Minggu, 14 Februari 2021

Kunci Suksesnya Suatu Yadnya Umat Hindu, Ini Penjelasannya






SERATI: Serati adalah salah satu dari tiga kunci yadnya umat Hindu. (ISTIMEWA)





Dalam pelaksanaan aktivitas ritual Agama Hindu, ada tiga komponen penting yang berperan dalam acara tersebut. Karena tanpa adanya peran serta ketiga komponen tersebut, maka upacara tersebut tidak bisa berlangsung, karena dalam prosesnya ketiga komponen ini memiliki kaitan yang tidak bisa dipisahkan.


Adapun ketiga komponen tersebut dikatakan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, disebut dengan Tri Manggalaning Yadnya, yang terdiri dari Sang Sulinggih, Sang Tapuni dan Sang Yajamana. “Ketiga komponen ini sering kali disebut dengan Tri Manggalaning Yadnya, dan ketiga komponen ini harus ada dalam pelaksanaan aktivitas ritual,” ungkapnya.





Adapun fungsi dari ketiga komponen ini dikatakan Ida Rsi antara lain, Sang Sulinggih atau juga yang sering disebut Sang Wiku, yaitu orang yang bertugas untuk memuput atau sebagai pengantar upacara sehingga upacara tersebut bisa disebut selesai. Selanjutnya adalah Sang Tapini atau yang juga dikenal dengan nama Serati Banten ialah orang yang memiliki kemampuan dalam mempersiapkan upakara untuk upacara, sehingga upacara tersebut memiliki nama sesuai dengan upakara yang disiapkan oleh Sang Tapini.


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Dan yang ketiga adalah Sang Yajamana atau Sang Adruwe Karya adalah orang-orang yang menyelenggarakan upacara atau dengan kata lain seseorang yang bertanggung jawab atas aktivitas upacara yang dilaksanakan. “Tugas dari Sang Yajamana ini adalah sebagai penggagas serta membiayai semua upacara yang diselenggarakan,” lanjut.

Namun disamping ketiga komponen tersebut, menurut Ida Rsi sebenarnya ada satu komponen lain yang tidak kalah penting dari ketiga komponen tersebut. Karena komponen ini sangat berperan dalam mensukseskan suatu upacara, baik itu ipacara agama upacara adat.

Adapun komponen yang dimaksud adalah prajuru adat, baik prajuru ini berupa keluhan banjar adat, maupun sebagai Jro Bendesa Adat. “Karena fungsi dari Prajuru adat ini adalah sebagai saksi dilangsungkannya suatu aktivitas ritual, khususnya dalam aktivitas upacara yang bersifat adat, seperti perkawinan dan kematian,” tambahnya.


Makna dan Simbolik Makala-Kalaan dalam Pewiwahan






PEWIWAHAN: Prosesi pernikahan umat Hindu di Bali. (ISTIMEWA)




Pawiwahan atau perkawinan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap insan,termasuk juga umat Hindu. Pernikahan sekaligus mengakhiri masa Brahmacari Asrama dan memulai kehidupan pada tingkat Grhasta Asrama. Namun, kapan seseorang dikatakan sah berkeluarga?

Perkawinan atau Wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hidup Grhasta Asrama. Tugas pokok dari Grhasta Asrama menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut 'Yatha Sakti Kayika Dharma' yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi, seorang Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma dalam kehidupan ini. "Kemandirian dan profesionalisme inilah yang harus benar-benar disiapkan oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan," ujar Jro Mangku I Wayan Satra kepada Bali Express, Selasa (13/12/2016).

 
Satra menjelaskan, di dalam UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, sahnya suatu perkawinan adalah sesuai hukum agama masing-masing. Jadi, bagi umat Hindu, melalui proses upacara agama yang disebut 'Makala-kalaan' (natab beten), biasanya dipuput oleh seorang pinandita.
Upacara ini dilaksanakan di halaman rumah (tengah natah) karena merupakan titik sentral kekuatan 'Kala Bhucari' sebagai penguasa wilayah madyaning mandala perumahan. Makala-kalaan berasal dari kata 'kala' yang berarti energi. Kala merupakan manifestasi kekuatan kama yang memiliki mutu keraksasaan (asuri sampad), sehingga dapat memberi pengaruh kepada pasangan pengantin yang biasa disebut dalam 'sebel kandel'.
Dengan upacara Makala-kalaan sebagai sarana penetralisasi (nyomia) kekuatan kala yang bersifat negatif agar menjadi kala hita atau untuk mengubah menjadi mutu kedewataan (Daiwi Sampad). "Dengan mohon panugrahan dari Sang Hyang Kala Bhucari, nyomia Sang Hyang Kala Nareswari menjadi Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih," ujar Satra
Upacara Makala-Kalaan dimaknai sebagai pengesahan perkawinan kedua mempelai melalui proses penyucian, sekaligus menyucikan benih yang dikandung kedua mempelai yang berupa sukla (spermatozoa) dari pengantin laki dan wanita (ovum) dari pengantin wanita.
Lebih lanjut dijelaskan Satra, adapun alat-alat yang digunkan saat upacara Makala-Kalaan adalah Sanggah Surya yang di sebelah kanannya digantungkan Biyu Lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah Kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa (simbol) stana Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
 
Biyu Lalung adalah simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai Dewa Kebajikan, Ketampanan, Kebijaksanaan simbol pengantin pria. Kulkul berisi berem simbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih, Dewa Kecantikan serta Kebijaksanaan simbol pengantin wanita.
Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg) sebagai simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upakara Makala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin. Tikeh Dadakan (tikar kecil) diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, Tikeh Dadakan adalah simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni). Selanjutnya, Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya nyungklit keris dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang kepurusan dari pengantin pria.
Dalam Makala-kalaan dibuatkan juga benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu. Pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon Dapdap setinggi 30 cm. Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara Makala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut.
Perlengkapan lainnya adalah Tegen - tegenan, merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala. Suwun-suwunan (sarana jinjingan) melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon Kunir dan Talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.
Sementara Dagang-dagangan melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala risiko yang timbul akibat perkawinan tersebut, seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.
Ada juga Sapu Lidi tiga batang merupakan simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan kewajiban melaksanakan Tri Rna dan agar tabah menghadapi cobaan dalam kehidupan rumah tangga.
Kemudian Sambuk Kupakan (serabut kelapa) adalah serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga, simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa), mengisyaratkan kesucian. Sedangkan Telor bebek menjadi simbol manik.
Proses selanjutnya, mempelai saling tendang serabut kelapa (matanjung Sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Hal ini bermakna, apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar kekuatan Triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut, kalapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

Sedangkan Tetimpug Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh (daun kelapa kering), bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.
Upacara Makala-kalaan biasanya dilaksanakan pada sore hari. Hal ini dilakukan untuk mencari momentum keluarnya Bhuta Kala. Sebab, Sandi Kala dipercayai sebagai waktu keluarnya Bhuta Kala. "Kesuksesan pelaksanaan upacara ini mengutamakan kehadiran Tri Saksi, yakni saksi Dewa, Saksi Manusia, dan saksi Bhuta Kala," tutup Satra.

Kamis, 11 Februari 2021

Hindu tidak mengenal Tauhid?



Eggy Sudjana pernah mendaftarkan gugatan MK untuk membubarkan Hindu sebab disebutkan tidak sesuai dengan sila pertama dari Pancasila. Sehingga menurut yang bersangkutan Hindu dan yang lainnya yang serupa layak dibubarkan.
Penjelasan “Tauhid” di Hindu sangat banyak dan beragam serta kompleks sebab menggunakan istilah beragam. Misal yang Maha Tinggi yang non dual bisa dijelaskan dengan istilah Rudra yang bermakna penyebab dari keberadaan atau material atau kebendaan dan yang mendayagunakan alam semesta melalui sifat meresap dan membungkusnya (Wyapi Wyapaka) dan bukan sekedar penciptanya melainkan juga pelindungnya dan pembimbingnya.

Ia disebut juga Krshna karena gelap tak tersentuh, tak terjelaskan, tak terpikirkan, tak dapat dimengerti, dst...atau juga diistilahkan Acintya (Tak Terpikirkan dan Terbayangkan). Ia adalah Tunggal dan sekaligus Ia adalah kegandaan yang disebut dengan Purusa dan Prakerti. Ketika kegandaan mampu diatasi dan ketunggalan mampu dilampaui maka Ia akan mampu disadari....inilah kompleksnya tauhid Hindu.
Pradana atau jagat semesta beserta isinya ini bukanlah hal yang terpisah dan atau berdiri sendiri melainkan terangkai satu dan terlihat bagai atom didalamNya dan Iapun mampu mengisi hal yang lebih kecil dari atom sehingga tanpa batas dan alam semesta ini meski Tunggal juga adalah dalam kegandaan bagaikan Jagad Raya yang tersusun dalam ribuan atom dan atom yang tunggal yang diperbesar kembali terdapat didalamnya Jagat Raya dan Atom. Sehingga hal ini disimbolkan dengan simbol Iconic Hindu yang populer disebut Ouroboros (Tanpa batas dan tanpa akhir). Hal ini juga dapat diibaratkan ketika kita berdiri diantara dua cermin dimana bayangan kita terlihat tanpa batas. Ia juga disebut Mayin sebab pencipta dunia yang maya dimana ini mengembang terus bagai bayangan kita yang tunggal pada cermin menjadi banyak dan terus berganda bila diamati satu persatu.
Ini adalah salah satu penjelasan beragam mengenai Tauhid Hindu. Yang Maha Esa sendiri disebut dalam berbagai nama dan tetap merujuk Esa (Eko Narayana Na Dwiyo).
Ano Badrah Kartawo Yantu Wiswatah 🙏
Agus Wirawan Sudewa R


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Lontar BHUWANA KOSA



Adapun ajarannya dapat dijelaskan sebagai berikut : Tuhan dalam Bhuwana Kosa disebut Bhatāra Śiwa, yaitu :
Beliau Maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tak terpikirkan, tak tercampur, tak bergerak, tak terbatas dan sebagainya.
Ia yang tak terbatas digambarkan secara terbatas, karena itu Ia sering disebut dengan nama yang berbeda, seperti : Brahma, Wisnu, Iswara / Rudra, sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam Lontar Bhuwana Kosa ini Bhatāra Śiwa dijelaskan juga bersifat immanent dan transcendent.
Immanent, Ia meresapi segalanya, hadir pada segala termasuk meresap pada pikiran dan indriya (sira wyapaka).


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Transcendent, Ia meliputi segalanya, tetapi Ia berada di luar batas pikiran dan indriya.
Meskipun Ia Immanent dan Transcendent pada semua makhluk, tetapi Ia tidak dapat dilihat dengan kasat mata, karena Ia bersifat sangat rahasia, abstrak. Karena kerahasiaannya Ia digambarkan bagaikan api dalam kayu, minyak dalam santan. Dan Ia ada dimana-mana, pada semua yang ada ini.
Ia tidak tampak,
tetapi Ia ada.
Sungguh sangat rahasia adanya. Alam semesta (Bhuwana Agung) dengan segala isinya dan manusia adalah ciptaanNya juga.
Semua ciptaanNya itu merupakan wujud mayanya yang bersifat tidak kekal, karena dapat mengalami kehancuran dan pada saat mengalami kehancuran semua ciptaanNya itu akan kembali kepadaNya, karena Ia adalah asal dan tujuan.
Demikian juga disebutkan dalam beberapa petikan mantra dalam Tattwa III referensi Lontar Bhuwana Kosa yang sebagaimana dijelaskan
Berkedudukan di alam Satya Loka, Bhatara Siva Maha gaib, tanpa awal, tanpa pertengahan, tanpa akhir, amat suci:
“Keadaan Sang Hyang Siva berada di hati semua mahluk, tanpa awal, tanpa pertengahan dan tanpa akhir, Keberadaan Beliau kekal berwujud seperti putaran air".
Berkedudukan di alam Tapa Loka, Beliau Bhatara Siwa menguasai semua pengetahuan dan selalu terhindar dari ketuaan dan kematian.

Kenapa dalam daksina ada kelapa dan telur .....



menurut lontar Aji Sangkhya :kelapa dlm daksina sbg simbol alam semesta yg terdiri dari 14 lapis, tujuh lapis bgian bawah yg disebut dgn sapta patala (pertiwi), dan tujuh lapis bgian atas yg disebut dgn sapta loka (aksa).
Telur merupakan simbol bulan/ardha candra yg merupakan cerminan dari ida sang hyang widhi. Telur terdiri dari 3 lapis, yaitu kuning telur sbg lmbng Antah karana sarira, Putih telur sbg lmbng Suksma Sarira, dan kulit telur sbg lmbng stula sarira.
Kenpa terbuat dari janur, pertama scr logika janur sangt mudah dicari, kedua scra filosofi wakul daksina yg terbuat dari jnur melingkar melambngkan hukum tuhan yg abadi (hukum rta), apakh isi daksina hrus sma, secra konteks sastra yg membhs tentang upakara wajib isi daksina sama, namun tdk lepas dari situasi dan kondisi diman orang itu berada, jika berada dibali ya wajib isinya sma krn mash mudah dicari/dibeli bhan2nya, klo diluar bali yg jls intinya yg hrus sma adalah , asa beras, tapak dara, kelapa, telur, porosan (Isi yg lain menyesuaikan dgn tempat dmn mereka berada jika diluar bali).

Caru Dalam Pembuatan Bangunan Suci (Kahyangan Tiga, Padma, Meru)

 



Om Swastyastu,

Ampura semeton Hindu, sebagaimana dikutip dari Buku Caru dalam Upacara di Bali,...disebutkan bahwa uraian mengenai upacara ini tidaklah begitu banyak bedanya dengan Keputusan Maha Sabha Parisada Hindu Dharma ke II di Denpasar Tahun 1968. Pemakaiannya dapatlah kiranya disesuaikan dengan keadaan.
Untuk pembuatan suatu bangunan suci diperlukan upakara-upakara dan alat-alat sebagai berikut:
2.1. Caru pengeruak”, yaitu “Caru ayam brumbun” lengkap dengan runtutannya dan uripnya adalah 33, serta letaknya “amancadesa” (di timur 5 “tanding”). di Selatan 9 “tanding” di Barat 7 “tanding”, di Utara 4 “tanding”, di Tengah 8 “tanding” beralas sengkwi bersayap sedangkan segehan-agung, kawisan, kulitnya dan lain-lainnya ditaruh di tengah.
a. Byakala” (“byakaon”) “durmangala” dan “prayascita” masing-masing satu buah.
b. Sebuah “segehan-agung” lengkap dengan “penyambleh.
c. Tanten Pemakuhan yang terdiri dari “peras penyeneng”, “ajuman” putih kuning ikannya ayam “betutu”, “maukem-ukem” (di belah dari punggung) “daksina” yang berisi uang 227 “canang lenge wangi-buratwangi”, “canang satu tanding raka nyahnyah gula kelapa” dan tipat kelanan. Banten ini ditaruh di sebuah “sanggar” yang ada di hulu dari bangunan yang akan dibuat (diluanan).
d. Banten untuk “dasar bangbang” adalah “tumpeng” merah dua buah, dilengkapi dengan jajan, buah-buahan, lauk-pauk dengan ikannya “ayam biying” yang dipanggang, “sampiannya/sampian tangga”. Banten ini dialasi dengan “kulit peras”.


e. “Canang-Pendeman” adalah “canang burat-wangi”, pengeraos “canang-tubungan”, dan “pesucian”, masing-masing satu “tanding.
f. Alat “penyujug” terdiri dari sebuah cabang dadap yang bercabang tiga, sebuah mangkuk kecil, cincin bermata mirah dan kalau mungkin sebuah keris.
g. Untuk bangunan yang berupa “pelinggih” yang besar-besar, dipakai batu dengan tulisan aksara. Sebuah batu merah, yang berisi gambar “bedawangnala” di punggungnya diisi tulisan “Ang-kara”.
h. Sebuah batu merah yang lain, diisi gambar “padma” disertai dengan tulisan “dasaaksara” (di luar 8 huruf, dan ditengah 2 huruf yang dimaksud dengan “dasa-aksara” adalah Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya.
i. Sebuah “batu bulitan” (batu yang hitam) diisi dengan tulisan 'Triaksara” yaitu ANG, UNG, MANG.
j. Sebuah “kelungah” berisi tulisan “Ong-kara”. Kalau dapat dipakai “kelungah kelapa gading”. “Kelungah” itu “dikasturi”, airnya dibuang, lalu ke dalamnya dimasukkan wangi-wangian seperti lengawangi”, “burat-wangi” “menyan” dan sebagainya, serta sebuah “kewangen” “keraras” (daun pisang yang sudah tua) yang berisi uang 11 kepeng; “kelungah” beserta perlengkapannya dibungkus dengan kain putih diikat dengan benang merah, putih, hitam dan kuning, lalu dipuncaknya diisi sebuah kewangen yang berisi uang 33.
k. Sebuah “kewangen” yang berisi tulisan “ONGKARA MERTA” dengan uangnya 11 kepeng.
l. Alat persembahyangan lengkap dengan “kewangen” dan dupa.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

m. Tata Pelaksanaan upacara dan susunan dasarnya.
Terlebih dahulu dilakukan upacara Ngeruak dengan upacara caru Pengeruak lalu menghaturkan banten Durmengala dan prayascita ke hadapan Sang Bhuta Buwana, dilanjutkan dengan menghaturkan segehan-agung, ke hadapan Sang Bhuta Dengen.
Mantranya:
Pakulun Sang Kala Nungkurat, Sang Kala Tahun, Sang Kala Badawang jenar, Sang Kala Durmerana, Sang Kala Wisesa makadi sira ranini Bhatari Durga den suka anadah caru aturane mami. Om sampurna ya namah svaha.
Kemudian halaman dan tempat-tempat bangunan yang direncanakan diukur menurut “asta bumi” dilanjutkan dengan menggali lubang (bangbang). Setelah lubang itu dianggap selesai digali, lalu diupakarai dengan “byakala”, “durmengala” dan “prayascita”, selanjutnya diukur dalamnya (jugjugin, dikeruk, serta disapu dengan cincin tadi).
Para penyungsung bangunan itu lalu bersembahyang di depan lubang itu yaitu ke hadapan “ibu pertiwi” (Sanghyang lemah), “Sanghyang Bayu” dan “Sanghyang Anantaboga”. Bunga dibuang ke bangbang tadi, diganti dengan yang baru, bersembahyang ke hadapan “Sanghyang Akasa”, “Sanghyang Siwa”. Sanghyang Bhuwana Kemulan” dan Sanghyang Prajapati”. Bunga dibuang ke dalam lubang sebagai dasar dari bangunan tersebut. Selanjutnya di atas bunga-bunga itu ditaruhlah “tumpeng merah” yang berisi ikan ayam “biying” (sub. e) kemudian ditindihi dengan bata-merah” yang berisi gambar “Bedawangnala” (sub. h) disusuni kelungah kelapa gading yang dibungkus dengan kain putih (sub. k), lalu ditimbuni sedikit (supaya agak rata). Di atasnya disusuni dengan bata merah yang berisi gambar padma serta tulisan “Dasa-aksara” (sub. i), kemudian disusuni batu bulitan yang berisi tulisan “triaksara”. Di atasnya diisi “kewangen” yang berisi tulisan “Ongkara-amerta”. Disertai Tanang pendeman” (sub. 1 dan f) dan akhirnya ditimbuni sampai rata, lalu dilanjutkan dengan pembangunan seterusnya.
1. Untuk bangunan yang kecil-kecil “batu-dasarnya” dapatlah disederhanakan yaitu:
Sebuah bata merah berisi gambar “bedawang-nala”, dan sebuah “kewangen” yang berisi uang 11 kepeng, dilengkapi dengan “burat-wangi”, “canang-sari”, “mereka” “nyahnyah” “gula kelapa”, “kekiping”, “pisang mas”, dan “porosannya” adalah “base tubungan putih hijau mererepe” (tangkai sirih itu dibiarkan), (bila tidak ada bata-merah, dapat diganti dengan “paras”).
Catatan
Setelah bangunan itu selesai lalu diupakarai dengan “durmengala”; “prayascita”, “pengambyan”, “solasan ketengan 22 tanding, “tumpeng guru”, ikannya itik putih diguling, “tumpeng putih kuning” “tipat kelanan”, “daksina” dan canang pesucian” selengkapnya “burat wangi” serta “suci” satu “soroh”.
Dengan demikian bangunan itu baru dapat dihatur “canang” dan “daksina” selengkapnya. Upacara selanjutnya adalah “upacara Melaspas”, “Mepedagingan”, “ngenteg” dan seterusnya. Upacara-upacara ini (“Melaspas”, “mepedagingan” dan sebagainya) sebenarnya termasuk upacara “Dewa-yadnya”, oleh karenanya dalam tulisan ini tidak diuraikan secara mendetail.
Catatan:
Pada pohon kayu yang akan diupacarai diberi kain “caniga”, “gantung-gantungan”, dan sasap dari janur,untuk hal tersebut biasanya dipilih pohon kayu yang dianggap paling berguna di dalam rumah tangga seperti kelapa, wani dan sebagainya.
Ampura...Suksma...Rahayu 🙏❤️🙏
Reference
1. Prof. Dr. Drs I Gusti Ngurah Sudiana, M. Si. 2018. "Caru dalam Upacara di Bali.IHDN PRESS

Jual Ayam caru (bersih dan meblulangan)



Kami menyediakan
Ayam caru (bersih dan meblulangan)
Daging ayam kampung (bersih dgn berat 750-800 gr)
Bebek bersih
harga sangat terjangkau dan melayani COD.

Minat wa 0882-9209-6763