Minggu, 26 Januari 2020

Banten saraswati






Banten saraswati
tamas sayut, raka, 5 celemik pesucian (tepung tawar, beras benang, sisig yi jaja gina puun, seseban don dadap, lengis miik, bunga miik), celemik jaja saraswati, sampyan nagasari n penyeneng

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Banten Piodalan Alit




Piodalan alit 
Tumpeng 7/nyayut di Mrajan
munggah : tipat daksina, rantasan
Surya pesaksi : pejati
Ayaban 7 tamas atau jadikan 1 ebeg/kepe 
ulu : daksina, 2 jerimpen wakul, suci cenik
awak: peras, pengambean, sayut, dapetan, soda, pengiring 2 
runtutan : Tebasan sidapurna lan mertha uttama  
ikut : soroan
sor : segehan agung

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI


Tugu karang : 
munggah : tipat daksina
ayaban tumpeng lima 
5 tamas atau jadikan 1 ebeg/kepe
peras, pengambean, sayut, dapetan, soda
tebasan sidapurna
sor : segehan putih kuning  
Indrabelaka/pelinggih lain 
dados pateh
munggah : tipat daksina
ayaban tumpeng lima 
5 tamas atau jadikan 1 ebeg/kepe
peras, pengambean, sayut, dapetan, soda
tebasan sidapurna
sor : segehan putih kuning 

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI


Tetandingan nyane 

Tumpeng 7/nyayut
Peras
taas, kulit peras, raka, 2 nasin peras, kojong rasmen, sampyan peras


pengambean, 
tamas, tumpeng 2, tipat pengambean, raka, kojong rasmen,  sampyan pengambean

sayut, 
tamas, 



dapetan, 
soda, 
pengiring 2 

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI


Tumpeng siya 
munggah : tipat daksina atau pejati
peras, pengambean, sayut, dapetan, soda, ...
sor : segehan agung atau caru putih

Tumpeng solas 
munggah : pejati suci metaluh bebek

peras, pengambean, sayut, dapetan, soda,...
sor : caru putih/brumbun
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Sesayut/Tebasan



Sesayut/Tebasan 
Sidhapurna 
Mertha Uttama 
Mertha Dewa 
Atma rauh 
Pengenteg bayu

Panca kelud
Pemiak kala
Lara melaradan



Peras tulung sayut 
terdiri dari dua ceper yi :
ceper pertama dibawah: kulit peras cenik nasi rasmen, di luanan raka cenik (biu aiis, bantal tape cenik,  tebu jaja uli akebis,  tumpuk dengan ceper kedua
ceper kedua diatas :di luanan raka cenik (biu aiis, bantal tape cenik, tebu jaja uli akebis2 tulung sangkur isi nasi rasmen, penyeneng 
ikat kedua ceper jadi satu  

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Sidhapurna 
tamas, kulit sayut, di luanan raka-raka (biu, bantal, tape, tebu, buah, jaja gina n uli), di teben 2 tulung sangkur isi nasi rasmen, 2 nasi sodan, 2 tipat sidhapurna dan satu tumpeng meplkir, peras tulung sayut, pesucian, kuangen 2, sesarik yi jeet guak kecil isi beras benang (ada yang pake ada juga yang tidak), sampyan nagasari, penyeneng. (kadang-kadang penyeneng dikasi kekuum sebagai hiasan)

Mertha Uttama 

Mertha Dewa 
Atma rauh 
Pengenteg bayu

Panca kelud
Pemiak kala
Lara melaradan

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



 Tebasan dirgayusa anggen bayuh oton
1.kulit tebasan
2. Raka2 jangkep.
3. Tumpeng 9 buah, masing2 tumpemg ditancepkan bunga tunjung, kwangen mesari 2 keteng jinah bolong, muncuk daun dadap.
3. Dagingnya 1 ayam brumbun dipanggang.
4. kojong rasmen Kacang saur.
5. Daun sirih dan pinang( ditaruh di tengah2).
6. Sampian nagasari.




 Tebasan tadah kala anggen bayuh oton
1. Kulit sayut
2. Raka2 jangkep.

3. Nasi punjung (nasi dalam tekor tajuh)
4. Nasi mewadah kau , tancebin bunga tunjung 3 warna(tunjung 2 warna n cempaka kuning)
5. Ulamnya bebek hitam meguling.
6. 5 buah tulung urip.
7. 5 buah tipat sidapurna.
8. 5 tipat bagia.
9. Semua tipat celekin bunga.
10. Klungah nyuh gading.
11. Daksina 1. Mesari 800 rupiah.
12. Penyeneng.
13. Pras alit 1 (peras tulung sayut)
14. Sampian nagasari.
15. Canang payasan.


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

BEBANTENAN UPAKARA BALI



BEBANTENAN UPAKARA BALI YANG SATVIK
Bebantenan di Bali pada masa Ida Mpu Kuturan dianjurkan untuk hanya mempergunakan persembahan bunga (sekar) dan dupa (asep) kemenyan majegau. Pada jaman-jaman berikut, upakara yang mempergunakan ikan / daging dalam bebantenan dirancang oleh Dhanghyang Nirarta atas permintaan Sri Aji Dalem Waturenggong. Jadi sesungguhnya pada jaman Ida Mpu Kuturan bebantenan di Bali tidak diperkenankan untuk menggunakan daging hewan, tetapi, bagaimanapun, instruksi bebantenan upakara sebelumnya oleh Ida Mpu Kuturan diabaikan oleh Sri Aji Dalem Waturenggong yang berkeinginan untuk menggunakan tata cara baru yang menurutnya akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanannya rakyat Bali.

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
 
Jadi bila sekarang, masa kini, ada orang di Bali yang ingin hanya menggunakan persembahan nabati / vegetarian (Satvik) dalam bebantenan upakara dan pelaksanaan upacara yadnya, dengan bunga, daun, buah, air dan dupa dan tidak berkenan mempergunakan ikan / daging dalam bebantenan itu sangat bisa dan tidak perlu diragukan kebenarannya, karena itulah anjuran bebantenan upakara awal mula di Bali yang diinstruksikan oleh Ida Mpu Kuturan... 'Sekar ring Asep Menyan Majegau'.
copas
(Berdasarkan Sumber Sastra: DHARMA HINDU BALI | AGAMA HINDU BALI, Dikumpulkan oleh Ida Bagus Ketut Gede, Gerya Telaga Tegal, Pemecutan Kelod, Denpasar, Bali)
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Minggu, 29 Desember 2019

Jual Banten Upacara Bali Murah



Melayani pembuatan aneka banten untuk upacara \hindu Bali
piodalan
pawiwahan
otonan
tiga bulanan


Melayani aneka Upacara
Ngelangkir
Menikah
Ngaben

hubungi via WA, Telp atau sms
0897 - 6687 - 246
0882 - 9209 - 6763


Telp
0361 - 464096

alamat
jl Gandapura Gg 1c No1 Kesiman Kertalangu
dan
jl sedap malam 117a kebon kuri
Denpasar

Pesan Via Facebook Klik Disini

Rabu, 18 Desember 2019

Benarkah Hindu Menyembah Patung atau Batu?


Fungsi Agama Hindu

Agama Hindu berfungsi untuk mengatur hubungan hidup antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesama dan antara manusia dengan lingkungan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Semua itu terkandung di dalam Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kemakmuran atau kebahagiaan yang bersumber dari 3 hal.
  1. Parhyangan (Hubungan Manusia dengan Tuhan)
  2. Palemahan (Hubungan Manusia dengan alam lingkungan)
  3. Pawongan (Hubungan Manusia dengan sesama)
Dalam Hindu juga diajarkan tentang etika dalam berprilaku atau berbuat untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian hidup, yang disebut dengan Tri Kaya Parisudha. Yang terdiri dari :
  1. Manacika (berfikir yang benar)
  2. Wacika (berkata yang benar)
  3. Kayika (berbuat yang benar)
Jadi  pada umumnya Agama itu sejatinya adalah sebuah penuntun dalam kehidupan manusia di dunia untuk mencapai kesejahteraan duniawi serta penuntun jiwa-jiwa manusia untuk mencapai penyatuan kepada Tuhan ketika telah meninggal.

Hindu Menyembah Patung

Hindu adalah agama  yang Universal. Hindu akan menyatu dengan tradisi dan budaya dimana penganutnya berada. Dalam Hindu tidak ada keharusan untuk memuja Tuhan menggunakan bahasa Sansekerta ataupun Bahasa Bali Kawi. Tuhan Maha Tahu, Beliau dapat mengerti segala bahasa, karena beliaulah Sang Maha Pencipta. Dan bukan bahasalah yang utama untuk dapat terfokus dan mencapai Tuhan tapi hati,jiwa dan pikiran yang suci,  yang merupakan landasan utama  untuk dapat terfokus dan mencapai Tuhan ketika memuja-Nya.
Hindu adalah agama yang Seni. Secara sederhananya seni dapat diartikan sebagai hasil ciptaan atau buah dari pikiran dan perasaan manusia yang diungkapan dalam wujud /bentuk, suara dll. Yang dapat memberikan kebahagiaan hati dan hidup. Maka dari itu melalui karya seni seperti patung atau yang lainnya, umat Hindu mencurahkan keyakinan dan perasaannya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Melalui karya seni ini, umat Hindu lebih berkonsentrasi memuja kebesaran Tuhan yang tanpa batas dan lebih berkonsentrasi memuja Tuhan yang tak terwujud, tak terpikirkan dan tak terbayangkan oleh pikiran manusia yang terbatas ini.
Jika diambil contoh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita menjalin hubungan jarak jauh dengan pasangan. Tentu kita tidak akan mampu untuk melihatnya secara langsung sehingga kita akan meluapkan dan mengungkapkan rasa cinta kita misalnya melalui fotonya. Lantas apakah itu artinya kita mencintai sebuah foto?  tentu TIDAK. Itu karena keterbatasan kita untuk dapat melihatnya secara langsung sehingga foto menjadi media/perantara kita untuk dapat merasa lebih dekat dengannya.
Maka Seperti itulah, akibat dari keterbatasan manusia yang tak mampu membayangkan wujud Tuhan ketika hendak memuja-Nya. Diwujudkanlah Tuhan dalam sebuah karya seni seperti Patung. Dan saat sembahyang ketika umat Hindu terlihat sedang memuja Patung. Dalam hati terdalam mereka tidaklah berkata “Oh patung…” tapi dalam hati mereka yang disebut adalah Tuhan.
Jadi patung adalah sebagai media pemujaan, sebagai alat konsentrasi untuk mencurahkan segala perhatian,pikiran dan puja-puji umat Hindu kepada Tuhan. Lantas apakah ada sloka atau ayat yang membernarkan memuja Tuhan dengan menggunakan media/perantara melalui sebuah karya seni seperti patung?  Marilah kita memahami bersama-sama  sloka Bhagavad Gita 4.11 yang tertulis sebagai berikut :
ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah
artinya :  Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha.
Menyambung kembali pertanyaan sebelumnya diatas. Lantas apakah mereka salah? Apakah kita yang umat Hindu juga perlu marah? Ketika masih ada yang bertanya atau berpendapat Hindu menyembah patung.
Tentu setiap orang akan menyikapinya berbeda-beda, karena setiap orang memiliki pola sudut pandang yang berbeda.Tapi  ,jika menurut kami mereka tidaklah salah,  karena sejatinya kekurang pemahaman tentang agama Hindu membuat mereka berpendapat demikian. Dan tentu kita tidak perlu marah, malah sebaliknya itu harus menjadi instropeksi buat diri kita. Bagaimana kita harus lebih mendalami Hindu agar ketika ada orang lain yang tidak tahu, kita dapat menjelaskan sehingga mereka dapat mengerti.
Artikel ini bukanlah untuk membandingkan ajaran agama Hindu dengan yang lain, karena setiap agama mempunyai cara yang berbeda dalam memuja Tuhan. Dan kami percaya, manusia baik ialah manusia yang benar-benar mengerti dan memahami agamanya. Dan setiap agama pasti diajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain.

Mitologi Tentang Anak-Anak Siwa


Made Budilana

Dalam cerita-cerita yang tertuang dalam Purana, Bhatara Siwa dikisahkan memiliki banyak anak dari perkawinannya dengan berbagai istri. Bahkan kelahiran anaknya sangat unik seperti Bhatara Kala lahir dari Kama Bhatara Siwa yang jatuh di laut. Ada juga kelahiran anaknya karena Bhatara Siwa marah lalu lahirlah Bhagawan Druwasa. Untuk mengetahui kisah lengkapnya, silahkan simak cerita berikut ini. 

Dalam kitab Kala Tatwa diceritakan Bhatara Siwa punya anak bernama Bhatara Kala. Konon Bhatara Siwa bersama dewi Uma, istrinya, sedang bercengkerama di laut. Sedang asyiknya menikmati keindahan laut, tiba-tiba birahi Bhatara Siwa bangkit dan langsung menyatakan kehendaknya kepada Dewi Uma. Hasrat Bhatara Siwa itu ditolak oleh Dewi Uma karean perilaku yang demikian itu tidak sesuai dengan perilaku para dewa di kahyangan. Tetapi pada waktu itu Bhatara Siwa membantah pendapat Dewi Uma, karena siapa yang dapat menahan nafsu yang sedang bergelora secara tuntas dan seketika karena nafsu itu timbul dari indriya yang bertemu dengan wisayanya. Karena tidak dapat menahan nafsu, pada saat itu juga kama Bhatara Siwa keluar dengan sendirinya dan jatuh di laut. Setelah itu sebagai Ardanareswari, Siwa dan Uma kembali ke Siwaloka.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kemudian diceritakan Brahma dan Wisnu memandang laut yang bergelora itu menyaksikan tanda-tanda yang ajaib. Brahma dan Wisnu beryoga. Akibat yoga mereka itu akhirnya kama Bhatara Siwa dapat berkumpul menjadi satu. Tiba-tiba kama itu berubah menjadi raksasa yang sangat besar yang bernama Bhatara Kala. Lalu Bhatara Kala mengeluarkan suara yang keras yang menyebabkan dunia menjadi bergetar dan sorga loka menjadi bergoyang. Para Dewata Nawa Sanga kemudian melaporkan kepada Siwa bahwa Sorgaloka diancam raksasa yang maha besar. Siwa lalu menghampiri Bhatara Kala dan terjadilah percakapan antara Siwa dengan Bhatara Kala. Inti dari percakapan tersebut adalah Bhatara Kala menanyakan siapa orang tuanya. Akhirnya Siwa menyarankan untuk mengetahui orang tua Bhatara Kala, maka Bhatara Kala disuruh memotong taringnya bagian kanan. Setelah Bhatara Kala memotong taringnya yang bagian kanan akhirnya dia mengetahui bahwa Siwa adalah ayahnya.

Cerita ini sering digelar dalam pewayangan di Bali dalam upacara Sapuh Leger atau ruwatan untuk orang-orang yang lahir pada Wuku Wayang.Sedangkan anak Siwa yang lain seperti yang tertuang dalam beberapa kitab Hindu adalah Bhagawan Druwasa, yaitu Bhagawan yang pernah memberikan ilmu Aditya Hredaya pada Dewi Kunti semasa remajanya. Cerita kelahiran Bhagawan Druwasa diawali dari perselisihan antara Brahma, Wisnu, dan Siwa. Akibat perselisihan tersebut menyebabkan Siwa murka dan lepas kontrol membuat dewa-dewa lain undur diri dari hadapan Siwa supaya tidak terkena efek kemarahan Siwa. Karena sulit meredamkan amarahnya, Siwa melampiaskan sebagian rasa amarahnya kepada Dewi Anasuya. Efek dari tindakan Siwa tersebut menyebabkan Dewi Anasuya hamil dan lahirlah seorang anak yang rewel dan pemarah bernama Bhagawan Druwasa.
Sementara anak-anak Bhatara Siwa dalam serat Paramayoga yang dipadukan dengan serat Purwacarita, Bhatara Siwa memilki lima orang anak hasil perkawinannya  dengan Dewi Umayi, yaitu Bhatara Sambu, Brahma, Indra, Bayu, dan Wisnu. Sebenarnya masih banyak lagi cerita tentang anak-anak Siwa. Tapi saya akhiri ceritanya sampai disini dulu. Kalau ada kesempatan, saya akan lanjutkan lagi pada kesempatan berikutnya. 

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI