Jumat, 04 November 2016

Sanggah Kemulan sebagai stananya Sanghyang Triatma






Dalam lontar Usana Dewa juga telah disebutkan bahwa Sanggah Kemulan sebagai stananya Sanghyang Triatma. Yaitu sebagai berikut :
ring kamulan ngaran ida sang hyang atma, ring kamulan tengen bapa ngaran sang paratma, ring kamulan kiwa ibu ngaran sang sivatma,ring kamulan tengah ngaran raganya, tu brahma dadi meme bapa, meraga sang hyang tuduh….” (Rontal Usana Dewa, lembar 4)
Artinya :
”Pada sanggah Kamulan beliau bergelar Sang Hyang Atma, pada ruang kamulan kanan ayah, namanya Sang Hyang Paratma. Pada kamulan kiri ibu, disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengah diri-Nya, itu Brahma, menjadi purusa pradana, berwujud Sang Hyang Tuduh (Tuhan yang menakdirkan).”
Demikian juga lontar Gong Wesi, yaitu sebagai berikut:
….. ngaran ira sang atma ring kamulan tengen bapanta, nga, sang paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga, sang sivatma, ring kamulan madya raganta, atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi sanghyang tunggal, nungalang raga….” (Rontal Gong Wesi, lembar 4b)
Artinya :
“…… nama beliau sang atma, pada ruang kamulan kanan bapakmu, yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan kiri ibumu, yaitu Sang Sivatma, pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud”
Dari dua kutipan lontar di atas jelaslah bagi kita, bahwa yang berstana pada sanggah kemulan adalah Sanghyang Triatma, yaitu;
Paratma yang diidentikkan sebagai ayah (purusa),
Sang Sivatma yang diidentikkan Ibu (predana)
dan Sang Atma yang diidentikkan sebagai diri sendiri (roh individu).
Yang hakekatnya Sanghyang Triatma itu tidak lain dari pada Brahma atau Hyang Tunggal/ Hyang Tuduh sebagai pencipta (upti).
Sanggah Kemulan sebagai Stana Leluhur
Dalam lontar Purwa Bhumi disebutkan bahwa atma yang telah disucikan yang disebut Dewa Pitara dan juga distanakan di sanggah kemulan. Yang mana dalam lontar tersebut dijelaskan sebagai berikut dalam terjemahan :
Setelah demikian daksina perwujudan roh suci dituntun pada Sanghyang Kamulan, kalau bekas roh itu laki naikkan pada ruang kanan, kalau roh suci itu bekas perempuan dinaikkan di sebelah kiri, disana menyatu dengan leluhurnya terdahulu.
Dalam lontar Tatwa Kapatian disebutkan bahwa sanghyang atma (roh) setelah mengalami proses upacara akan berstana pada sanggah kamulan sesuai dengan kadar kesucian atma itu sendiri. Atma yang masih belum suci, yang hanya baru mendapat “tirtha pangentas pendem” atau upacara sementara (ngurug) juga dapat tempat pada Sanggah Kamulan sampai tingkat “batur kamulan”.
Sanggah Kemulan sebagai konsep dalam pemujaan atman para leluhur kita sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, disebutkan perkembangannya :
diawali dengan pembuatan Sanggah Turus Lumbung sebagai tempat suci pekarangan rumah
dan setelah penghuninya agak mampu, barulah mereka membuat bangunan ini untuk mengganti turus lumbung itu dengan bangunan rong tunggal dan rong tiga yang disebut dengan kemulan.
Sanggah Kemulan sebagai Pemujaan Sang Hyang Widhi
Jika renungkan lebih mendalam, mengenai Sanghyang Tri Atma seperti disebutkan pada Lontar Gong Wesi dan Usana Dewa, maka pengertian Hyang Kamulan sesungguhnya akan lebih tinggi lagi. Karena telah disebutkan bahwa Penyatuan Sanghyang Tri Atma adalah hyang Tuduh/Tunggal yang menjadi Brahma sebagai Sang Pencipta.
Pada Hakekatnya yang dipuja pada sanggah kemulan adalah Tuhan/ Sang Hyang Widhi, baik sebagai Hyang Tri Atma, yang sebagai roh (atma) alam semesta dengan isinya (jagat) yang dewanya adalah Brahma, Wisnu dan Iswara, yang merupakan aspek Tuhan dalam bentuk horizontal dan Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa, aspek Tuhan dalam bentuk vertikal (Tri Purusa). Sebagai Tri Purusa beliau juga disebut Guru Tiga. Maka dari itu secara umum juga menyebutkan bahwa Sanggah Kemulan stana Bhatara Guru/Hyang Guru.
Jenis Sanggah Kemulan
Sanggah Kemulan biasanya tidak semuanya sama, dapat dibedakan sesuai dengan tempat ataupun kondisinya, yaitu sebagai berikut:
Turus Lumbung, adalah Sanggah Kemulan darurat, karena satu dan lain hal belum mampu membuat yang permanent. Bahannya dari turus kayu dapdap (kayu sakti). Fungsinya hanyalah untuk ngelumbung atau ngayeng Hyang Kemulan atau Hyang Kawitan. Satu tahun setelah membuka karang baru diharapkan sudah membangun Kamulan yang permanen.
Sanggah Penegtegan, adalah kemulan yang berfungsi hanya sebagai tempat negtegang (membuat ketentraman) dengan memuja Hyang Kawitan bagi mereka yang baru berumah tangga. kemulan sejenis ini banyak kita jumpai di daerah Kabupaten Bangli bagian atas. Setiap mereka yang baru kawin diwajibkan membangun sebuah Sanggah rong tiga, sehingga dalam satu pekarangan akan berdiri beberapa yang telah berumah tangga.
Kemulan Jajar, sesuai dengan namanya, kemulan ini memiliki dua saka (tiang) yang berjajar dimuka yang menancap langsung pada bebaturan (palih batur). Disamping itu, Kemulan jenis ini, disamping mempunyai ruang tiga yang berjajar, juga terdiri dari tiga bagian, yaitu : bebaturan, ruang lepitan, dan ruang gedong sampai atapnya. Ruang lepitan letaknya dibawah rong tiga yang berjajar itu. Jadi kalau disimpulkan Kemulan jajar ini terdiri dari jajar horisontal dan jajar vertikal, sebagai simbolis dari Hyang Murti dan Tri Purusa.
Jadi dapat disimpulkan Sanggah Kemulan merupakan stana para atman leluhur, Dewa Pitara / Dewa Hyang ataupun Bhatra Hyang Guru. Kita sujud dan bakti kepada-Nya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstui-Nya dengan kesentosaan.

Cakra



Dagang Banten Bali




Setiap manusia memiliki 7 titik cakra utama yang ada di tubuhnya. Banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dan rasakan sendiri ketika 7 titik cakra di tubuh kita aktif dan bersih.
7 titik cakra menjadi sumber aliran energi metafisika yang juga bisa berguna untuk penyembuhan, baik itu penyembuhan fisik maupun psikis. Energi yang dipancarkan juga dapat dimanfaatkan pembersihan energi ghaib yang bersifat negatif dan menganggu.

Cakra Dasar berfungsi untuk perlindungan, terletak di sebuah titik yang bertempat sekitar antara lubang depan dan lubang belakang.

Cakra Seks berfungsi untuk kesuburan dan daya seksual, juga berfungsi sebagai daya tarik lawan jenis yang sangat luar biasa. Terletak di kemaluan baik pria maupun wanita.

Cakra Pusar, terletak di pusar. Ini memiliki fungsi agar kita yakin dan mantap dengan diri sendiri sehingga hidup kita tidak terombang-ambing ikut-ikutan orang lain. Menjaga dan menemukan jati diri, juga berfungsi untuk kepercayaan diri.

Cakra Jantung, berfungsi sebagai penebar energi kedamaian dan cinta kasih. Orang yang cakra jantungnya aktif, akan lebih kalem dan memiliki daya cinta kasih yang tinggi. Bisa difungsikan sebagai pengaliran energi penyembuhan yang cukup baik.
Meskipun semua titik cakra energinya juga bisa digunakan sebagai energi penyembuhan.


Cakra Tenggorokan, berkaitan dengan kemampuan kita dalam perusasi, kreatifitas, mempengaruhi orang dan lain sebagainya. Cocok jika digunakan untuk para pembicara seperti guru, trainer, konselor, dan lain sebagainya.

Cakra Mata Ketiga, terletak diantara sekitar dua alis kita. inilah daya intuisi luar biasa. Kami menyebutnya sebagai salah satu antena penghubung diri kita dengan informasi yang ada di alam semesta, mampu mengetahui sesuatu yang tidak diketahui indera kita.

Cakra Mahkota, berfungsi sebagai kewibawaan dan daya otoritas yang kuat. Orang yang cakra ini aktif maksimal akan menjadi lebih bijaksana dan meningkat pemahamannya tentang kehidupan.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Kamis, 03 November 2016

Mantram Panca Sembah


Dagang Banten Bali




Panca Sembah I Sembah tanpa sarana :

Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha

Artinya: Oh Hyang Widhi, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah diri hamba...



Kramaning Sembah II dengan sekar putih :
Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo’stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo’stute

Artinya:
Oh Hyang Widhi, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja-Mu. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja-Mu yang menciptakan sinar matahari berkilauan.



Kramaning Sembah III dengan kewangen atau sekar kangkad :
Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah

Artinya: Oh Hyang Widhi, yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.



Kramaning Sembah IV dengan kewangen atau sekar kangkad :

Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisca dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca

Artinya: Oh Hyang Widhi, pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan dari segala pujaan, hamba memuja-Mu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian dari para Dewa dan Dewi berwujud yadnya suci. kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.



Kramaning Sembah V tanpa sarana :

Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha. Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om

Artinya: Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu yang tidak terpikirkan. Semoga damai, damai, damai selalu...



Puja untuk Pura Paibon, Pura Kawitan dapat dilakukan pada Kramaning Sembah III dengan kewangen/sekar kangkad :

Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam

Artinya:
Oh Hyang Widhi, dalam wujud-Mu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa Maha Suci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.



Puja untuk Pura Kahyangan Tiga Pura Desa dapat dilakukan pada Kramaning Sembah III dengan kewangen/sekar kangkad :

Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano' dhipatir brahmà
Sivostu sadàsiwa

Artinya :
Oh Hyang Widhi, Hyang Tunggal, Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.


Puja untuk Pura Kahyangan Tiga Pura Puseh dapat dilakukan pada Kramaning Sembah III dengan kewangen/sekar kangkad :

Om, Girimurti mahàwiryyam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam
Sarwa jagat pratisthanam

Artinya: Oh Hyang Widhi, disebut Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa tunduk pada-Mu.

Pemujaan Kawitan didasari oleh Atma Tattwa dan Purnabhawa



Kawitan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Wit yang artinya asal mula. Asal mula manusia adalah Tuhan, maka sesungguhnya setiap orang punya Kawitan. Jadi Kawitan adalah pengingat asal atau ada pula yang mendefinisikan Kawitan merupakan leluhur yang pertama kali datang di Bali atau lahir di Bali dan menetap di Bali sampai punya keturunan.
Pemujaan Kawitan didasari oleh Atma Tattwa dan Purnabhawa. Bahwa roh leluhur akan menjelma kembali menjadi manusia, bisa jadi anak-cucu kita, dalam kaitan ini pemujaan Kawitan adalah bagian dari Bhakti Marga, mewujudkan kasih sayang kepada leluhur dan keturunan kita. Pemujaan Kawitan juga dapat didasari oleh Moksa, karena dalam upaya mensucikan roh leluhur, salah satu caranya dengan menyembah roh leluhur, mendoakan tercapainya Amoring Acintya.
Seperti kita ketahui kalau di Bali adalah menganut sistem keturunan Patrilineal atau berdasarkan keturunan dari keturunan lelaki atau Purusa, jadi oleh sebab itu kita patut tahu sebelum kita membahas tentang Kawitan ini yang mungkin bisa menjadi dasar untuk mengetahui asal muasal dari Kawitan yang ada di Bali saat ini.
Di luar Bali kawitan itu ada tetapi tidak secara visual dalam bentuk merajan. Konsep merajan kawitan ada mulai abad ke-11 yang diterapkan oleh Ida Mpu Kuturan di Bali sebagai benteng pertahanan dan pengingat, karena bercermin dari pengalaman sejarah runtuhnya kerajaan Hindu di Jawa. Di jawa Kawitan tidak selengkap di Bali, di Jawa Kawitan yang ada hanya dalam bentuk candi pemujaan kerajaan leluhur dan sebagainya yang lebih bersifat umum, yang ikatannya tidak sekuat konsep Kawitan di Bali.
Mengenai adanya banyak Kawitan, ini bersumber dari kondisi sosial dan kedudukan leluhur kita di masyarakat pada jaman dahulu. Jika misalnya leluhur kita dahulu pernah menjadi raja, maka keturunannya akan memakai nama Kawitan tersebut. Begitu pula jika seandainya leluhur kita dulu menjadi wiku, maka keturunannya akan memakai mana Kawitan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya kita punya Kawitan para leluhur yang luar biasa, yang sakti, bijaksana, Dharma dan berwibawa. Sehingga bisa kita jadikan pedoman dan panutan kedalam diri sendiri.
Pura Kawitan adalah tempat pemujaan roh suci leluhur oleh umat Hindu yang memiliki ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis keturunannya. Jadi Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat pemujaan umat Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya.

SAYA BANGGA MENJADI ORANG HINDU









1. Saya Bangga Sebagai Hindu, karena Hindu membebaskan saya dari fanatisme, dari kebiasaan melihat penganut kepercayaan lain lebih rendah dari saya.
2. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena Hindu mengajarkan saya untuk tidak hanya menghormati tetapi mengapresiasi segala perbedaan.
3. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena Hindu mengajarkan saya untuk mencintai setiap makhluk hidup dan setiap wujud dari kehidupan sebagaimana saya mencintai diri sendiri.
4. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena Hindu membebaskan saya dari takhayul dari ungkapan "nak mula keto" atau "memang dari dulu sudah begitu“.
Tidak, Hindu mengajarkan saya untuk mencari tahu makna dari setiap kebiasaan, setiap tradisi dan setiap ajaran.
5. Saya Bangga Sebagai Orang Hindu, karena Hindu memberi saya kebebasan untuk meninggalkan segala kebiasaan lama yang tidak relevan dan memaknai kembali kitab-kitab suci saya sesuai dengan zaman yang senantiasa berubah.
6. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena saya adalah pewaris peradaban yang paling tua, masih hidup, masih relevan, dan masih berkembang terus.
7. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena untuk kitab pegangan pun saya bisa memilih, mau Veda, mau Purana, mau Bhagavad Gita, mau Sara Samuccaya - yang mana saja. Tidak ada larangan.
8. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena Hindu membebaskan saya dari segala macam dogma, doktrin, dan rasa takut akan api neraka. Hindu membuat saya bertanggung jawab atas setiap perbuatan saya lewat Hukum Karma atau Konsekuensi, Aksi-Reaksi, Sebab-Akibat, yang bagi saya sangat masuk akal.
9. Saya Bangga Sebagai Orang Hindu, karena leluhur saya sudah tahu sejak zaman dahulu bahwa energi tidak pernah punah. Dan, bahwasanya Aku, Atma, yang menerangi diri ini, badan ini, gugusan pikiran serta perasaan ini - adalah energi, abadi, kekal.
10. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena leluhur saya tidak pernah mengajarkan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berkepercayaan sama dengan saya.
11. Saya bangga sebagai orang Hindu, karena leluhur saya telah berkontribusi begitu banyak terhadap peradaban dunia, namun tidak merasa dirugikan ketika kontribusi-kontribusi ini diklaim oleh peradaban lain sebagai milik mereka. @ Media Hindu


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Vedic Numerical Code



Dagang Banten Bali




Man of older generation used to say that all knowledge is there in the Vedas. Anyone who hears such words will have the first reaction that it is an over…


Manusia dari generasi tua selalu mengatakan bahwa semua ilmu ada di Veda. Siapa pun yang mendengar kata tersebut akan memiliki reaksi pertama bahwa itu adalah atas...
 http://www.sanskritimagazine.com/vedic_science/value-pi-upto-32-decimals-rig-veda/
 nilai phi pada matematika bersumber dari pengetahuan Veda

Nastika (tanpa kepercayaan)

Dagang Banten Bali


Nastika (tanpa kepercayaan)


110.Hendaknya manusia yang bijaksana meninggalkan perasaan tidak percaya ataupun ragu-ragu akan adanya alam akherat, karma dari perbuatan, sikap mencela kitab suci dankeesaan Tuhan; demikian juga hendaknya mereka menjauhkan diri dari sifat iri hati, sukadipuji, amarah, dan segala tindakan kejam dan jahat lainnya.

111.Meskipun anda masih ragu akan adanya alam akherat dan karma (buah) dari perbuatan,hendaknya jauhkan diri dari perilaku jahat; meskipun anda tidak percaya pada kitab sucidan nabi, teruslah berbuat baik dan bajik; sebab mereka yang dinyatakan sengsara adalahorang yang tanpa keyakinan sekaligus tanpa perbuatan bajik dan benar.

112.Walaupun orang tidak bisa melihat langsung alam akherat, orang yang teguhkeyakinannya akan kebenaran agama, pasti dapat merasakan alam itu dalam hati dankeyakinannya.

113.Orang yang tidak meyakini wahyu Tuhan dalam kitab suci dan tidak taat pada aturan etikayang berlaku, dapat dipastikan mereka akan memperoleh kesengsaraan hidup yangberulang-ulang.

114.Apabila ada orang yang tanpa kepercayaan, tanpa kebenaran, dan tanpa perasaan welasasih; apabila anda disambut oleh mereka hendaknya jangan pernah anda lengah, sebab mereka itu sama berbahayanya dengan angin deras ditepian sungai yang tanpa disangkadapat menceburkan anda, bagaikan debu yang berterbangan tertiup angin, penuh dengan kotoran.

115.Sesungguhnya mereka yang tanpa kepercayan, tanpa perbuatan baik, dan tanpa kasihsayang berkeadaan sama dengan orang yang telah mati.

116.Orang yang tidak percaya pada keesaan Tuhan, wahyu kitab Suci, dan keberadaan orangsuci; mereka sesungguhnya hanyalah memelihara fisiknya belaka, mereka sibukmenumpuk harta kekayaan dengan cara jahat, mereka diperbudak oleh kesenangan-kesenangan duniawi tanpa hirau akan hari esok dan kebahagiaan orang lain. mereka ini sungguh mengabaikan kepuasan bagi rohaninya.