Dalam ajaran siwa sidanta ...salah satu ajaran yang masuk adalah TANTRA...yi sarana persembahanx...menganut PANCA MA :
1. Mamsa persembahan memakai daging.
2 Matsya persembahan memakai Ikan.
3. Madya persembahan menggunakan alkohol.
4. Mudra persembahan dengan gerakan ( mudra)
5. Maituna persembahan dengan hubungan ....
tuak sebagai pengganti arak.. salah satu bisa dipakai. Arak/tuak dan berem adalah simbul aksara suci yang berfungsi di dlm persembahyangan. Berem (Ang), Arak ( Ah). Kalau digabung Ang Ah artinya memanggil, Ah Ang artinya mengembalikan.
Sama dgn pengolahan tri aksara ( Ang.Ung.Mang = sedang berlangsung), Mang.Ung.Ang = memanggil), (Ung.Ang.Mang = mengembalikan/mantukang). Pemakaian sarana ini dilakukan disaat ngregep (pemusatan fikiran pada saat pemangku nganteb, melakukan persembahyangan).
Arak berem erat hubungannya dgn proses tri kona..dan aksara ang dan ah..ang ( berem ) dan ah ( tuak/ arak ).
makna simbol dari Arak/Tuak - Beremdlm upacara yadnya mesegeh umat Hindu Bali sebagai sarana pengastawa dengan simbol Ang dan Ah kehadapan Sang Hyang Widhi.
Arak/Tuak merupakan simbol dari aksara suci "Ah-kara", sedangkan
Berem adalah simbol dari aksara suci "Ang-kara".
Hal ini terkait mantra pengastawa sehubungan dengan menggunakan dasar dari sastra Rwa Bhineda sebagai berikut :
Utpeti (Pengastawa/Ngajum/Puja); memohon kehadapan Sang Hyang Widhi agar Beliau berkenan kontak dengan manusia melalui manifestasiNya sesuai dengan fungsi Nya, untuk menyaksikan persembahan dari pemujaNya berdasarkan keyakinan dan kekuatan magis dari upacara. Mantra seperti "Ang... Ah". Dalam hal ngastawa mempergunakan sarana (simbol) maka kalau metabuh dalam tujuan ngastawa harus mengikuti urutan Berem (Ang) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Arak (Ah).
Stiti (Ngadegang); menstanakan Beliau, dalam imajinasi seolah-olah Beliau telah duduk pada stana Nya, telah siap menerima dan menyaksikan persembahan pemuja Nya.
Maka pada saat inilah kita melakukan persembahyangan kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasi Nya.
Pralina (Ngamantukang); menghaturkan persembahan untuk memohon agar Beliau berkenan kembali ke Kahyangan (kembali pada keheningan Nya), karena acara persembahyangan pemuja Nya telah selesai. Dalam hal ini mempergunakan sarana maka kalau metabuh dalam tujuan pralina harus mengikuti urutan Arak (Ah) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Berem (Ang).
Begitu juga dalam menghaturkan "Segehan", letakkan segehan di posisi yang seharusnya, kemudian ngastawa (Berem-Arak), lalu "ketis" tirtha ening, kemudian "ayab" dan terakhir pralina (Arak-Berem). Sehingga dalam mesegehan pun telah terlaksana Utpeti-Stiti-Pralina.
Arak memiliki unsur panas, tuak memiliki unsur pendingin, dan brem penetralisir, ketiganya itu sangat si butuhkan untuk membangkitkan energi bumi, dalam formulasi kebathinan sarana ini sangat di perlukan.
Menurut Sastra Kanda Pat Butha, tuak arak dan berem itu suguhan Minuman bagi para Butha Kala, sedangkan makanannya berupa segehan putih, putih kuning, manca warna, segehan Agung, Caru dg ayam brumbun, caru dg bebek bulu siket, caru dg angsa, asu bang bungkem caru dg kebo, caru Sarwa Sato/binatang dst, tergantung tingkatannya (itu untuk somya butha yg menggunakan korban Sato/binatang) atau Lelabaan, Agar setelah diSomya menjadi Kekuatan Dewa yang memberikan KERAHAYUAN Bhuana Alit dan Bhuana Agung...
Petikannya : contoh "ih ta kita Sang Bhuta Kala, iki tadah saji nire, segehan manca warna me be bawang jahe muang tasik, tetabuhan tuak arak lan berem...wus AMANGAN - ANGINUM mewali ta kita ring stana nguni soang-soang, sareng-sareng nginardi KERAHAYUAN... dst...