Persembahan dlm bahasa bali disebut "banten" yg asal katanya adalah enten yg artinya ingat.
Dengan banten kita mengingat diri (bhuana alit) sbg bagian dari bhuana agung krn Yadnya Prakerti mengatakan bahwa banten adalah simbul diri sendiri juga sbg anda buana.
Kue yg dipergunakan dlm bebanten sejatinya adalah jaja uli dg warna putih dan merah sbg simbul Surya Candra atau Akasa (kama petak) dan Pertiwi (kama bang).
Surya Candra jika ditarik garis akan menjadi garis lintang timur dan barat sedangkan Akasa Pertiwi jika ditarik garis akan menjadi garis tegak atas dan bawah.
Penyatuan dari keduanya menjadi Tapak Dara simbul keseimbangan yg disebut Somia.
Dalam perkembangannya, jajanan di ganti dg roti mengikuti perkembangan jaman, tetapi hendaknya warna putih dan merah tetap dipertahankan.
Dalam menghaturkan sesaji ada ucapan "Enakta amukti sarining sesaji". Jadi yg dinikmati adalah sarinya bukan wujud fisik dari banten itu sendiri.
Apakah yg dimaksud sari?
Tiada lain adalah "Sarin Pegaen" artinya proses pembuatan banten itu sendirilah yang sebenarnya dipersembahkan. Wujud fisiknya akan di terima oleh alam karena berasal dari alam.