Kamis, 14 April 2022

KINARA - KINARI LAMBANG KESETIAAN & KEABADIAN CINTA.....

 



Kinara-Kinari adalah Makhluk surgawi berwujud setengah Manusia setengah burung dlm Mitologi Hindu-Budha. Mereka piawai bersyair, menari dan memainkan musik untuk menghibur Dewa" Di Kahyangan. Selain itu Kinara-Kinari jg bertugas sebagai penjaga Kalpataru ( salah satu pohon suci di Surga Dewa Indra). Mitologi Kinara-Kinari banyak muncul di Asia Tenggara, diantaranya Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Indonesia. Banyak hiasan dinding Relief" Candi yg menggambarkan Kinara-Kinari, diantaranya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Candi Sewu dan Candi Sari.
Berdasarkan Mitologi Hindu-Budha Kinara-Kinari di percaya merupakan lambang kesetiaan & keanadian Cinta. Yang di gambarkan berupa dua pasang burung surgawi yg tak terpisahkan, hidup berpasangan, di bawah naungan pohon suci Kalpataru....

Banten Ayaban Tumpeng 11

 


Banten Ayaban Tumpeng 11 antara lain:
1. Banten Peras: 2 tumpeng
2. Banten Pengambian: 2 tumpeng
3. Banten Dapetan: 1 tumpeng
4. Banten Guru: 1 tumpeng
5. Banten Penyeneng: 3 tumpeng
6. Banten Pengiring (2 soroh): 1 tumpeng
7. Banten Gebogan.
8. Banten Sesayut.
9. Banten Rayunan.
10. Banten Teterag.
11. Jerimpen
Makna
1. Banten Peras
Kata “Peras” berarti “Sah” atau “Resmi”, dengan demikian penggunaan banten “Peras” bertujuan untuk mengesahkan dan atau meresmikan suatu upacara yang telah diselenggarakan secara lahir bathin.
2. Banten Pengambean
Pengambean berasal dari akar kata “Ngambe” berarti memanggil atau memohon. Banten Pengambeyan mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur. Sehingga memunculkan makna untuk memohon tuntunan dan bimbingan hidup agar diarahkan dan diberikan penyinaran demi kehidupan yang lebih berkualitas.



3. Banten Dapetan
Banten dapetan disimbolkan sebagai wujud permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar dikaruniai atau dikembalikan kekuatan Tri Pramana termasuk kekuatan Tri Bhuwananya.
4. Banten Guru
Banten Guru ini sebagai lambang untuk memohon persaksian dari Tuhan sebagai Siwa Guru.
5. Banten Penyeneng
Penyeneng memiliki makna permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, agar dianugerahi kehidupan baik untuk bhuwana agung dan bhuwana alit dalam keseimbangan/keselarasannya. Banten penyeneng ini berfungsi untuk mendudukan atau menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wtempat yang telah disediakan.
Selain itu Banten Penyeneng sebagai lambang konsep hidup yang berkeseimbangan, dinamis dan produktif
6. Banten Pengiring
Banten pengiring adalah sesajen yang alasnya adalah sebuah taledan/tamas, kemudian secara berturut-turut diisi pisang, buah-buahan, tebi, kue, dua buah tumpeng, sampian tangga dan canang genten.
7. Banten Gebogan
Gebogan merupakan simbol persembahan dan rasa syukur pada Tuhan/Hyang Widhi. Gebogan atau juga disebut Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah buahan dan bunga.
8. Banten Sesayut
Banten sesayut berasal dari kata “sayut” atau “nyayut” dapat diartikan mempersilakan atau mensthanakan, karena sayut disimbulkan sebagai lingga dari Ista Dewata, sakti dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
9. Banten Rayunan
Rayunan juga sering disebut sebagai Ajuman/Sodan/Ajengan, yang mana dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain.
10. Banten Teterag
Banten Teterag merupakan banten yang digunakan dalam upakara Yadnya dan difungsikan sebagai bentuk penyucian buana agung dan buana alit.
11. Jerimpen
Banten jerimpen adalah merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta Aiswarya) jerimpen selalu dibuat dua buah dan ditempatkan di samping kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan windha (jit kokokan), windha berasal dari kata windhu yang artinya suniya, dan suniya diartikan Sang Hyang Widhi. Dua buah jerimpen mengandung maksud dan makna sebagai simbol lahiriah dan bathiniah.




Otonan alit I

 



Pejati surya
Ayaban tumpeng 11
Sesayut: pebersihan, sambutan, pageh urip
Soda putih kuning untuk Sang dumadi
Pengresik: beakala n prasita
Ring dapur
Ayaban tumpeng 5
Ring mrajan
Ayaban tumpeng 7
Tumpeng 5 :
Peras sodan
Pengambean
Sayut
Dapetan
Tumpeng 7:
Peras sodan
Pengambean
Sayut
Guru
Dapetan 2
Tumpeng 11
Peras sodan
Pengambean
Guru
Sayut
Penyeneng
Dapetan 2
Pengiring




Yoganing pagerwsi

 



Pada tataran Upakara, Dresta perayaan Pagerwesi telah demikian jelas, kadang berbeda, Sundari Gama misalkan masih menjadi rujukan sahih disetiap perayaan "Rahinan jagat", termasuk buda kaliwon sinta, pagerwsi
Lalu pada peraktik agama kedalam, antaryaga upasana, setiap rahinan jagat sepatutnya diiringi ritual peribadi, berupa tapa, brata, yoga samadhi.
Misalkan tradisi nyaraswati, yang patut dilaksanakan dengan Brata saraswati, misalkan tidak boleh membaca menulis, selama beliau "katur piodalan" lalu ada brata asucilaksana ( membersihkan diri) dsbgnya.
Saat magerwsi pun sepatutnya ada peraktik bhatin kedalam yg sebaiknya dilakukan, agar rahinan ini bukan hanya perayaan keluar sajah, yang riuh ramai.
Teks Aksara tattwa menyebut aksara suci yang patut direnungkan sebagai olah bhatin saat "nangken buda kaliwon" berupa aksara Ongkara Jarimpen yang dipusatkan pada tungtunging pangaton (ujung pusat pengelihatan). Yoga ini menghadirkan "pagehing idep" pikiran kokoh.
Lalu ada brata penting yang juga patut dilakukan berupa Balahara ( memakan makanan khusus), istilahnya Brata Mandawa. Dilakukan dengan memakan nasi dari beras limawarana.




Beakala

 



Sidi
Kulit sayut
Kulit peras dr pandan medui
Raka
Nasi metimpuh metajuh
Kojong rasmen
Ceper: misi taluh matah,
peselan, sesabet, 2
takir yi 1 tepung tawar
n beras kuning
Takir 2 misi 2 pis
bolong benang barak.
Peselan yi 3 don dadap,
1 base, seet mimang,
don selasih, padang
lepas digulung iket dg
benang barak.
Peras tulung payasan pesucian
Payuk pere padma
Sampyan nagasari endong
Penyeneng endong
Lis endong







Senjata Dewata NawaSanga




Euforia Manusia Bali mengenai ageman yang dianutnya dimulai era Akhir 80 an, semuanya Mulai #mencari dengan mengabaikan #Catur_Asrama , dan lebih paranoidnya hampir semuanya mencari #Keluar_diri.

Apakah ageman Bali, kekurangan literasi sehingga sampai mencari keluar?.
Jawabannya; tidak, literasi di Bali Super lengkap, Hanya Sayangnya Kurang diselami lebih dalam Lagi.
Senjata pada Dewata NawaSanga bukanlah Senjata #nyata, Seperti pemikiran Kebanyakan orang, akan tetapi adalah sebagai Simbul #Kekuatan_Pengharapan yang ingin dicapai dari Suatu Yadnya.
1. #Bajra ,#Iswara, Timur(Purwa) , Sang, ...sebagai "Pengharapan Keselamatan & Kesejahteraan alam semesta ".
2. #Dupa, Mahesora, Tenggara (Gneyan), Nang.... Simbul #ApiSuci Untuk #membakar segala Bentuk adharma.
3. #Gada, Brahma, Selatan(Daksina), Bang .... #Pemukul semua Bentuk ke #angkara_murkaan.
4. #Moksala, Rudra , Baratdaya( Neritti) , #Mang... Sebagai Pengharapan #Kedamaian ( kesentausaan, pelestarian, keseimbangan, keharmonisan).
5. #Nagapasha, Mahadewa, Barat ( Pascima) ,#Tang..... Sebagai simbul #Kemahakuasaan ( pemusnah Dan penghancur kejahatan).
6. #Angkus / #Dwaja , Sankara, Barat Laut (Wayabya), Sing.... #Kekuatan_Suci ( Pelindung alam semesta dari adharma).
7. #CAKRA, Wisnu, uttara , Ang ... "Mengatur isi alam semesta agar tetap #harmonis ".
8. #Trisula, Sambu , Ersania ( Timur Laut), Wang..... Memusnahkan segala Bentuk kekuatan adharma, agar tercapainya Kedamaian Dan kesejahteraan.
9. #Padma#Siwa_Guru , Tengah ( madya) , Yang....... AIR SUCI KEHIDUPAN.
Implementasi dari simbul SENJATA ini adalah banten #SESAYUT atau #TEBASAN.
Ong Bajrayantu namatesmetika snarayawe namo namah, purwa desa Raksa daya, Kalarajastre Sarwa satru byo namah Swaha.





Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi

 


Ketika kita meninggal roh kita berada di luar badan kasat/badan fisik dan sudah tidak dapat masuk kembali. Mereka yang meninggal dengan penuh kesadaran/kebijaksanaan dapat menikmati proses kematian, hal itu disebabkan karena sebenarnya mereka sudah pernah mengalami perpisahan roh dengan badan fidik beberapa kali saat meditasi.
Ketika kita meninggal terasa seolah-olah kita memasuki terowongan panjang yang bercahaya. Bila kita meninggal dengan penuh kesadaran begitu keluar dari terowongan itu roh kita akan langsung memutuskan hubungan dengan badan fisik. Hanya diniatkan saja (karena kita masih memiliki pikiran dan dapat memikirkan apapun) maka hubungan kita dengan badan fisik akan benar-benar putus . Setelah itu kita akan melihat cahaya yang mengantar kita untuk memasuki alam lain yang lebih indah.
Apabila masih ada kemelekatan dengan keluarga atau apa pun yang kita tinggalkan, cahaya tidak akan terlihat atau bila ia terlihat akan segera lenyap.
Ketika terlihat cahaya lupakan segalanya dan ikuti cahaya itu. Kita akan merasa seolah-olah sedang melayang. Keadaan seperti demikian, perasaan demikian tidak asing bagi para meditator sejati (termasuk para pertapa, yogi, maharsi, nabi, biksu dll) karena mereka sudah merasakannya dalam alam meditasi. Jadi tidak ada rasa takut.



Dalam alam halus yang sedang kita jelajahi niat kita menjadi sangat penting. Apa pun yang kita niatkan itulah yang terjadi.
Ketika melihat cahaya, jika tidak ada niat untuk mengikutinya akan terjadi blackout, gelap gulita tanpa setitik pun cahaya. Itulah yang biasa terjadi dengan mereka yang tidak pernah menyelami alam meditasi/yang hidup tanpa kesadaran.
Setelah gelap gulita yang terasa sangat menyeramkan itu (yang disebut “rasa sakit” dalam alam maut) kita yang masih terikat dengan dunia benda tetap berada di alam dunia benda atau di dunia ini tetapi tanpa badan fisik (Kita akan wara-wiri di dunia ini, mengunjungi tempat-tempat di mana kita biasanya bersenang-senang semasa kita hidup atau mengikuti orang-orang yang kita cintai).
Ketika akhirnya kita lelah, yang terjadi setelah beberapa waktu itu atau waktu yang lama sekali, maka mekanisme alam mulai bekerja secara otomatis. Kita lahir kembali mengikuti proses daur ulang alami. Kita akan lahir dalam keluarga tempat kita dapat menyelesaikan pelajaran-pelajaran berikutnya. Dalam keluarga tersebut kita dapat menyelesaikan hutang piutang karma kita. Semua itu terjadi tanpa kita ketahui saat kelahiran kita kembali (Karena kemelekatan kita dengan keluarga kita, biasanya kita lahir kembali di keluarga yang itu-itu saja).
Apabila ketika melihat cahaya, kita mengikutinya dengan tetap sadar maka kita akan merasakan kenikmatan yang tak terhingga. Cahaya itu membakar badan halus kita atau apa yang disebut etherik body dan kita mendapatkan badan yang lebih halus lagi yang biasanya disebut badan astral/astral body/badan cahaya. Badan cahaya ini akan mengantar kita ke alam yang indah sekali/alam cahaya. Barangkali kita tidak akan menemukan sorga dan neraka seperti sorga dan neraka yang diceritakan dalam kitab-kitab agama.
Dalam alam cahaya ini kita akan melakukan introspeksi diri, apakah masih ada pelajaran-pelajaran yang harus diperoleh dari kehidupan di bumi, apakah masih ada orang-orang yang perlu kita temui. Berdasarkan introspeksi demikian kita akan menentukan kelahiran kita berikutnya, lahir di mana, di keluarga siapa dsb. Biasanya mereka yang sudah mencapai kesadaran semacam itu setelah kelahirannya akan segera menyadari tujuan hidupnya dan melanjutkan pelajarannya.



Mereka yang sudah mencapai kesadaran yang lebih tinggi lagi (bagi jiwa-jiwa yang sudah matang) dapat berada di alam cahaya/alam para dewa-dewi atau malaikat dalam waktu yang lama. Alam ini memang sangat menyenangkan. Mereka dapat bertemu dengan orang-orang yang mendahului mereka, apabila orang-orang yang mendahului itu meninggal dengan penuh kesadaran juga. Di alam cahaya ini pula kita dapat menemui begitu banyak guru rohani, para master dsb.
Mereka yang sadar bahwa alam ini pun tidak perlu dilekati akan melampaui alam cahaya/alam para dewa-dewi atau malaikat ini dan memasuki “kehampaan, kesunyataan, kekosongan abadi” yang tak terjelaskan dengan kata-kata. Mereka mengalami kebahagiaan sejati yang tak terungkapkan.
Setelah ini mereka akan mengalami kelahiran kembali satu kali saja, untuk menyelesaikan mata pelajaran yang terakhir, untuk menyelesaikan hutang piutang dan hubungan-hubungan karma yang tersisa. Selanjutnya ketika mereka meninggal mereka kembali ke alam cahaya itu dan melampauinya dan menyatu dengan Semesta, Hyang Maha Tunggal, Hyang Maha Ada untuk selama-lamanya.
...........
Disadur dari buku Soul Awareness, Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi karya Guruji Anand Krisna, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.