan meraih senjata apa saja yang dapat diraihnya dan berperang melawan Sang Madaweka.


Sang Nayeka yang sedang memburu pihak musuh dan bertemu dengan Sang Arjuna yang tanpa membawa senjata,kata patih Nayeka: “ Hai kau Arjuna, mengapa engkau berperang tanpa membawa senjata ?” Jawab Sang Arjuna :” Aku tidak bermusuhan denganmu. Hanya Raja Kresna dan Baladewa yang bermusuhan dengan tuanmu,aku hanya ingin menyaksikan peperangan mereka berdua dengan tuanmu Sang Nilacandra.” Kata Sang Nayeka:”Ucapanmu berbeda dengan ulahmu ! hai kau Arjuna, tahukah engkau hakekat ajaran kebenaran ? tidak ada aturan yang engkau ikuti,begitu baiknya olehmu melakukan daya upaya, bersekutu dengan Raja Kresna dan Baladewa,Aku tahu ajaran Kamandaka, hal itu dinamakan Upayapeksa ( tipu muslihat) .Kini kau berpura pura berprilaku bijaksana, berpura pura tiada bersekutu,sementara itu,raja lain engkau suruh menyerang tuanku,jika tuanku Raja Nilacandra kalah,kau akan mendapat sepertiga dari harta kerajaan sebagai hasil upayamu yang tanpa susah payah itu. Itulah dinamakan akal busuk wahai kau Arjuna.”
Betapa kesalnya Sang Arjuna yang di cacimaki oleh patih Nayeka sehingga mengambil senjata apa adanya dan bertempur. Raja Kresna dan Baladewa merasa senang demi melihat pertemburan Sang Bhima dan Sang Arjuna.
Dikisahkan pertempuran Sang Baladewa melawan Sang Ganeka yang kebingungan diserang secara terus menerus kemudian melakukan yoga dan berubah menjadi seekor naga yang menakutkan. Sang Ganeka di patuk dan tewas tiada berdaya,hangus dilalap api siluman. Adapun Sang Bhima menyerang dengan dengan merapalkan ajian dipakamantra ,Ia berubah menjadi gajah besar dan tinggi Sang Madaweka diterjang hingga mayatnya remuk . Raja Kresna marah lalu memuja kekuatan Sang Hyang Mahamanggala ,ia berubah menjadi Wisnumurti, Sang Wesnuka disambarnya dan diantainya di atas paha dan dibakar dengan api silumannya sehingga hangus tiasa berdaya. Sang Arjuna sangat senang melihat Raja Kresna berwujud Wisnumurti,Ia pun sadar kepada dirinya sebagai perwujudan Wisnu,lalu ia memusatkan bathinnya maka sempurnalah perwujudannya sebagai Wisnu di dunia. Api Rudra Pracanda keluar darimatanya diarahkan kepada Sang Nayeka hingga terbasmi hangus menjadi abu. Keempat patih itupun gugur dilihat oleh Sang Nilacandra.
Sang Nilacandra marah dan segera mengambil senjata gada ,lalu berperang melawan siluman naga berbisa itu. Kepala naga itu di pukulnya, mahkotanya pecah lalu mati. Raja Baladewa gugur di medan perang. Ia kemudian diserang oleh gajah besar dan kaki gajah tersebut di sabetnya dgn gadanya yang ampuh hingga remuk. Sang Bhima mengaduh kesakitan dan tergeletak di tanah. Sang Nilacandra di serang oleh raja Kresna dalam wujud Wisnumurti,keseribu tangannya menyerang,dengan anak panah yang tajam, mencabik cabik tubuh Sang Nilacandra. Bagaikan diperciki air keadaannya segera kekuatan seribu panah tersebut hilang lenyap tidak mempan di tubugh sang Nilacandra ,lalui membalas memukul dada Dang Kresna, Pikiran Raja Kresna kebingunan dimasuki obat mujarab,di umpat oleh Raja NilaCandra dan ia lari meninggalkan pertempuran. Dengan kejam Sang Arjuna menikam tunguh Sang Nilacandra dari belakang dengan seribu anak panah yang tajam namun tiada mempan, Sang Nilacandra menoleg sekaligus membalas memukul dadaSang Arjuna dengan gadanya. Kekuatan Wisnumurti Sang Arjuna lenyap,ia pun berlari tanpa berani menoleh kepada Raja Nilacandra. Melihat Sang Kresna dan Arjuna melarikan diri Raja Nilacandra menepuk pahanya sebelah kanan maka muncullah Bhutaraja berwajah menakutkan, besar dan tinggi bagaikan gunung berjalan.. Ia di perintahkan mengejar pelarian Sang Kresna ke tengah Hutan belantara. Lagi Sang Nilacandra memusatkan pikiran dan menepak paha sebelah kira maka muncullah Mabherawi berwujud dua gadis cantik dan diperintahkan mengejar pelarian Sang Arjuna menuju semak belukar.
Ditemukan sang Arjuna bersembunyi di tengah hutan,kelelahan karena berlari. Kedua gadis Mabherawi menyapa dan mengatakan mereka juga hendak beristirahat di tengah hutan, dengan tutur kata yg lemah lembut dan memikat serta lirikanmata yang menggoda membuat hati sang Arjuna terpesona menyaksikan kecantikan dua gadis tersebut, sang Arjuna jatuh cinta, ia mendekat dan menuturkan kenapa ia lari, seketika kedua gadis ini marah dan sang Arjuna ditanggkap tanpa perlawanan, kedua gadis tersebut sesungguhnya dalah jelmaan Sang Hyang Apana Samana Bayu, sang arjuna pun di ikat dan di bawa menghadap Sang Nilacandra, diletakkan di bawah pohon Langurung,kedua gadis itupun dikembalikan oleh Raja Nilacandra ke paha kirinya. Sementara itu Sang Nilacandra juga menyuruh pasukannya mengumpulkan rekan mereka yang gugur dan mayatnya di kumpulkan dibawah pohon Langurung tersebut.Tiba –tiba sang Nakula Sahadewa datang dan menyerang Sang Nilacanrda karena merasa kesal akan kekalahan saudaranya dimedan laga.Dengan senjata keris Candrahasa di keroyok ketika tidak bersenjata namun tiada mempan,sejurus kemudian kedua saudara kembar tersebut di tangkap dan dibenturkan kepalanya sehingga tewas seketika.
Di kisahkan Sang Bhutaraja sebagai perwujudan kekuatan BayuMahabhima,yang keluar dari celah batin Sang Nilacandra mengobrak abrik hutan mencari Maharaja Kresna yang bersembunyi yang ditemukan olehnya Maharaja Krsna bersembunyi di jurang yang dalam dengan mengecilkan tubuhnya, Maharaja Kresna terus diburu dan sampailah di tengah tanah yang gersang dan hendak titangkap karena tidak ada lagi celah untuk bersembunyi. Ketika hendak ditangkap, munculah Begawan Handasingha dari alam gaib memerintahkan Sang Bhutaraja untuk mengurungkan niat menangkap Maharaja Krsna dan melapor perintah itu kepada Raja Nilacandra. Sang Bhutaraja menuruti nya dan setelah melapor dikembalikan ke tempat asal semula.
Setelah keempat Pandawa bersaudara tewas, datanglah Maharaja Yudistira dengan kereta putihnya. Di saksikan oleh sang Raja saudaranya telah tiada, hatinya hiba maka tumbuhlah rasa kasih saying menguasai diri nya sehingga muncul api kemarahan. Sifat ksatrianya mekar sehingga muncul keinginan bertaruh demi menolong saudaranya . Kemudian beliau memusatkan batin pada kekuatan senjata pustakanya yang bernama Sang Hyang Kalimosada, sekejap tubuh Sang maharaja berubah menjadi Kalagni berkobar kobar memenuhi medan perang.


Di lihat oleh Sang Nilacandra ,dengan marah Nilacandra mengambil gadanya dan hendak melawan, tiba tiba Sang Hyang Werocana turun, berdiri di Ryusnisadesa di pangkal tangkai bunga teratai, lengkap dengan senjata Bajranya, Begawan Handasingha juga turun menasehati Sang Nilacandra katanya :
“ Wahai adikku Raja Narajadesa, kali ini ulahmu menyimpang,kau berani durhaka pada Raja Hastina pastilah kekuatan tapamu dulu itu akan tenggelam.Pada saat kematianmu ,kau akan ditenggelamkan di kawah neraka Tambragomuka karena kau di kutuk oleh ayahmu, yang telah menjadi dewa.Kaulah yang memunahkan laku tapa ayahmu, yang dulu diangkat menjadi perdana menteri oleh Raja Pandu.Karena kau adalah abdi Raja Yudistira maka kau akan kena kutukan pada saat kematianmu, sebagai abdi Bhatara Dharma, sebab Bhatara Dharma menjelma pada tubuh Raja Yudistira,mati tanpa meninggalkan jasad, dan lagi Raja Krsna adalah penjelmaan Bhatara Wisnu, yang bertugas menyelamatkan dunia.Karena itu, berbaktilah engkau kepada mereka. Jika Raka Krsna dan Yudistira di bunuh di medan perang,sekalipun kau berhasil melakukannya berkat anugrah Sang Hyang Werocana kepadamu,maka dunia ini akan lenyap berubah menjadi lautan luas.Bhatara Guru akan marak kepadamu,kau akan di kutuk menjadi kerak kawah selama tujuh turunan,tidak pernah menemukan keselamatan, sebagai pahalamu durhaka kepada Sang Hyang Dharma. Kau tidak memiliki kewenangan menjadi raja, sebab penjelmaanmu dari manusia biasa. Sekalipun ada keutamaan penjelmaanmu, tetapi mulai saat ini kau harus bertindak berdasarkan kebenaran sebagai pahalanya kau akan di sayang oleh Bhatara Dharma dan Bhatara Wisnu, baik di dunia maupun saat kematianmu kelak.” ….






pejati 
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu 

wariga 

pon 




pejati 
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu :  kulit sayut, raka, tumpeng 7, 2 tulung sangkur, kuangen 1, peras tulung, payasan, kojong umah, prayascita, tebasan guru

wariga : aled, raka, ceper nasi diatasnya uang 4 keteng, kojong rangkadan, sampyan

pon : === aled, raka, pis bolong 77 keteng diatasnya penek agung, kojong manak, takir beras kuning
         === aled, raka, pis bolong 77 keteng, nasin sodan agung (sege liwet) diatasnya tebusan benang kuning, kojong umah, ayam putih panggang
         === santun nyuh 3, taluh ... 3, beras 1/4 - 1/2 kg, canang 3 
mepalunemya  


anggara umanis wariga 
kamis pon wariga
kamis umanis matal 
redite umanis langkir  
soma pon ugu
saniscara pon ugu

Umanis 
===== aled, raka, pis bolong 55 cobekmisi nasin sodan agung/ gede (nasi liwet), kojong umah, sampyan .....

===== aled, raka, pis bolong satak, ceper nasi barak, kojong umah, sampyan ....

===== aled, raka,  pis bolong satak diatasnya ..... penek dililit benang tebus, , kojong kurenan, sampyan ....

Matal : nasi uduk. pis bolong 4 keten, opor ayam n bebek
Ugu :  nasi polan, pis bolong 10 keten, opor bebek














bayuh oton menek kelih 
===banten dedari : raka, kojong kurenan, 10 tanding penek putih kuning

=== tebasan