Selasa, 12 Juli 2022

KAJENG KLIWON PEMELASTALI DAN WATUGUNUNG RUNTUH

 


Redite Kliwon wuku Watugunung disebut Watugunung runtuh,juga Kajeng Kliwon Pemelastali. Kajeng Kliwon ini merupakan kajeng kliwon terakhir dalam hitungan kalender Bali.
Disebutkan di sebuah kerajaan Kundadwipa bertahta seorang raja bernama Raja Kulagiri dan mempunyai 2 istri,yakni Dewi Sinta dan Dewi Sanjiwartia. Raja Kulagiri kemudian pergi untuk bertapa ke gunung Semeru. Pada saat itu, Dewi Sinta tengah hamil tua
Karena lama tidak mendapatkan kabar, Dewi Sinta kemudian menyusul suaminya ke gunung Semeru. Dalam perjalanan, Dewi Sinta melahirkan seorang putra. Anak tersebut terjatuh di sebuah batu besar. Namun ajaibnya, batu itu hancur. Karenanya dia diberi nama Watugunung.
Watugunung tumbuh menjadi anak yang nakal. Watugunung memiliki nafsu makan yang sangat besar. Suatu hari Dewi Sinta sedang memasak, Watugunung terus meminta makan. Karena kesal dengan ulah Watugunung, Dewi Sinta memukul kepala Watugunung dengan siut hingga berdarah. Watugunung kemudian pergi meninggalkan rumah.
Watugunung tumbuh menjadi seorang perampok. Semua kerajaan ditaklukkan. Termasuk kerajaan ayahnya. Dewi Sinta yang mendapatkan anugrah tetap muda, membuat Watugunung tidak mengenali ibunya. Watugunung terpikat dengan kecantikan Dewi Sinta, kemudian menikahi Dewi Sinta yang tak lain adalah ibunya
Suatu hari ketika Watugunung meminta Dewi Sinta mencari kutu, Dewi Sinta terkejut melihat bekas luka di kepala Watugunung. Dewi Sinta mengenali luka itu adalah milik anaknya. Karena tidak mau menikah dengan anak sendiri, Dewi Sinta kemudian menyusun strategi.
Dewi Sinta minta kepada Watugunung agar dicarikan madu. Dewi Sinta minta Dewi Sri yang merupakan istri dari Dewa Wisnu sebagai madu. Watugunung pun memenuhi keinginan Dewi Sinta. Dewa Wisnu sangat murka dengan keinginan Watugunung. Dewa Wisnu kemudian mengambil wujud menjadi kura kura dan membunuh Watugunung
Hari tewasnya Watugunung disebut sebagai Watugunung runtuh atau Kajeng Kliwon pemelastali. "Pemelas yang berarti pemutus dan tali yang berarti sarana pengikat. Jika diartikan sebagai pemutus ikatan yang tidak semestinya. Dimana seorang anak yg ingin menikahi ibunya. Atau bisa diartikan sebagai pemutus kebodohan dan nafsu jahat
Keesokan harinya mayat Watugunung terhempas ke bumi dan nyangkut di pohon talas (Candung) . Sehingga hari Senin Umanis disebut Candung Watang (sebel). Kemudian, Selasa Paing mayat Watugunung diseret oleh Dewa Wisnu. Hari itu disebut sebagai paid paidan. Keesokan harinya, Watugunung dihidupkan kembali oleh Beghawan Budha. Sehingga Buda Pon disebut Buda Urip. Hari Kamis,Dewa Siwa menghidupkan kembali Watugunung. Hari itu disebut Urip Kelantas. Sukra Kliwon, Watugunung membersihkan diri, melakukan tapa brata yoga memohon pengampunan, memohon kepradnyanan/ilmu pengetahuan. Hari itu disebut Pengredana
Keesokan harinya,Saniscara Umanis Dewa Brahma menurunkan ilmu pengetahuan. Hari itu disebut Saraswati. Dewa Wisnu bersabda bahwa setiap 6 bulan Watugunung akan mengalami keruntuhan. Apabila jatuh di tanah (bumi) maka akan turun hujan. Bila runtuhnya di laut, maka tidak akan turun hujan (di bumi)

BANTEN SAIBAN

 


Mebanten Saiban atau Ngejot merupakan suatu tradisi Hindu di Bali yang biasa dilakukan setiap hari setelah selesai memasak di pagi hari. Mesaiban / Mejotan juga disebut dengan Yadnya Sesa, merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi Panca Yadnya yang dilaksana umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
Mesaiban / Mejotan biasanya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati makanan. Dan sebaiknya memang mesaiban dahulu, baru makan. Seperti yang dierbagi sumber bahwa Yang baik dimakan setelah diupacara bakti, akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri, mereka ini sesungguhnya makan dosa.
Makna dan Tujuan Mesaiban
Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya.
Sarana Banten Saiban
Banten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.
Yadnya Sesa (Mesaiban) yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana.
Tempat Menghaturkan Saiban
Ada 5 (lima) tempat penting yang dihaturkan Yadnya Sesa (Mesaiban), sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta:
1. Pertiwi(tanah),ditempatkan pada pintu keluar rumah atau pintu halaman.
2. Apah(Air), ditempatkan pada sumur atau tempat air
3. Teja(Api), ditempatkan di dapur, pada tempat memasak(tungku) atau kompor.
4. Bayu, ditempatkan pada beras,bisa juga ditempat nasi.
5. Akasa, ditempatkan pada tempat sembahyang(pelangkiran,pelinggih dll).
Tempat-tempat melakukan saiban jika menurut Manawa Dharmasastra adalah: Sanggah Pamerajan, dapur, jeding tempat air minum di dapur, batu asahan, lesung, dan sapu.
Kelima tempat terakhir ini disebut sebagai tempat di mana keluarga melakukan Himsa Karma setiap hari, karena secara tidak sengaja telah melakukan pembunuhan binatang dan tetumbuhan di tempat-tempat itu.
Didalam Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan nyadnya sesa.
Doa-doa dalam Yadnya Sesa (Doa Mesaiban)
Yadnya Sesa yang ditujukan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata(ditempat air,dapur,beras/tempat nasi dan pelinggih/pelangkiran doanya adalah:
OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA SUKHA PRADHANA YA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud Dewa.
Yadnya Sesa yang ditujukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu Yadnya Sesa yang ditempatkan pada pertiwi/tanah doanya:
OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA BHUTA,KALA,DURGHA SUKHA PRADANA YA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Sang Hyang Widhi, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud bhuta,kala dan durgha.
Jadi pada kesimpulannya sebuah tradisi Hindu di Bali yaitu mesaiban/mejotan merupakan sebuah tradisi yang menghaturkan atau membersembahkan apa yang dimasak atau disajikan untuk makan dipagi hari kepada Tuhan beserta manifestasi-Nya terlebih dahulu dan barulah sisanya kita yang memakannya . Semua sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan dan menebus dosa atas dosa membunuh hewan dan tumbuhan yang diolah menjadi makanan.
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

MEBAYUH dan WEWARAN

 


MEBAYUH n WEWARAN Jangan remehkan mebayuh yg mempunyai dampak positif pada KELAHIRAN..
Dalam kehidupan masyarakat Bali, dikenal dengan adanya istilah Wewaran.
Wewaran dapat diartikan sebagai ritme atau frekuensi harian.
Ritme yaitu gerak energi yang berkembang di saat itu , yang akan memberi efek negatip atau positip.
Ada ritme setiap hari, dua harian, hingga sepuluh harian.
Ritme setiap hari yaitu ekawara, dua harian disebut dwiwara hingga ritme sepuluh harian disebut dasawara.
Ekawara yaitu luang, dwiwara: menga, pepet, triwara: sri, laba, jaya, menala, begitu seterusnya hingga dasawara.
Dengan menggunakan wewaran ini juga bisa menentukan hari baik dan ramalan sifat seseorang.
"Kedudukan wariga padewasan disamping ada atronomi juga ada ilmu yang mempelajari planet-planet yang yang menekankan pada aspek mistiknya yang dalam hal ini adalah aspek ramalannya (tenung) disebut ilmu astrologi,"
Berikut adalah tenung watak berdasarkan wewaran :
Luang berarti puyung (kosong), suung, embang, sepi, tunggil.
Menga artinya terang, mabuka (terbuka), maleleh, sinah (terlihat).
Pepet berarti saru, mauneb, matutup, peteng (gelap).
Pasah artinya masanehan lenina, bimbang.
Beteng artinya gemuh, subur, nglimbak (berkembang).
Kajeng wataknya keras, tajam, wasiat, meweh, koos (boros).
Sri maknanya subur, gemuh, alus, banban, kedas, apik (perhatian).
Laba: seleg, jemet (rajin), molihang, yatna (serius), becik.
Jaya: inggil, pageh, seneng, meweh, iri
Mandala: wewidangan, ledang, nglimbak, nambet cendek yusa (pendek umur).
Umanis: sawenang-wenang, tabah, terampil.
Paing: layah mata, kadropon, kurang sabar, idealis.
Pon suka pamer, periang bergairah,manis tutur katanya.
Wage sabar, teguh, rajin, tidak suka diremehkan.
Kliwon: agak emosi, cerdas, banyak ide, tekun, terbuka kebablasan, penolong.
Tungleh: arogan, capung makonceng atau tidak tetap pendirian, malu sendiri.
Aryang: pelupa, ulet, sukses.
Urukung: lengah, nglamun, gegabah.
Paniron: sopan sabar, disegani, rejekian
Was: kuat, percaya diri, kemauan keras.
Maulu: pemarah, kemauan keras untuk maju.
Sri: tenang damai, bersih, rupawan berhati-hati, lamban rejekian.
Indra: rupawan beruntung, tenang bersih, kadang ragu-ragu.
Guru: menuntun, cerdik, disegani, dipercayai.
Yama: Suka memfitnah, buat susah, tidak disegani, sifat ini tergantung pembinanya.
Ludra: keras arogan sulit dikendalikan, ia berontak tidak pandang bulu, sehingga menderita.
Brahma: pemarah, angkuh, kemauannya harus dipenuhi.
Kala: loba serakah arogan, buat susah orang lain, dibenci.
Uma: pendiam, teliti, senang mistik, berbakat jadi para normal.
Dangu yaitu batu sifatnya lemah, lambat dalam segala hal, kurang cerdik.
Jangur seperti harimau yaitu arogan bengis sombong, buat orang lain sedih.
Gigis atau tanah sifatnya pendiam, menerima apa adanya, suka merendahkan diri, penurut, sopan disegani.
Nohan atau bulan yaitu tenang, tidak mau buat masalah,teliti, sukses.
Ogan atau ulat sifatnya pendiam, bersimpati dg milik orang lain, bila dapat dikendalikan akan jadi orang baik.
Erangan atau matahari, memiliki sifat kurang sabar, angkuh, pamarah, gagal.
Urungan atau api sifatnya emosian, sulit dikendalikan, semangat hidup tinggi, gagal.
Tulus atau air memiliki sifat sejuk sabar sukses
Dadi atau pohon kayu memiliki sifat apapun yang dikerjakan pasti sukses.
Pandita: cerdik pandai religious, disegani.
Pati: selalu suka duka, dalam jangka panjang sukses.
Suka: gembira, senang tidak banyak beban.
Duka: selalu bersedih, malang, terhambat hidupnya, gagal berkepanjangan.
Sri: rupawan, suka berdandan, disegani perempuan, penolong, sayang pada miliknya.
Manuh: pendiam, penurut, tekun.
Manusa: kurang beruntung selalu menderita, bermasalah, gagal.
Raja: cerdik, pandai, berwibawa, pemimpin disegani, kaya, sukses.
Dewa: cerdik berpengetahuan, ahli segalanya, disegani, berwibawa.
Raksasa: bengis rakus serakah loba, harus dipenuhi, tidak pernah puas, suka buat susah.
Begitulah sifat seseorang berdasarkan wewaran.
Mebayuh Agung memiliki tujuan membersihkan ritme negatip wewaran ( 10 wewaran ) yang terjadi di kehidupan masalalu yang terbentuk menjadi energi negatip tubuh pada kelahiran saat ini.
Semoga ❤️❤️ tercerahkan

MATUNGKED SHASTRA

 


Jaman jani dadi sulinggih sing
keren
"
ane kenken madan megama tua ???
Sing anak tua tuwuh madan tua . sing masih tatwa wayah madan megama tua . tua ento wredha . " nyuh wayah misi lengis iban - ibanne . kayu wayah misi les iban - ibanne . keto yan tua " sing ulian ngaba tungked megama tua .
Len ceritane yen dadi sulinggih . ane madan sulinggih anak ngelah linggih luih ( linggih adane tongos negakang jit ) utawi dija ngejang iba . linggih luih tongosne di beduwur utawi di hulu .
tungked sing patuh teken hulu . tungked ento gegisian apang sing srandang - srendeng .
yadyastun sing patuh tungked teken linggih , nanging sulinggih setata ngaba tungked . tungked tusing taen palas teken sulinggih . tungked suba dadi cirin sulinggih .
( sulinggih tua ngaba tungked .....sulinggih muda nenteng tungked ) .
keto masih calon sulinggih , tonden kenken - kenken jeg tungked simalu aliha . disubane melinggih , dini - ditu sambilang muput nakonang kayu lakar tungked . ento karana langah ada sulinggih ngelah tungked tuah abesik . liunan ngelah tungked lebihan teken tatelu , patpat . makejang maukir aeng - aeng . masoca warna - warni . kewala luas muput kema - mai . tuah abesik ane abana. yan makejang aba kadena dagang tungked .
uli pidan nganti jani lumbrah sulinggihe ngaba tungked . nganti buin satak tiban lakar tetep ngaba tungked .
ngaba tungked artine tusing patuh teken matungked .
sawireh jani ada tungked matengteng . ada tungked majepit di selagan lengene . ada tungked papetangan teken pengiringe ( langah tungked seken - seken anggona tungked ) .
sulinghihe biasane mejalan di malu , pengiringne nugtug di beduri . sang sulinggih majalan mantep cara pemargin sang sadhu .
taen ada sulinggih kelangan tungked ??? tungked ane hilang ento persis kone cara tongkat komando ( dawane telung lengkat ) .
ulian taen ada tungked hilang , sangkane ada sasonggan " apang sing cara sulinggih kelangan tungked " .
nguda sulinggih kanti bisa kelangan tungked .....???
mula saja apa ane gelahang ento lakar hilang . ane sing gelahang sing lakar hilang . merasa ngelah tungked , merasa kelangan tungked . ( yen sing taen ngelah tungked , sing taen kilangan tungked ) .
tungked apa ane bisa hilang.....?
yen sulinggih matungked shastra , sing ada anak bisa ngemaling tungked shastra . wireh tungked shastrane ento tusing ngenah .
tungked shastrane ento ane lakar ngatehang sulinggihe mejalan ngojog sangkan . sing ada kone paran lenan teken sangkan .
ento makerana dadi sulinggih jaman jani sing
keren
. sawireh langah ada sulinggih matungked shastra .
a na ca ra ka .....suba sing lapah ban ngentasin .
salingke bakal dadi modre
modre tusing tawang ...kenkenang ngae dagdig karana ....?
ento makerana dadi sulinggih jaman jani sing
keren
. sawireh kaca meko sastra brahma wangsa tatwa sing ngelah .....banyu berek sastra iswara tatwa sing nawang ..... sepat siku - siku sastra bongkol pangasryan sing kenal .
ciri apa jani liyu macan megama sampi ???
mirib ciri pelih maca buku . pelih memaca patuh teken pelih peurukan . iwang paurukan patuh teken iwang milih guru .
jelek dadine yen suba kadung pelih milih guru .
luwungan depin muruk kene keto . yen sing ada guru seken - seken guru .
apang sing cara panak macan maguru teken bapa sampi ......apang sing cara turunan sampi maguru teken meme paksi .......apang sing cara warih paksi meguru nini lelipi .....apang sing cara titisan lelipi meguru teken jro bikul .......apang sing cara pretisentanan bikul meguru teken dane meong .
( guru dong sing pelih . murid masih sing pelih ......pilihane ane pelih !! ) .

MRATEKANING KARANG

 


Mratekaning karang yaitu Menata tatapola energi pekarangan di mulai dari Al :
1. Manca datu karang yaitu menanam panca datu di setiap pojok pekarangan tujuanya adalah membuat batas pekarangan secara niskala agar para ghaib melihat bahwa tempat tersebut telah menjadi tempat manusia.
2. Mecaru yaitu bertujuan merubah gelap menjadi terang melalui proses Somia Bhuta dadi dewa ,agar pekarangan menjadi terang dan bercahaya di penuhi unsur Dewata .
3. Ngingkup Pamali yaitu sebuah proses mengumpulkan energi negatip di pekarangan menjadikan satu kemudian di murnikan atau di rubah menjadi energi positip sehingga pekarangan di penuhi energi positip .
4. Mersigana yaitu menyemayamkan Taksu rsigana ( Ganapati ) di pojok kaje Kangin ( ulu ) pekarangan dengan tujuan sebagai pelindung penghuni pekarangan terbebas dari marabahaya kematian yang tidak benar.
5.Mlaspas Bangunan tujuanya yaitu memisahkan yang kotor dengan yang bersih sehingga bangunan menjadi Suci.
6. Ngelinggihang dewa di mrajan karang paumahan , yaitu menurunkan energi cahaya langit ( matahari ) dan di stanakan di media suci yaitu Pelinggih dan nantinya di akses melalui mebakti , sehingga seluruh penghuni pekarangan menjadi berkesadaran karena cahaya bersemayam pada Padma hredayanya.
7. Pujawali yaitu persembahan kepada para dewa secara logika ilmiah adalah penguatan terhadap energi cayaha di media suci .
Dan di setiap weton atau kelahiran ( 6 bulan ) energi cahaya di pekarangan wajib melaksanakan upacara Pujawali sebagai penguatan energi cahaya sehingga mampu memberi perlindungan , dan penerangan kepada penghuni pekarangan secara berkelanjutan .

Pura Rwabhineda (laki-perempuan)

 


Karena kedua pura ini memiliki Ngusaba yang sama, yakni pada Purnama Kedasa (hari ini).
Pura Ulun Danu Batur sebagai pura terpenting kedua tidak boleh dilupakan. Dalam konsep Pura Rwabhineda (laki-perempuan), Pura Besakih adalah Pura Puruṣa (laki-laki) sedangkan Pura Batur adalah Pura Pradhāna (perempuan).
1. Secara teologi
Dalam konsep Nawa Sanga (9 penguasa mata angin), Pura Besakih (tengah) adalah istana untuk Śiwa, sedangkan Pura Batur (utara) adalah istana untuk Wiṣṇu. Apakah ini kebetulan atau tidak, dalam doktrin Paśupata diuraikan bahwa Śiwa mewakili unsur Puruṣa sedangkan Durgā (kadang diwakili oleh Wiṣṇu) mewakili unsur Pradhāna.
.—'Wiṣṇu adalah Pradhāna, Śiwa adalah Puruṣa.' (Lingga Purāṇa 1.96.40, Rudrahṛdaya Upaniṣad)
.—'Wiṣṇu adalah bentuk maskulin Umā.' (Brahmāṇḍa Purāṇa, Śivānanda Lahari)
.—'Kecuali Mahādewa dan Nārāyaṇa, maka semuanya adalah insan yang harus mengalami maut kematian. Kedua Saksi Tertinggi ini, Śiwa dan Wiṣṇu (Tuhan Yang Maha Esa menikmati dalam keadaan berdua), memiliki aspek yang termanifestasi dan tak termanifestasi.' (Śiwa Purāṇa 2.5.5.38)
Dalam filsafat Sāṃkhya disebutkan terciptanya alam semesta ini karena bertemunya unsur jiwa (Puruṣa) dan unsur benda (Pradhāna/Prakṛti). Semua makhluk hidup tercipta atas kedua unsur tersebut.
2. Secara mitologi
Secara tradisi, Gunung Batur dan Gunung Agung adalah potongan dari Gunung Semeru yang dibawa oleh Sang Hyang Śiwa Paśupati dari Pulau Jawa. Kemudian Beliau mengutus putra dan putri-Nya untuk beristana di Pulau Bali, Bhaṭāra Putrajaya beristana di Pura Besakih dan Bhaṭārī Dewī Danuh di Ulun Danu Batur. Kedua putra dan putri Sang Hyang Śiwa inilah yang disebut Sang Hyang Rwabhineda (Puruṣa dan Pradhāna).
Pemujaan Tuhan di Pura Puruṣa dan Pura Pradhāna adalah untuk memotivasi umat manusia agar mengupayakan kehidupan yang seimbang antara kehidupan spritual dan material. Bila di Besakih pada Purnama Kadasa diselenggarakan upacara tahunan Ida Bhaṭāra Turun Kabeh, maka di Batur di saat yang sama dilaksanakan upacara tahunan yang disebut Ngusaba Kadasa.

MENGERTI MAKNA "BANTEN"

 


Banten...saat ini salah satu yg dijadikan kambing hitam kenapa orang berpindah agama, dengan alasan ribet, mahal, merepotkan, jaman android apa perlu banten....dan merasa tanpa bantenpun mereka sudah bisa sampai ke Hyang Widhi...ada yang tahu ?
Apa sebenarnya banten itu ?
BANTEN adalah :
Pinaka raganta tuwi (diri kita)
Pinaka anda bhuwana (alam semesta)
Pinaka rupa rupaning Dewa.
Banten mewakili diri kita, ketika kita memohon ke Hyang Widhi, Bhatara, maka banten mewakili diri kita, itu sebab ada : Ayaban/kumpulan banten (persembahan) dan Sesayut (permohonan), ada suci, dsbnya.
Banten juga mewakili alam semesta (bhuwana agung) krn konsep menyatunya bhuwana agung dan bhuwana alit (adwaita wedhanta...sang manembah dengan sinembah nunggal), maka banten cermin bhuwana agung...di Daksina itu ada alam semesta...bintang, bulan, awan, dstnya.
Banten juga cara kita mengenal Hyang Widhi yang tanpa rupa...dibuat simbol simbol Beliau termasuk lengkap dengan senjatanya.
Jadi Banten itu sudah mewakili segala aspek ketika kita ingin menyatukan diri dengan Sang Pencipta. Penglingsir kita sudah faham dengan kemampuan jnana kita kedepan. Jika jnana bagus silahkan tanpa bantenpun bisa menghubungkan diri ke Beliau, tapi adakah sekarang yg jnananya setinggi leluhur dulu? Maka...banten bersifat melengkapi, menguatkan. Banten juga berfungsi 2 yaitu sebagai "persembahan", disini ada yg mempersembahkan pocari swet, dll tidak apa...tapi banten juga adalah simbol..seperti Daksina jika dikurangi maka hilang maknanya....maka Banten tidak bisa dikurangi, tapi kumpulan banten yg disebut ayaban bisa dikurangi. Itu sebab pertimbangan efisiensi juga sudah dipikirkan oleh penglingsir. Jika sendiri disebut Banten....jika kumpulan banten disebut "Ayaban", maka ada Ayaban tumpeng 5 7 9.....33 pulegembal, sekartaman, bebangkit, catur. Disini sudah diatur komposisi dan kewenangannya...mana untuk Pemangku mana untuk Sulinggih. Bahkan....jika ayaban tp 5 dirasa berat masih ada dibawah itu yg disebut Ulap-ngambe, lalu lebih kecil lagi hanya Pejati bahkan Canang saja silahkan...Weda menguatkan walau dengan Daun, bunga, buah, air...jika tulus iklas akan sampai kepada Nya.
Jadi mari mengerti BANTEN jangan dijadikan alasan yg sesungguhnya menutupi kemalasan, pelit, tidak mau berusaha....ini Ego. Jadi jangan salahkan banten jika anda pindah agama...krn sesungguhnya itu anda penyebabnya.