Arah mata angin di Pekarangan ada lima, yakni utara, timur, selatan, barat dan tengah. Lalu dari lima mata angin ditambah lagi variasi, timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut.
Setiap sudut ini dikatakan sebagai paduraksa (pertemuan). Dalam setiap pertemuan ini, terdapat sebuah energi yang berkumpul, yang disebut dengan raksa (penjaga sudut).
.
Timur laut adalah Tri Raksa, tenggara adalah Guru/Aji Raksa, barat daya adalah Ludra Raksa.
.
Sementara di barat laut yang merupakan lokasi Pelinggih Penunggun Karang terdapat energi Kala/Bhuta Raksa.
.
Karena itu, penguasa Penunggun Karang disebut Sang Kala Raksa. Segala bentuk energi dia adalah penguasanya, baik energi positif maupun negatif.
.
Jika rumah kita ingin dijaga dengan benar, maka penjaga energi ini harus diperhatikan atau dihormati.
.
Sebab, ketika Sang Kala Raksa murka, dia akan membuka pintu sehingga hal-hal negatif bisa masuk ke pekarangan rumah.
.
Sang Kala Raksa merupakan hal yang sangat vital dalam suatu pekarangan. Meski demikian, Sang Kala Raksa ini tidak untuk disembah.
.
Dari segi tatanan warna, dia poleng atau mencerminkan kekuatan bawah. Tapi di satu sisi, dia kita butuhkan.
.
Kita memberikan sesaji bukan dalam bentuk persembahan, tetapi sebagai bentuk penghormatan.
.
Ketika kita menghaturkan sesaji di Penunggun Karang, “Panggil saja Sang Kala Raksa lalu berikan semacam suguhan, katakan, niki tadah sajin nira”.
.
Sekali lagi, karena dia bersifat bhuta kala, kita tidak meyembahnya, melainkan menghormatinya.
.
Sumber: Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, di kolom Dharma Wacana bali.tribunnews. com