Kamis, 14 April 2022

Banten saraswati

 


amas, 5 celemik diisi boreh miik n seseb dadap n jaja puun n baas kuning n jaja kepehn cacalan, raka, carang cemara, celemik besar isi jaja saraswati, carang bingin, sampyan nagasari, penyapuhan.



ALASAN RUMAH KOSONG ITU ANGKER

 


Bukan hanya mitos, diBali jika rumah tidak ditinggali lebih dari "ataun" satu tahun maka rumah itu akan angker. Rumah kosong "karang suwung" bisa disebabkan banyak hal, misalnya akibat pemiliknya "anilar kedatuan" pindah rumah tetapi rumahnya dibiarkan sepi tanpa penghuni, sehingga palinggih bangunan suci "tanpa aci" tidak ada upacara yang dilakukan.
Ada 7 alasan kenapa rumah kosong itu angker menurut teks lontar "Sahananing caru karang angker"
1. TANPA ACI (Tanpa upacara)
Rumah yang dibiarkan kosong lalu tidak pernah melakukan upacara "mebanten" dipalinggih yang ada dirumah, adalah penyebab rumah angker. Sebaiknya jika rumah pekarangan akan ditinggalkan secara permanen maka Sebaiknya palinggih ataupun rumah Sebaiknya di-pralina di-tuntun ( dilebur dipindahkan)
Agar rerancang (bawahan) Bhatara terutama di "tugu karang" tidak "ngurebeda" mengganggu. Ini sangat bisa menyebabkan karang menjadi angker karena sosok penunggu dipalinggih itu yang berwujud "Hyang durga manik" mampu MASILUMAN, berubah wujud.
Sosok tinggi hitam, berwujud "anak istri" wanita, binatang aneh adalah akibat pasiluman tugu karang.
2. Dirasuki I BUTA DADIH DARAH
I buta dadih darah adalah sosok halus "rerencang uluning desa" (mahluk bawahan pura sebagai pusat desa setempat), dirupakan sebagai sosok berambut panjang nyapuh jagat, kedua tangan berjari panjang tajam. Dua wajah bertaring menyeramkan, tanpa kaki. Mata melotot tajam, lidah menjulur. Sosok gaib ini bertugas merasuki rumah yang ditinggal kosong begitu saja.
Pasilumannya adalah pada "longan bale" bawah ranjang, semer (sumur), pamesu (pintu masuk). Wujud ini penyebab karang suwung menjadi angker. Bau amis, busuk, penampakan putih melayang adalah jejadian mahluk ini. Sepintas mirip dengan perwujudan kuntilanak, bisa jadi sosok i buta dadih darah ini mahluk sejenis.





Lima dasar yadnya itu, setelah Iksa, sakti, Desa, kala lalu TATTWA.

 



attwa itu tentang makna, arti, filosofi yadnya. Perkara ini walaupun berada pada poin lima sesungguhnya bukan berarti paling tidak penting justru sebaliknya.
Pada TATTWA ini, yadnya yang dilakukan nanti bukan hanya sebatas karma-marga (jalan persembahan melalui aktivitas fisik),sepatutnya juga adalah bhakti marga lalu jnana yoga.
Yadnya yang berpengetahuan, yadnya yang menaikkan kualitas batin, yadnya yang membebaskan.
Untuk mencapai tahap ini antara sang Yajamana (yang melakukan persembahan) dengan sang Sadaka (sulinggih) wajib "madumuka". Pada tahap ini pola asuh pengajaran tradisional terjadi. Maka saat ini muncul sebutan Siwa-sisya (guru dan murid)






TIGA -SRAYA

 



(Tiga upaya pemimpin memohon bantuan niskala)
Teks Raja-bhosana menyebut ada 3 upaya raja (pemimpin) yang patutnya dilakukan untuk memohon kesiddhian (keberhasilan memimpin).
Raja-bhosana berbeda dengan teks kepemimpinan Hindu misalnya Nitisastra, Rajapati Gondala karena lebih memuat upaya magis, kemampuan bhatin yang harus dimiliki "sang anggawa rat"
Untuk mendapat kesiddhian ada tiga prosesi asraya (permohonan bantuan) yang patut dilakukan meliputi:
1. Dewa-sraya (memohon pertolongan para Dewa) 2. Dharma-sraya (momohon bantuan kerabat)
3. Bhuta-sraya (memohon bantuan entitas halus)
Lalu tentang kewajiban sang Nata(pemimpin) setelah "pangasraya tiga" melakukan tiga upaya permohonan maka ada hal penting yang harus dilakukan yaitu: "mngrengo sabdaning bahya-dyamika" mendengar suara "halus" bhatin dan suara nyata.
Bisa jadi sabda-bahya (suara nyata) ini adalah juga tentang keluh kesah masyarakat terhadap kehidupan, kebijakan pemimpin.
Jika sang prabu tidak mampu mendangar "suara" halus(batin) dan nyata maka disebut ada kutuk: telinga sang raja dirasuki bhuta Karnasula (sakit telinga).






MANDALA (pernikahan online)

 



Mandala adalah bagian penting dari 15 ciri ajaran tantrisme. Bukan hanya bermakna bentuk pola lingkaran tetapi mandala juga bermakna "tata ruang", penempatan sarana pemujaan (arca, banten dsb).
Lalu diBali mandala ini direcah menjadi 3, ulu (kepala), peraga (badan), suku (kaki), menyerupai tubuh manusia.
Tentu jika dianalogkan tubuh maka bagian bagian tubuh tak boleh dipisahkan, agar hidup.
Pada ritus yadnya pernikahan tampak tidak jauh berbeda. Banten surya adalah kepala, lalu banten ayaban adalah badan.
Lalu pasangan pengantin patutnya berada di ketiga wilayah ini, diarahkan oleh sulinggih, berada pada ruang dan waktu yang sama.
Teks tattwa aksara menyiratkan mandala (Yadnya) ini sebagai pertemuan ongkara ngadeg-ongkara sungsang dengan ongkara madumuka. Empat penjuru akasra suci ongkara ujung nada menjadi satu.


YADNYA BESAR perlukah dimasa pandemi?

 


Dharmasastra VII. Sepatutnya menjadi rujukan dalam penerapan yadnya, Diantaranya iksa dan Sakti.
Iksa bermakna pandangan, tujuan awal. Ini menjadi penting sebagai landasan awal yadnya. Dari sini bentuk, tingkatan, jenis yadnya dimulai.
Lalu Sakti, bukan bermakna kawisesan kadigjayaan saja, pada bagian ini sakti bermakna kekuatan, modal, sumberdaya.
Jadi sah saja jika berniat membuat yadnya besar, asal ke lima prinsip yadnya uraian manawa Dharmasastra terpenuhi.
Tak kalah penting dari kelima dasar yadnya, setelah Iksa dan Sakti (niat dan modal) maka ada istilah DESA dan KALA, yaitu tempat dan waktu.
Yadnya besar dilingkungan yang masih terpuruk, pada waktu yang belum tepat, patut dipertimbangkan saat membangun yadnya.


Tipat sidapurna

 



Digunakan pada sesayut sidapurna
Sesayut sidapurna:
Kulit sayut
1 tumpeng meplekir
2 nasi sodan
2 tipat sidapurna
2 tulung sangkur
Raka
Kojong rasmen
Peras tulung sayut
Payasan
Pesucian
Sampyan nagasari
Penyeneng