Kamis, 14 April 2022

GEGODAN SANG RARE BARU LAHIR

 


Sumber www.masterleakbali.com : Buku Kanda Empat Sari Oleh Mangku Alit Pekandelan & Drs. I Wayan Yendra
Begitu bayi lahir, maka umur 1 minggu pertama akan datang para dewa, yang diutus Shang Hyang Siwa untuk menggoda bayi.
Malam yang datang pertama adalah Bhatara Khala, berwujud asu ajag datangnya saat pada matahari terbenam, sandi khala. Datang menjilat-jilati si bayi, bila bayi terkejut dia akan menangis/karuan alias kakab-kakab.
Malam kedua, datang Bhatara Brahma, berwujud Sapi, menggoda dan menjilat-jilat bayi pada saat semua orang sedang tidur. Bila bayi terkejut maka dia akan menangis.
Malam ketiga, datang Bhatara Wisnu, berwujud celeng menggoda bayi. Datangnya pada saat tengah malam, lalu menjilati bayi, bila si bayi terkejut dan takut dia akan menangis.
Malam keempat – petang bengi – datang Bhatara Guru berwujud burung perkutut. Selanjutnya secara berturut turut datang Bhatara Mahadewa berwujud kambing. Bhatara Yama berwujud shanggira. Bhatara Kuwera berupa tikus. Bhatara Pritanjala berupa burung emprit. Bhatara Langsur berupa manjangan. Bhatara Ludra berupa sapi nandini. Bhatara Surya berupa ular, dan Bhatara Chandra berupa kucing.
Tapi bila si bayi tidak takut, tidak terkejut, atau malah senang di goda dan dijilati oleh binatang binatang itu tadi, maka dia akan tersenyum-senyum, tertawa tawa, atau berbicara sendiran.
Setelah kepus udel, kepus puser atau seminggu setelah kelahirannya si bayi, akan lebih besar lagi godaanya. Karena bukan para dewa lagi yang datang, melainkan para gumatat gumatit.
Tapi jangan takut dulu, karena yang datang itu, tidak lain adalah perwujudan sang catur sanak si bayi sendiri. Seperti :
- Kutilapas kethek (lutung) perwujudan dari bungkus/lamas
- Celeng demalung perwujudan dari yeh nyom/ketuban
- Asu ajeg perwujudan dari ari ari
- Kalasrenggi (banteng) perwujudan dari getih/darah
- Kalamurti (kebo) perwujudan dari puser/udel
- Kalarandin (menjangan) perwujudan dari ilu/idu/air liu
- Kralawelakas (kidang) perwujudan dari kunir/kunyit
- Tikus jinada perwujudan dari ceplekaning ari-ari
- Taliwangke perwujudan dari ususing ari-ari
Begitulah adanya seorang bayi / rare, mulai kelahirannya sampai tutug kambuhan,bulan pitung dina atau 42 hari, akan selalu di goda oleh para dewa serta saudara-saudaranya. Hal ini hendaknya tidak membuat anda bingung dan takut.

PADMA DALAM PENGIDER BHUWANA




 Di dalam lontar "Wariga Catur Winasa Sari", disebutkan, ada 9 (sembilan) jenis Padma berdasarkan Pengider-ider Bhuwana (sembilan penjuru mata angin/sembilan arah).

Ke-9 jenis Padma dimaksud, adalah :
1). PADMA KENCANA, bertempat di Timur menghadap ke Barat.
2). PADMASANA, bertempat di Selatan menghadap ke Utara.
3). PADMASANA SARI, bertempat di Barat menghadap ke Timur.
4). Padmasana Lingga, bertempat di Utara menghadap ke Selatan.
5). PADMA ASTA SEDANA, bertempat di Tenggara menghadap ke Barat Laut.
6). PADMANOJA, bertempat di Barat Daya menghadap ke Timur Laut.
7). PADMAKARO, bertempat di Barat Laut menghadap ke Tenggara.
😎. PADMASAJI, bertempat di Timur Laut, menghadap ke Barat Daya.
9). Padmakurung Merong Tiga, bertempat di Tengah-tengah, menghadap ke Lawangan.
Berdasarkan atas rong (ruang) dan Pepalihannya (tingkat atau Undag), dibedakan atas 5 (lima) macam, yaitu :
1). PADMASANA ANGLAYANG, dimana Padmasana ini beruang 3, yaitu menggunakan Bedawang Nala (Kura-kura bermoncong api) dengan palih 7.
2). PADMA AGUNG, dimana Padmasana ini beruang 2 menggunakan Bedawang Nala dengan palih 5.
3). PADMASANA BERUANG 1, menggunakan Bedawang Nala dengan palih 5.
4). PADMASARI BERUANG 1 dengan palih 3.
5). PADMA CAPAH BERUANG 1 dwngan palih 2.

PENUNGGUN KARANG BUKAN DISEMBAH, TAPI DIHORMATI

 


Arah mata angin di Pekarangan ada lima, yakni utara, timur, selatan, barat dan tengah. Lalu dari lima mata angin ditambah lagi variasi, timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut.

Setiap sudut ini dikatakan sebagai paduraksa (pertemuan). Dalam setiap pertemuan ini, terdapat sebuah energi yang berkumpul, yang disebut dengan raksa (penjaga sudut).
.
Timur laut adalah Tri Raksa, tenggara adalah Guru/Aji Raksa, barat daya adalah Ludra Raksa.
.
Sementara di barat laut yang merupakan lokasi Pelinggih Penunggun Karang terdapat energi Kala/Bhuta Raksa.
.
Karena itu, penguasa Penunggun Karang disebut Sang Kala Raksa. Segala bentuk energi dia adalah penguasanya, baik energi positif maupun negatif.
.
Jika rumah kita ingin dijaga dengan benar, maka penjaga energi ini harus diperhatikan atau dihormati.
.
Sebab, ketika Sang Kala Raksa murka, dia akan membuka pintu sehingga hal-hal negatif bisa masuk ke pekarangan rumah.
.
Sang Kala Raksa merupakan hal yang sangat vital dalam suatu pekarangan. Meski demikian, Sang Kala Raksa ini tidak untuk disembah.
.
Dari segi tatanan warna, dia poleng atau mencerminkan kekuatan bawah. Tapi di satu sisi, dia kita butuhkan.
.
Kita memberikan sesaji bukan dalam bentuk persembahan, tetapi sebagai bentuk penghormatan.
.
Ketika kita menghaturkan sesaji di Penunggun Karang, “Panggil saja Sang Kala Raksa lalu berikan semacam suguhan, katakan, niki tadah sajin nira”.
.
Sekali lagi, karena dia bersifat bhuta kala, kita tidak meyembahnya, melainkan menghormatinya.
.
Sumber: Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, di kolom Dharma Wacana bali.tribunnews. com


Gebogan adalah Panca Rengga

 


Gebogan adalah Panca Rengga, yakni lima macam buah-buahan yang berasal dari lima jenis kelahiran.
Mulai dari buah yang berasal dari bunga hingga buah yang berasal dari akar tanaman. Jika ini diabaikan, jelas nilai spiritualnya lenyap.
Buah yang termasuk dalam Panca Rengga ini, terdiri dari unsur buah-buahan yang dalam keberadaannya atau kelahirannya berbeda-beda. Buah yang lahir dari bunga seperti mangga, apel, jeruk, jambu.
Selanjutnya adalah buah yang ada sekali berbuah, pohonnya langsung mati, seperti pisang.
Yang ketiga adalah buah yang lahir langsung dari pohonnya, di antaranya nangka, durian, duku atau leci.
Selanjutnya adalah buah bersisik, seperti nanas, salak, buah naga. Yang terakhir adalah buah yang berasal dari akar, seperti bengkuang, sabrang, dan ketela.
“Selain itu, dalam Gebogan ini, juga wajib menggunakan penganan, yang dalam tradisi umat Hindu di Bali biasanya menggunakan jajan Begina dan jajan Uli yang terbuat dari ketan,” lanjutnya.
Sampian Gebogan. Selain itu, Gebogan juga berisikan hiasan berupa bunga yang ditusukan pada bagian atas.

Nuntun bhatara Brahma



Prayasita
Btakaon
Pengulapan
Daksina linggih
Pejati.
Kalo dapurnya tempatnya pindah / tidak ditempat semula wewehin malih dg upakara pengerapuhan
Tetebasan sapuh awu
Caru ayam brumbun
PemaNgguh pamali
Atau
Ayaban sakesidan ,pengeresikan lengkap suci,soroan,pejati,daksine hiyas,parasita
Bayukaun
Pengulapan
Durmengala
Caru barak
Yen mekisid tongos paune wawu dagingin penyapuh


Tata cara metuakan atau minum arak dalam adat Bali

 



Apa bila minum Satu seloki itu menyehatkan, disebut dengan nama
1. “Eka Padma Sari”. Padma Sari itu artinya sarinya bunga.
2. Bila minum Dua seloki itu di sebut Dwi Martani artinya menggembirakan dan menghibur sehingga disebut Dwi Martani dan martani berarti menghibur.
3. Jika minum Tiga seloki itu disebut Tri Kawula Busana. Tiga seloki menaikkan rasa percaya diri. Jadi seperti kawula yang diberi penampilan yang indah sehingga menjadi percaya diri dan tidak minder. Di sinilah sebetulnya batas toleransinya. Sampai disini minum harus dihentikan.
4. Tetapi kalau empat seloki ini disebut Catur Wanara Rukem. Sebab seloki keempat sudah mulai berpengaruh buruk, mulai kehilangan kendali diri. Dalam naskah yang disebut “Catur Wanara Rukem”, atau setelah meminum seloki ke empat itu perilaku si peminum jadi seperti monyet berebut buah.
5. Bila sampai lima seloki ini disebut Panca Sura panggah. ”. Sudah tidak ada rasa malu dan takut.
6. Bila sampai enam seloki ini di sebut "Sad Guna Wiweka. ”, sudah selalu curiga dan gampang salah paham.
7. Bila sampai tujuh seloki ini disebut "Sapta Kukila Warsa." yang artinya burung kehujanan yang mulai meracau.
,8. Bila sampai delapan seloki ini disebut "Asta Kacara cara". yang artinya sudah mulai berbicara sembarangan tanpa ujung pangkal.
9. Bila sampai sembilan seloki ini disebut " Nawa Wagra Lupa.”, yang artinya macan lunglai setelah muntah-muntah, dan
10. Bila sampai sepuluh gelas ini disebut" Dasa Buta Mati.” atau bangkai raksasa. Raksasa tergeletak
Dari penyebutan atau penamaan istilah batas seloki itu maka bisa dipahami bahwa arak atau tuak seharusnya diminum dalam batas-batas tertentu. Minumlah sewajarnya saja, jangan sampai berlebihan. Kalau bisa dibatasi dengan baik maka hal tersebut justru bisa untuk kesehatan, kegembiraan, dan penghiburan yang pas.
Matur Sukseme. Dumugi bermanfaat

RAINAN SOMA RIBEK

 


Soma ribek merupakan rerainan pertama pada Wuku Shinta. Soma ribek jatuh pada hari Senin (Soma) Pon Wuku Sinta. Pada hari ini umat Hindu kepada Bethari Sri Amerta. Tuhan dalam manifestasinya memberikan kemakmuran kepada umat manusia.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan :
"Wuku Sinta, Soma Pon ngaran Soma Ribek. Mangereti ring Sanghyang Tri Murti ungguan ring lumbung, parhyangan, widi widane nyanyah geringsing"
Artinya :
"Soma Pon disebut juga Soma Ribek. Hari pujawali Hyang Sri Amerta. Tempat bersemayamnya adalah di lumbung"
Pada hari ini umat Hindu mengadakan selamatan terhadap padi di lumbung, beras di pulu. Adapun sarana yang dipakai adalah nyanyah geti geti, geringsing, pisang mas serta bunga bunga yang harum.
Pada hari ini ada juga sejumlah pantangan seperti yang disebutkan dalam lontar Sundarigama:
"Ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngatusti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tattwa adnyana, aje aturu ring rahina"

" Pada saat Soma Ribek orang orang tidak diperkenankan menumbuk padi, menjual beras,karena jika dilanggar akan dikutuk Bethara Sri. Pada hari ini juga tidak diperkenankan tidur siang"
Hal tersebut dikarenakan pada hari ini merupakan payogan Sang Hyang Pramesti Guru. Beliau melakukan yoga pada siang hari. Sehingga untuk menghormati yoga beliau, umat diharapkan untuk tidak tidur siang. Kita diharapkan untuk melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Tri Pramana serta mempelajari atau memetik sari tattwa adnyana atau intisari dari ajaran kebenaran.
Soma Ribek merupakan peringatan hari pangan bagi masyarakat Bali. Karena pada hari ini kita diharapkan bisa menjaga kelestarian sumber sumber pangan. Baik sumber pangan padi maupun buah buahan. Pantangan menumbuk padi, menjual padi atau beras maupun memetik buah buahan merupakan wukud penghormatan kita kepada Dewi Sri.