Memakuh
Melaspas
Memakuh
Pemakuhan (memakuh) adalah upacara yadnya yang dilakukan setelah selesai mendirikan suatu bangunan rumah yaitu sebagai ungkapan terima kasih kepada Bhagawan Wisma Karma sebagai arsitek seni bangunan para Dewa, yang diwujudkan dengan memohon tirta pemakuhan.
Banten Pemakuhan
- Pejati, lis, soroan, pesucian. caru ayam putih asoroh eteh-eteh pemakuhan asoroh: bagia, orti, sapsap, ulap-ulap, paso anyar berisi air, daun lalang 11 katih, pengurip-urip getih siap putih, susur pekeramas, toya cendana, kumkuman, rantasan, seperadeg, semeti, pahat, uang, andel-andel berisi benang.
- Toya pemakuhan dari undagi yang membuat sikut.
- pejati, sodan putih kuning dagingnya ayam betutu, me-ukem-ukem (di sembeleh dari punggung), daksina yang berisi uang 225, nyahnyah gula kelapa . Banten ini ditaruh di sebuah sanggar di hulu bangunan.
Urutan upacara:
- Ngetok sunduk, mantra: ngadegang Bhatara Semara Ratih metemuang ageni mastu astu Ang Ah.
- Ngetok lait, mantra: Ingsun anangun sawen anging I Dewa Gunung Agung magelung aningkahang anangun sawen, ana ring maca pada rambat rangkung panjang umur, jeng, jeng, jeng.
- Pangurip getih ayam putih, mantra: Mangke sira patini sepisan ngurip kita satuwuk bebataran pinaka bungkah nda. Sendi pinaka pancer nda. Adegan pinaka punyan nda. Abah-abah pinaka pangpang nda. Raab pinaka ron nda. Kelasa pinaka kembang nda. Daging nda, pinaka woh nda, urip kita jati. Paripurna urip-urip
- Penyapsap gidat sesaka, mantra: Pakulun manusan nira anggada kaken sapuha, menyapuha ganda keringetning wewangunan sidhi rastu.
- Semeti, mantra: Om Upi Sangagawenku teka pada urip, teka pada urip, teka pada urip.
- Baas Daksina, mantra: Om Siwa sampurna yang namah.
- Tatebus, mantra: Jaya Ang Ang Ang Ah
pemelaspas:
tebasan pemelaspas
sapu laken
tebasan pasupati
nasin pemelaspas
5 tebasan:
tebasan pegeni
tebasan beras kuning
tebasan sidapurna
tebasan tirta
......
banten guling
pejati dasar
pejati pemakuhan
ayaban bebangkit
cara nanding :
Tebasan pemelaspas :
tamas, kain kuning, aled, raka, tumpeng putih kuning, kojong rasmen, peras tulung payasan, sampyang nagasari
CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI
Sapu laken :
tamas, pejati (aled, beras benang porosan, kulit peras, nasin peras 2 nasin sodan 2, raka, kojong rasmen, daksina, tipat kelanan, sampyan sodan n peras penyeneng) , tebasan (kulit sayut, tumpeng meplekir, 2 tulung sangkur misi nasi, kojong rasmen, raka, orti pucuk kembang tancapkan di daksinanya, sampyan nagasari)
Tebasan pasupati :
alas kain merah, aled, raka, tumpeng merah meplekir gulung endong + kuangen, kojong umah, 2 tulung sangkur endong misi nasi barak, peras tulung, payasan, ulam ayam biing panggang ... , sampyang tebasan dari endong
Nasi pemelaspas
pejati ......
9 ceper berisi nasi n takir misi paya, kelongkang, toge, paku, .....
Tebasan pegeni :kulit sayut, raka, tumpeng guru meplekir, taluh bebek lebeng, coblong misi kapas sigi n minyak goreng untuk menyalakan sigi,
tebasan beras kuning : kulit sayut, raka, tumpeng meplekir, 2 tulung sangkur, 1 takir beras kuning,
nasin pemelaspas: 9 ceper nasi
tebasan pegeni
tebasan beras kuning
nasin pemelaspas
sapu laken
banten guling
pejati dasar
pejati cenik, 11 pengideng-ideng (ceper, don dadap, untek 1, raka, plausan), peras tulung, segehan barak 9
pejati pemakuhan
pejati cenik, tamas pemakuhan (4 takir don biu seger misi adeng, pamor, menyan, kunyit), palu, segehan barak 9
melaspas mobil :
pejati
tebasan pasupati
prayascita
durmangala
peras pengambean
“Nihan tingkahing angwangun Kahyangan Dewa, ring wus puput, salwiring pakadanya wenang maplaspas alit, sesayut pengambyan, pras penyeneng, suci 2 soroh, ring banten genahnya, mwang ring sanggar ngawilang kwehning sanggar, iwak itik ginuling, aywa sasigar, teka wenang Brahmana Pandita anglukat wangunan ika”.
Terjemahana bebas: “Demikianlah tata cara membangun tempat memuja Hyang Widhi Wasa, pada saat selesai dibangun, segala peralatan/bahan (Bangunan) wajib dibuatkan upacara melaspas kecil, dengan sesayut pengambyan, pras penyeneng, suci 2 soroh dibebanten tempatnya, juga disanggar (tempat memuja) menurut banyaknya tempat(linggih)memuga, daging itik yang diguling, jangan dipecah, dan seyogyanya Brahmana Panditalah yang patut membersihkan/mensucikan bangunan itu.
Rumah ideal
Konsep rumah tinggal yang idial normatif itu ada dinyatakan dalam berbagai susastra Hindu.
Trnaani bhuurmirudakam
Wak caturti ca suunartaa
Etaanyapi sataan gehesu
Nocchidyante kadaacana. (Manawa Dharmasastra. III.101)Artinya: Di rumah tinggal orang yang baik akan senantiasa ada empat hal yaitu pepohonan, air yang jernih yang mengalir, ruang istirahat dan kata-kata yang sopan santun dan kesetiaan.
Puncak upacara melaspas umumnya disertai dengan menancapkan tiga jenis bentuk banten yang disebut ”Orti”. Tiga jenis banten Orti itu adalah Orti Temu, Orti Ancak dan Orti Bingin. Tiga Orti ini menggambarkan makna dari rumah tinggal tersebut. Orti Temu sebagai simbol yang melukiskan rumah tinggal itu setelah dipelaspas bukan merupakan rangkaian bahan-bahan bangunan yang bersifat sekala semata yang tak bernyawa, tetapi sudah ditemukan dengan kekuatan spiritual yang niskala dengan upacara yadnya yang sakral. Ini artinya rumah tinggal itu sudah hidup atau ”maurip” secara keagamaan.
Orti Ancak adalah lambang bahwa rumah tinggal itu sebagai tempat untuk mengembangkan kehidupan yang baik dan benar atau lambang ”kawerdian”. Kata werdhi artinya berkembang kearah yang semakin baik.
Sebelum upacara Melaspas dilakukan terlebih dahulu adalah mecaru yang maknanya :
- Nedunang Bhutakala /Mengundang sang Bhutakala
- Menghaturkan Labaan
- Mengembalikan ketempatnya masing-masing atau mengembalikan berbagai roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat asalnya. Dan kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan artinya untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu.
Upacara melaspas, yaitu:
- Mengucapkan orti pada mudra bangunan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Orti adalah simbol komunikasi yang sebagai permohonan dalam perlengkapan upacara dalam pemakuhan atau pemlaspasan.
- Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan )
- Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas
- Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan (melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
- Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang tinggi.
- Ngayaban caru prabot
- Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih)
(sumber:paduarsana.com)
Melaspas alit sanggah kemulan yaitu bertujuan untuk dapat menyucikan/sakralisasi bangunan yang baru selesai dibuat yang dilaksanakan setelah upacara memakuh dengan pelaksanaannya berkaitan dengan hari baik pedewasan yaitu :
- Menurut Tri Wara: Beteng
- Menurut Saptawara: Soma,Budha,Wrespati,dan Sukra.
- Menurut Sangawara: Tulus dan Dadi
- Menurut Sasih: Kapat, Kalima,dan Kadasa.
- Menurut penggabungan hari dan tanggal panglong: Mertadewa,Dewa ngelayang,Ayu nulus,Dewa mentas, dan bila Purnama sangat baik.
- Dipuput oleh Pemangku/Pinandita yang sepenuhnya mengikhlaskan hidupnya dengan mengabdikan dirinya kepada Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa.
- Dengan Tetandingan banten yang digunakan :
- Di Sanggah Pasaksi atau sanggah Surya: Peras, Ajuman, Suci satu soroh beserta runtutannya.
- Didepan bangunan yang baru selesai disediakan dua kelompok upakara:
- Banten pemelaspas beserta runtutannya.
- Banten Ayaban tumpeng 7 beserta runtutannya.
- Pada dasar bangunan yang baru selesai diisi Pedagingan/Panca datu, dan canang pendeman.
- Pada Janggawari dalam gedong bantennya sama dengan dipesaksi dengan dilengkapi tikar, kasur ,bantal/suci kecil an pesuciannya dilengkapi dengan cermin dan sisir.
- Pada atap puncak bangunan/Murdha itancapi beberapa buah orti dari rontal.
- Nasi undagi, jenis banten ini diperuntukkan bagi perabot/alat-alat para undagi, misalnya: serut,timpas,siku-siku,an sebagainya.
- Pada halaman/natar,upakaranya terdiri dari: Byakala,Prayascita,durmangala,segehan agung, dan caru ayam brunbun beserta runtutannya.
- Sedangkan di depan Sang muput: Upakaranya untuk menyucikan dan untuk menghaturkan sesajen: prayascita, pengresikan, dilengkapi pras lis, cecepan, penastaan, tigasan, tetabuhan yaitu tuak,arak,berem,serta pasepan/padupan. Banten Arepan terdiri dari: peras,ajuman,daksina,rayunan,tipat kelanan,punia,dan sesari.
http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/02/melaspas-alit-sanggah-kemulan.html