Kamis, 25 Februari 2021

KISAH SPIRITUAL TARI CALONARANG











Calon arang atau biasa di sebut calonarang di bali adalah salah satu aset budaya bali dan spiritulisme bali yang tidak di miliki negara lain di dunia.
Pementasan drama tari calon arang yang sudah dilakukan selama puluhan tahun lamanya di Bali, merupakan salah satu tari yang bersifat spiritual selain sebagai hiburan.
Tari calon arang dipentaskan dalam upacara Odalan di pura Dalem (pura tempat berstananya Dewa Siwa dan istrinya Dewi Durga). Pementasan drama tari ini pun dilakukan pada tengah malam, tanpa nyala lampu sedikit pun, di pinggir kuburan dekat pura Dalem.
Sehingga bisa dibayangkan menonton pementasan drama tari ini, apalagi dengan adegan-adegan tertentu yang mampu membuat bulu kuduk merinding.
Namun pementasan drama tari ini selalu ditunggu masyarakat Bali karena mampu memberikan hiburan yang menaikkan adrenalin dan menjadi salah satu prasyarat spiritual dalam menutup upacara Odalan di pura Dalem.
Drama tari yang sebenarnya inti sarinya berkisah tentang kematian akibat ilmu hitam dan kemudian dilawan dengan ajaran agama ini memang sangat menarik dan unik.
Drama tari ini di pentaskan dalam upacara di pura Dalem untuk memuliakan Dewa Siwa yang bertugas mencabut nyawa manusia dan mengayomi para arwah setelah meninggal, dengan istrinya Dewi Durga, dewi yang mengayomi manusia penggemar dunia mistik, baik yang bersifat baik maupun jahat.


Kemistisan drama tari ini salah satunya karena menyertakan adegan kematian yang dipentaskan secara langsung oleh seorang penari khusus.
Penari yang mementaskan adegan ini adalah seseorang yang memang memiliki kelebihan (taksu) tertentu ,bahkan penari ini memang betul-betul meninggal pada saat pentas namun kemudian dihidupkan kembali pada adegan lainnya.
Bahkan baru baru ini ada pementasan calonarang sampai di kubur selama 4 jam lalu di hidupkan kembali oleh seauwunan (manipestasi dewa) begitu extrime dan menegangkan.
Dalam masyarakat Bali kisah-kisah kematian dengan cara seperti ini dianggap hal lumrah, sebab si penari memang sudah ditunjuk oleh Tuhan dan jika setiap saat nyawanya hilang akibat ngayah luhur/suci ini, maka ia pun telah siap.
Keluarga tidak pernah meributkan atau mempermasalahkannya sebab meninggal akibat menari spiritual sejenis ini, dianggap sebagai pengorbanan suci (yadnya).
Kisah mistis lainnya dalam drama tari ini adalah adegan para murid yang mempelajari ilmu hitam dengan gurunya yaitu Si Calon Arang.
Para penari ini benar-benar mengalami kesurupan seperti para murid ilmu hitam yang nyata.
Adegan ini pun mengundang para leak atau manusia yang suka dengan ilmu hitam untuk datang, sehingga adalah hal lumrah terjadi pemandangan mistis, di mana terjadi bola bola api yang meluncur di sekitar kuburan(setra) atau yang disebut perang api.
Bola bola api yang meluncur di udara itu diyakini sebagai wujud lain dari leak
Bola bola api ini dapat dilihat dengan mata telanjang oleh para penonton, dan sampai saat ini belum didengar kabar dapat melukai penonton. Bola api hanya berperang dengan sesama bola api lainnya.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kisah mistis lainnya adalah adanya larangan bagi penonton untuk pulang di tengah drama tari ini.
Seorang penonton harus siap mengikuti adegan demi adegan dari awal hingga akhir (tengah malam hingga dini hari, pukul 4 atau 5 pagi).
Jika seorang penonton pulang atau meninggalkan areal sebelum drama tari ini berakhir, maka si penonton mesti siap dicegat oleh para leak.
Sehingga tak heran para penonton dengan tekun mengikuti gelar drama ini, dan tentu saja anak-anak dan bagi pengidap jantung dilarang menonton drama ini.
Selain hal hal di atas, rumah rumah di sekitar areal pementasan dilarang menghidupkan lampu, sebab para leak memang sangat menyukai keadaan gelap gulita.
Jika ada nyala lampu, maka ilmu hitam mereka tidak jadi.Demikian pula tidak ada satu kendaraan pun yang diijinkan lewat di jalan umum yang melalui areal kuburan.
Suara bising serta nyala lampu kendaraan dapat pula menganggu konsentrasi para leak. Para pelanggar tentu saja mesti bersiap dicari atau di hadang para leak.
Jika seorang penonton pulang atau meninggalkan areal sebelum drama tari ini berakhir, maka si penonton mesti siap di hadang oleh para leak.
Pada intinya masyarakat Bali bukanlah pemuja setan sebab mementaskan adegan-adegan ilmu hitam serta secara tidak langsung mengundang para penggemar ilmu hitam (leak) untuk hadir.
Namun dalam filosofi budaya Hindu Bali, dipercayai bahwa dunia ini terdiri dari dunia yang hitam (ilmu hitam) dan putih (ilmu putih). Kedua dunia yang hitam-putih itu menciptakan harmoni (keseimbangan) dalam kehidupan.
Kedua ilmu hitam dan putih itu, yang akan menimbulkan kesucian pada dunia ini. Pada akhirnya dipercayai bahwa ilmu putihlah yang menang, seperti juga yang tertuang pada drama tari Calon Arang ini.

MENGENANG TAMAN FESTIVAL BALI DAN KISAH MISTISNYA






​Taman festival bali merupakan rekreasi hiburan alam ,binatang,dan juga kesenian pun turut ada di dalamnya.taman ini berada di pantai padang galak yang luasnya mencapai 8,98 hektar.
Taman ini di bangun tahun 1997 oleh PT.Abdi Persada Nusantara pada saat itu taman ini sangat sangat indah menurut saya dulu saya TK tahun 1999 saya di ajak oleh guru saya untuk bertamasya bersama teman teman melihat burung langka,buaya dan binatang langka lainya bahkan ada pertunjukan seni tari ada di sana saya tidak bisa melupakan taman festival bali ini betapa indahnya momen momen pada saat itu dan sampai sekarang saya masih ingat.
Tapi sayngnya tahun 2000 taman festifal ini bangkrut dan di tutup sampai sekarang.kabarnya buaya yang dulu di pelihara di sana sebagian sudah pergi ke laut dan sebagian lagi masih di sana.
Taman festival bali ini sudah belasan tahun mangkrak dan bangunanya 70% sudah hancur dan sisanya masih tetap berdiri sampai sekarang.


Konon kabarnya di setiap bangunan tersebut sudah ada penunggu setiaya dan bahkan di pakai syuting filem horor oleh stasiun tv lokal indonesia.
Masyarakat setempat menyatakan taman ini dijadikan tempat perkumpulan mahluk halus(leak).
Saya pernah kesana baru baru ini saya bertanya kepada petugas penjaga yang khusus menjaga taman tersebut,petugas tersebut sering mendengar suara anak kecil berlarian di sekeliling taman tersebut.
Pernah suatu hari di mana di bali hari hari tertentu seperti purnama kajang kliwon dan yang lainya,petugas tersebut hendak menghaturkan canang ke blakang taman tersebut ada sebuah pura yang di sebut "penungun karang" karna jauh petugas tersebut harus mengendarai motor membawa canang( sesaji )persembahan kehadapan sang hyang widhi wasa yang menjaga tempat tersebut.
Tiba tiba di jalan jalan yang melewati bangunan yang sudah hancur ,rumput liar yang sampai menutupi bangunan tersebut dan suara jangkrik suasana begitu mencengkam setelah ada suara perempuan yang memangil sambil menangis di tempat tersebut petugas itu pun tidak menghiraukanya karna dia akan melahkukan persembayangan dan menghaturkan canang di pura belakang taman tersebut tujuanya agar kita senantiasa dilindungi setiap bertugas di sana ,kata bapak tersebut.
Saya sendiri pernah mengalami cerita aneh mistis di tempat tersebut ada bangunan dan satu satunya bagunan yg berdiri kokoh di sana,bangunan tersebut bernama ruang teater taman festival,ruangan ini dulunya dipakai sebagai drama teater seni pertunjukan tapi setelah taman festival ini mangkrak bagunan tersebut menjadi mengerikan.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kami ber 5 waktu itu kami sedang menelusuri setiap ruang teater ini di tengah tengah ruangan teater ini sangat gelap dan gelap sekali dan suaranya sangat hening tiba tiba ada sebuah benda yang jatuh seakan akan di sengaja mempernainkan kami lalu beberapa menit kemudian ada sinar merah yang bersinar di tengah tengah ruangan yang tidak terurus belasan tahun itu dan salah seorank teman kami pingsan mendengar suara perempuan misterius di dalam gedung teater tersebut.
Ada yang unik waktu itu kami menelusuri setiap bangunan di taman festival ada seekor anjing yang setia mengikuti kami selama perjalanan yang begitu menegangkan seakan akan anjing tersebut menjaga kami.
Sampai sekarang taman festival ini tetep exsis walaupun sudah mulai hancur,bahkan banyak orank yg memamfaatkan sebagai wisata sepiritual,pemotretan,preweding dan pembuatan video klip salah satu group bend di bali.
Saya berharap taman festival ini bangkit lagi seperti tahun 1997 sampai 1999 pada masa jayanya dan pemerintah kota denpasar ,walikota denpasar,dan gubernur bali bisa menghidupkan kembali taman festival ini seperti masa jayanya karna taman festival bali ini sangat terkenal di bali bahkan indonesia.
Demikian ulasan saya tentang taman festival yang berada di desa saya sendiri desa kesiman petilan denpasar timur.maaf kalo kalo ada kosakata yang salah ucapan yang salah saya minta maaf saya mencintai budaya bali dengan di bangunya taman festival ini kembali kesenian bali pasti akan lebih baik lagi di mata dunia.

MENGENAL TARI BARIS POLENG / TEKOK JAGO






Tari ini sangat jarang di jumpai sampai saat ini. tari ini biasanya di jumpai di desa darmasaba badung dan tangguntiti denpasar.
Tari ini biasanya di pakai sebagai upacara tertentu seperti manusa yadnya dan pitra yadnya.
Tari baris ini biasanya di tarikan berkelompok dan di iringi gambelan khas baris ketekok jago atau baris poleng.
Bicara tentang tarian dan fingsinya sekarang kita akan bahas sejarah tari baris poleng atau tari baris ketekok jago ini.
SEJARAH :Literatur tertua yang mengungkap tentang Baris adalah Lontar Usana Bali yang menyatakan : setelah Mayadanawa dapat dikalahkan maka diputuskan mendirikan empat buah kahyangan di Kedisan , Tihingan ,Manukraya dan Kaduhuran.
Begitu kahyangan berdiri megah, upacara dan keramaian pun diadakan dimana para Widyadari menari Rejang, Widyadara menari Baris dan Gandarwa menjadi penabuh.
Legenda Mayadanawa tersebut terjadi pada saat Bali di perintah Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa sebagai raja keempat dari Dinasti Warmadewa yang memerintah dari tahun 962 hingga 975.


Dengan demikian dapat disimak bahwa pada abad X sudah ada Tari Baris, namun bentuknya apakah sama dengan Baris upacara yang ada sekarang, memerlukan perenungan lebih mendalam.
Fungsi :Untuk kepentingan upacara Pitra Yadnya dan bahkan juga untuk upacara Dewa Yadnya.Sebagian besar masyarakat menanggap tarian ini menjadi pengiring jenazah ke alam nirwana.
Sementara tarian sakral itu lebih menonjolkan makna yang tersirat ketika para penari melakoninya.Para penari pun tak sembarangan menggerakkan tangan dan kakinya.
Struktur Pertunjukan :Pelaku/Penari Jumlah penari seluruhnya 20 (dua puluh) orang,semuanya laki-laki. Seperti halnya, di tempat lain, maka dari sejumlah penari tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yakni: sebagian menjadi angsa dan sebagiar besar lainnya menjadi burung gagak.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Nama “Tekok Jago ” berasal dari peran yang dibawakan oleh penari yang merupakan jenis burung dan unggas.Tata Busana ,Busana atau kostum yang dipergunakan pada waktu menari terdiri dari ,Gelungan Celana panjang warna putih tetapi pada bagian bawahnya ada strip strip hitam putih (poleng).
Baju lengan panjang pada badan warna hitam putih kotak-kotak, lengan berwarna lurik (putih, kuning, hijau, dan hitam).Kain Putih Saput, warna hitam putih (poleng) Badong; hiasan leher Iringan Tari Baris Tekok Jago menggunakan instrumen, kecuali gambelan terompong.
Adapun jenis jenis gambelan/instrumen yang dipakai adalah :Kendang 2 (dua) buahSuling ,CengcengGiying / pengugalPemade 4 (empat) buahKantil 4 (empat) buahJublag 2 (dua) buahKajarKenongReongJegogan 2 (dua) buahKempur dan gongSedangkan lagu-lagu yang dipergunakan adalah :Lagu OmangLagu BarongLagu KaleLagu Pengeset Jauh luh.

kisah Danghyang Niartha di pura tanah lot





Salah satu cerita menarik tentang penyebaran agama Hindu di Bali adalah cerita dari Tanah Lot. Tanah Lot berarti tanah ditengah laut. Seperti yang kita ketahui, Tanah Lot memang terletak beberapa meter dari bibir pantai, sepreti sebuah pulau yang memisahkan diri. Saat airsurut, wisatawan bisa mengunjungi Tanah Lot dengan berjalan kaki.

Saat air pasang, Tanah Lot benar-benar terlihat serpti sebuah pulau kecil yang hanya berisi pura di pinggir pantai. Sejarah Tanah Lot taklepas dari sejarah penyebaran agama Hindu di Bali.


Pura yang ada di Tanah Lot adalah pura yang dibangun oleh salah satu orang yangmenyebarkan ajaran Hindu di Bali.Orang itu adalah Danghyang Niartha,seorang guru dari Jawa Timur yang berniat menyebarkan agama Hindu di Bali.

Kedatangannya disambut baik oleh raja Dalem Waturenggong, raja yang menguasai Bali kala itu. Raja Dalem Waturonggeng menyambut Danghyang Niartha dengan baik. Maka ia menyebarkan agama Hindu setiap harinya dari desa ke desa di setiap sudut Pulau Bali.

Suatu hari dalam perjalanannyamenyebarkan agama Hindu, Danghyang Niartha menemukan sebuah cahaya suci dari tenggara. Iamengikuti terus sinar suci tersbut karena penasaran, hingga sinar suci tersebut kemudian membawanya pada sebuah mata air.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Di mata air tersebut Danghyang Niartha menemukan sebuah tempat yang sangat indah, tak jauh dari situ ia menemukan batu karang berbentuk burung yang kemudian ia namai Gili Beo.Pada saat itu masih banyak masyarakat Bali yang menuhankan manusia. Salah satunya adalah Bendesa Beraban yang dituhankan oleh beberapa masyarakat.

Danghyang Niartha dimusuhi Bendesa Beraban karena sedikit demi sedikit warganya banyak yang beralih menganut ajaran yang disebarkan oleh Danghyang Niartha. Maka ia bermeditasi dan melakukan pemujaan pada Dewa Laut di tempatyang indah tersebut.

Dengan kekuatannya, Danghyang Niartha kemudian memindahkan tempat tersebut ke tengah laut untuk melindungi dirinya dari Bendesa Beraban. Selain itu, Danghyang Niartha juga menciptakan ular-ular dari selendangnya untuk melindunginya dari serangan Bendesa Beraban. Sampai saat ini masih ada ular-ular di sekitar Tanah Lot yang konon adalah ular-ular penjaga Danghyang Niartha.

Karena kegigihan Danghyang Niartha, ia bukan hanya bisa melidungi diri dari Bendesa Beraban, ia bahkan bisa membuat Bendesa Beraban mengikuti ajarannya. Setelah berhasil menyebarkan agama Hindu di Bali, Danghayng Niartha melanjutkan perjalanannya dan mewariskan Keris Jarmanera atau Keris Ki Baru Gajah pada Bendesa Beraban. Keris itu masih ada dan dirawat sampai saat ini di dalam pura Tanah Lot. Keris tersebut bahkan diupacarakan pada hari raya Kuningan. Hari raya ini diperingati setiap 210 hari sekali sesuai kalender Bali atau juga dikenal dengan nama Buda Wage Lengkir.

AKSARA SUCI PENYATUAN ALAM SEMESTA BESERTA ISINYA












Aksara yang menyangkut dengan badan manusia dan alam semesta ini dapat di pergunakan ke hal positif(mengobati) manusia dari pengaruh ilmu hitam maupun negatip(menyakiti) dalm artian dapat juga dipakai sebagai menyakiti manusia,di bawah ini di terangkan dalam lontar usada tiwas punggung:



Lontar Usada Tiwas Punggung menguraikan, Dasa Aksara atau sepuluh huruf itu terdiri atas Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Uang, Yang.Huruf-huruf ini berasal dari suku kata Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya yang tujuannya untuk memuliakan Dewa Siwa.

Huruf-huruf ini memiliki tempat masing-masing, baik di dalam tubuh maupun alam semesta. Sang dengan kekuatan Dewa Iswara berlokasi di jantung, di alam semesta berada di timur. Bang di hati (selatan), dewanya Brahma. Tang di ginjal (barat), Dewa Mahadewa. Ang di empedu (utara), Dewa Wisnu. Ing di pertengahan hati (tengah), Dewa Siwa. Nang di paru (tenggara), Dewa Maheswara. Mang di usus (barat daya), Dewa Rudra. Sing di limpa (barat laut), Dewa Sangkara. Uang di kerongkongan dan anus (timur laut), Dewa Sambu. Yang terletak di urutan rangkai hati (tengah), Dewa Guru.



Karakter sebagai lambang dari kekuatan dewa inilah yang diolah untuk membangkitkan kekuatan spiritual atau energi, baik bersifat positif maupun negatif.Pengolahan karakter di dalam tubuh ini bisa digunakan untuk pengobatan dan juga untuk menyakiti. Termasuk ilmu leak juga merupakan pengolahan huruf-huruf ini.

Sesuai kepentingan orang yang mempelajari, sepuluh karakter ini bisa diringkas atau dirangkum yang disebut Pengrukun Dasaksara. Huruf ini disatukan menjadi lima huruf dengan kekuatan Panca Dewata.Kemudian diolah lagi menjadi tiga huruf (Tri Sakti) yaitu Ang, Ung, Mang. Ketiga huruf ini merupakan lambang Dewa Brahma, Wisnu dan Iswara. Dalam tingkatan spiritual tertentu tiga huruf ini diolah menjadi dua huruf Ang dan Ah sebagai simbol bumi dan langit. Dan yang paling terakhir adalah menjadi huruf OM sebagai lambang Tuhan.

Pengolahan huruf ini disesuaikan dengan kemampuan spiritual yang dimiliki.Hal ini membutuhkan proses cukup panjang. Ibarat seorang murid, semakin tinggi sekolahnya berarti semakin singkat huruf yang digunakan. Murid yang baru belajar biasanya disuruh menghafal sepuluh huruf tersebut. Bila sudah naik kelas, dia akan diajarkan bagaimana mengolah huruf itu menjadi lima, tiga dan dua.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Huruf-huruf ini juga bisa digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit. Hal ini bisa diketahui melalui suara yang ditimbulkan. Penyakit yang ditimbulkan oleh air ketuban biasanya menimbulkan efek warna kuning, suara yang terdengar adalah Sing. Penyakit akibat darah akan berwarna merah, suaranya Ang.Penyakit akibat lemas, suaranya terdengar Yang. Penyakit akibat ari-ari, menimbulkan bungi Ung.

Sesuai tingkatannya, Ilmu Kanda Empat dapat dipilah menjadi Kanda Pat Butha, Kanda Pat Rare, Kanda Pat Nyama, Kanda Pat Dewa, Kanda Pat Subhiksa, Kanda Pat Sari dan Kanda Pat Moksa. Namun sebuah salinan lontar yang ditulis tangan menyebutkan Kitab Kanda Pat yang lain bernama sarining Kanda Pat Sari. Salinan lontar itu berisi tentang ilmu-ilmu gaib aliran kiri dan kanan yang disebut Ngiwa Tengen. Jika tekun mempelajarinya, menurut isi lontar tersebut, akan terhindar dari marabahaya, berbagai bentuk tindak kejahatan (durjana), menjaga keluarga, dan terhindar dari serangan ilmu hitam. Namun barangsiapa mencampakkan atau menghina ilmu sarining Kanda Pat Sari ini, dia akan terkenan kutukan. Dia akan terkena penyakit yang tak bisa diobati secara medis, gila dan pendek usia.

Seperti bunyi salah satu bait lontar tersebut "Yan Sira arep sakti sidi ngucap, kinasihing dening jagat, muang ton kekurangan pangan kinum, iki kaweruh Akena, pawarah batara ring dalem. .. ", yang artinya kalau Anda ingin sakti, disayang alam dan tak kekurangan makan minum, sebaiknya memuja Bhatara di Pura Dalem. Mungkin maksudnya mempelajari ilmu sarining Kanda Pat Sari karena ilmu ini merupakan anugerah Dewa yang beristana di Pura Dalem.

Ada persyaratan untuk mempelajari ilmu ini, di antaranya melakukan persembahyangan yang dimulai dari Pura Dalem Tungkub, kemudian ke Pura Mrajapati, ke kuburan (tempat pembakaran jenasah) , ke Pura Desa dan Pura Peseh. Sebab akan membuat ilmu tersebut menjadi lebih sempurna. Salah satu mantra untuk membangkitkan ilmu sarining Kanda Pat Sari adalah "Ang Brahma Ka Idep, Ung Wisnu Sidi, Mang Iswara Mandi, Jatasemat Sidaning Adnyana




Demikian ulasan saya tentang aksara suci penyatuan alam semesta beserta isinya.Dengan ini kita saling belajar mengenal kan budaya bali kepada generasi penerus agar budaya kita tidak di tiru oleh negara lain mari kita sama sama menjaga dan melestarikan budaya bali.

Fungsi Kahyangan Tiga Dalam Desa Adat





Dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Het Godsdienstig Karakter Der Balische Dorpsgemeenschap”, R. Goris mencatat bahwa ciri religius dari desa adat di Bali dibentuk oleh tiga unsur fundamental yaitu:
Sejumlah tempat suci desa (Pura-Pura desa) sebagai tempat pemujaan;
susunan kepengurusan desa (prajuru desa) yang selalu dikaitkan dengan fungsi-fungsi keagamaan;
Berbagai upacara seremonial (upakara)yang konsisten dilakukan oleh desa.

Sejak awal, Maharesi Maharkadia telah memberikan pedoman pada masyarakat Bali bahwa di tempat utama desa seyogyanya dibangun tempat suci desa untuk memuja Tuhan (…tur hana kahyangan patut pauluaning desa-desa) selanjutnya ditegaskan desalah yang wajib mengurus tempat suci desa (desa ika ne wenang mikukuhin parhyangan desa).

Dicatat oleh Goris, pada mulanya pembentukan sebuah desa adat selalu ditetapkan tiga tempat secara khusus yakni :
suatu tempat untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan dan roh-roh leluhur pendri desa;
sebuah tempat untuk melaksanakan penguburan dan upacara kematian beserta kompleks pemujaan terhadap roh-roh yang masih kotor (dalam wujud pirata);
suatu tempat untuk melakukan pertemuan baik bagi pengurus desa maupun bersama-sama warga desa.



Untuk tempat yang pertama selalu diusahakan suatu tempat yang lebih tinggi dari desa. Tempat ini merujuk ke arah gunung atau kaja. Di sinilah kemudian dibuat tempat suci pusat atau asal yang difungsikan untuk memuju Tuhan dalam perwujudannya sebagai dewa pelindung alam dan para roh suci leluhur yang telah menjadi Dewa. Tempat suci inilah kemudian disebut “Pura Puseh”, dan merupakan “tempat suci alam atau (Upper Worldly Temple).

Bagi tempat yang kedua dimana pada tempat itu digunakan untuk prosesi kematian (setra) dan tempat suci untuk memuja Tuhan dalam perwujudan sebagai dewa kematian, akan selalu dicari tempat yang lebih rendah dari desa atau sering disebut ke arah laut (kelod). Tempat suci ini kemudian disebut pura Dalem, yang merupakan tempat suci alam bawah (Nether Worldly Temple). Pura Dalem difungsikan untuk melakukan penyucian terhadap roh (Sang Hyang Dalem).

Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Roh tidaklah secara serta merta menjadi suci setelah manusia mati. Begitu manusia meninggal dipercaya bahwa roh atau jiwanya masih berada pada alam bawah dalam bentuk Pirata. Baru setelah dilakukan proses upacara penyucian di Pura Dalem rohnya akan menjad| suci dan terangkat dari alam bawah menuju alam atas. Di Tempat Suci (Pura Dalem) ini yang dipuja adalah Dewa penguasa Kematian yang akan memberi restu (panugrahan) untuk menyucikan roh-roh dari warga desa yang telah meninggal.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Untuk tempat pertemuan desa, warga desa (Krama Desa) memilih tempat di tengah-tengah dari wilavah koloni desa, misalnya sering ditemui dekat persimpangan jalan atau tempat dimana Pasar Desa terletak, tempat ini berupa pavilion (Balai, Bale) dimana pada masa yang lalu dipergunakan untuk tempat mangkal pemuda pemudi desa (Truna-Truni), tempat menginap bagi para pelancong luar desa. Di samping itu digunakan juga sebagai tempat pengukuhan (inisiasi) menjadi krama desa. Pusat desa yang memiliki multi fungsi ini, berkembang menjadi Tempat suci yang disebut “Pura Bale Agung”, sebagai tempat melakukan pertemuan. V.E Korn menggambarkan Pura ini sebagai “the sacral men’s house”.

Pada desa-desa tua hampir seluruhnya memiliki tiga jenis tempat suci ini. Hanya saja dalam penempatannya terdapat beberapa variasi. Misalnya Pura Puseh ditempatkan sebagai bagian dari Pura Bale Agung atau sebaliknya. Di daerah Buleleng Pura Puseh dan Pura Bale Agung dijadikan satu kesatuan ke dalam Pura Desa.

Pada tipe Pura Dalem yang sangat tua terdapat bangunan (Pelinggih) yang diperuntukkan bagi roh-roh warga desa yang baru meninggal, tipe ini terdapat di desa-desa pegunungan sekitar danau batur (Desa wintang danu batur). Demikian juga Pura Puseh, awalnya adalah tempat pemujaan yang sangat sederhana. Pada tempat suci ini sering terdapat arca batu besar (Paica, Taulan). Pada Pura Bale Agung dicirikan oleh adanya balai pertemuan yang besar (Bale Agung) ditambah beberapa bangunan suci lainnya.

Pura Dalem, Pura Puseh dan Pura Bale Agung sering ditemui besar dalam ukurannya, tetapi senantiasa sederhana dalam disainnya. Pura-pura ini mengalami perubahan arsitektur selama berabad-abad. Perubahan itu datang sebagai hasil dari paham Hindu yang secara perlahan-lahan disaring dari karajaan Hindu. Pada masa kerajaan Hindu di Bali, tempat suci kerajaan disebut “Pura Pamerajan”. Pemerintah kerajaan memiliki dua tempat suci yakni : Pura Penataran sebagai pura kerajaan atau pura pemerintahan dan pura prasada (candi) sebagai tempat pemujaan bagi eluhur kerajaan.

Dalam pura penataran, kesatuan kerajaan melakukan peringatan meminta berkah kemasyuran, perlindungan, kekuatan untuk memerintah yang kesemuanya dilaksanakan dengan cara-cara religius. Di pura Prasada keluarga raja mencoba mencari hubungan dengan para leluhurnya mohon doa restu.

Dalam perkembangan kemudian pura penataran menjadi suatu pura yang besar di dalamnya berisi altar, bangunan pemujaan (pelinggih), tempat persembahan, balai pertemuan, balai gong, dapur suci, dan bangunan balai-balai lainnya. Prasada unsur utamanya adalah suatu susunan batu besar (candi). Unsur batu digunakan untuk keseluruhan disain pura ini, apakaha itu untuk altar, maupun bangunan penunjangnya.

Mengikuti contoh-contoh pura kerajaan ini, maka pura-pura desa lambat laun (juga arsitekturnya) kena pengaruh pola kerajaan Hindu. Pura Bale Agung yang terdapat di desa mengikuti pola pura penataran kerajaan dan pura dalem mengikuti pola pura Prasada. Persolannya kemudian, kerajaan memiliki dua tempat suci (Penataran dan Prasada) sedangkan desa memiliki tiga pura (puseh, Bale Agung dan Dalem ) lalu bagaimana gambaran hubungan kedua jenis pura tersebut.

Di dalam pura penataran yang disembah adalah Tuhan penguasa wilayah, (bumi, tanah). Dan sebagai tempat pertemuan keagamaan dari kerajaan. Hal ini merupakan karakteristik dari pura Puseh dan Pura Bale Agung pada tingkat Desa. Sedangkan Pura Prasada sebagai tempat untuk melakukan hubungan dengan para Dewa, leluhur kerajaan adalah sama fungsinya dengan pura Puseh, Desa. Fungsi pura dalem adalah sebagai tempat memuja leluhur yang belum menjadi dewa (masih dalam bentuk pirata) tidak ditemukan dalam kerajaan.

Para leluhur kerajaan selalu disucikan dan distanakan dalam sebuah candi. Proses penyucian roh leluhur raja-raja tidak diijinkan untuk ditangguhkan. Keseluruhan rangkaian upacara kremasi ini berakhir di dalam candi (Prasada). Demikianlah idealnya menurut konsepsi masyarakat Bali Hindu, dimana upacara pengabenan segera mungkin dapat dilakukan.



Akibat kontak yang konstan antara pihak kerajaan dengan orang-orang Bali pedesaan dan tiadanya penyegaran pengaruh India dan Jawa (Hindu), maka kerajaan dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, dengan kekuatan (power) dan perlengkapan yang dimiliki, pihak kerajaan akan membuat dengan segera candi atau prasada bagi raja yang meninggal. Kedua, mulai merasakan dan berpikir lebih sebagai seorang Bali sehingga dirasakan perlu untuk membangun Pura Dalem kerajaan. Biasanya sebutan pura ini mengacu pada nama kerajaan yang bersangkutan. Misalnya Pura Dalem Koripan, Pura Dalem Segening, Pura Dalem Gelgel dan sebagainya.

Dengan cara seperti ini terjadilah kesatuan arsitektur antara pura penataran, pura bale agung dan pura puseh. Di satu pihak dengan pura dalem, pura prasada dan pura dalem kerajaan di pihak yang lain. Sekarang ini dapat dilihat pada candi kurung mengingat kepada jalan utama menuju pura penataran dan candi bentar mengingatkan kepada susunan utama pura candi atau pura prasada. Dewasa ini tak terhitung pura yang mempunyai kedua tipe gerbang tersebut.

Setelah datangnya Mpu Kuturan di Bali (awal abad 11), Pura-pura Desa tersebut mendapat penataan melalui konsep “Tri Murti” yakni paham teologis yang menjabarkan kemaha kuasaan Tuhan dalam bentuk trinitas. Dalam penataan Pura Desa itu, Pura Bale Agung difungsikan sebagai tempat pemujaan Tuhan pencipta(brahma), Pura Puseh sebagai tempat suci untuk memuju Tuhan pelindung (Wisnu) dan Pura Dalem tempat memuja Tuhan pelebur (Siwa). Tiga pura milik desa ini kemudian disebut Kahyangan Tiga. Desa dengan ciri kahyangan tiga ini sekarang lebih populer dengan sebutan Desa Adat atau Desa Pakraman.

Di samping tiga pura utama tersebut, untuk desa-desa yang terletak dekat pantai umumnya memiliki pura segara, demikian juga desa-desa yang terletak di perbukitan biasanya terdapat pura bukit. Pada sejumlah desa di Bali pura-pura kepunyaan desa adat tidak hanya tiga melainkan bisa lebih dari itu sesuai dengan latar belakang historis, geografis dan sosiologis dari desa yang bersangkutan.


Berbagai Sumber | Google Images | Youtube

Jasa tukang bangunan dan borongan Bali





MENYEDIAKAN JASA BANGUNAN YANG PROFESIONAL & TERPERCAYA UNTUK KEBUTUHAN ANDA.
- RENOVASI RINGAN, SEDANG DAN BERAT
- BANGUN BARU RUMAH, KANTOR, KIOS, RUKO, APARTEMEN, GEDUNG BERTINGKAT, KONTRAKAN, KOST-KOSTAN, CLUSTER, KAVLING, PASAR.
- INSTALASI AC
- INSTALASI SISTEM PIPA DLL

Hubungi : 0821-4684-7793