Jumat, 19 Januari 2018

Persiapan Kramaning Sembah







Persiapan sembahyang meliputi persiapan #lahir dan persiapan #batin.
Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas, sikap tangan dan sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga, kuangen dan dupa. Sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran.
Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:
Yaitu mengusahakan kebersihan dan kesucian.
#Kebersihan berhubungan dengan kebersihan badan yang dapat diupayakan dengan mandi dan keramas.
#Kesucian berhubungan dengan nilai religius yang biasanya diupayakan dengan malukat dan lain-lain.
Pakaian waktu sembahyang agar
diupayakan pakaian yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran. Pakaian yang ketat atau longgar, warna yang menjolok
hendaknya dihindari. Pakaian harus disesuaikan dengan drsta setempat
supaya tidak menarik perhatian orang.
Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan serta tidak mengganggu ketenangan hati.
Sikap duduk yang baik untuk laki-laki adalah #Padmasana/#silasana yaitu sikap duduk bersila dengan badan tegak lurus. Bagi wanita sikap duduk yang baik disebut #Bajrasana yaitu sikap duduk besimpuh dengan dua tumit
kaki diduduki dan badan tegak lurus.
Sikap tangan yang baik waktu sembahyang adalah sikap #Anjali atau #Cakuping_Kara Kalih yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-ubun, dimana pada waktu sembahayang memakai bunga atau kuangen, dijepit pada ujung jari tengah.
#Sarana Sembahyang (bunga, kuangen,dupa)
Bunga dan Kuangen adalah lambang kesucian (Sekare pinaka katulusan pikayunan suci: dalam #lontar_Yadnya_Prakerti) serta simbul
#Sanghyang_Widhi dan manifstasi-Nya. Jika dalam persembahyangan tidak ada #Kuangen dapat diganti dengan bunga. Oleh karena itu
patut diupayakan bunga yang segar,
bersih dan harum. Dalam kitab#Agastya_Parwa disebutkan ada beberapa bunga yang tidak baik dipersembahkan atau dipakai sebagai sarana persembahyangan.
“Nihan ikang kembang tan yogya pujakena ring bhatara : kembang uleren, kembang ruru tan inuduh, kembang laywan, laywan ngaranya alewas mekar, kembang munggah ring sema, nahan ta lwir ning kembang tan yogya pujakena de nika sang satwika.”
Artinya :
Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Bhatara, bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncang, bunga yang berisi semut, bunga yang layu yaitu bunga yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh di kuburan. Itulah jenis-jenis bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang baik-baik.
#Apinya_dupa adalah simbul #Sanghyang_Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Sanghyang Widhi. Setiap yadnya dan pemujaan tidak luput dari penggunaaan api.

Kamis, 11 Januari 2018

Sang Hyang Kurma Geni






The ring of fire
Sang Hyang Kurma Geni
**************************
Membaca buku karya Lawrence Blair dan Lorne Blair maka kita akan di ajak berpetualang ke lingkaran api sebagaimana Blair menyatakan cincin api (ring of fire). Cincin api yang di maksud Blair adalah gugusan gunung api/berapi yang ada di indonesia mengelilingi membentuk lingkaran api yang indah. Blair bertahun-tahun berpetualang dan menuliskan pengalamannya bertemu banyak suku, tradisi, budaya bahkan suku kanibalisme kala itu. Blair benar-benar dibuat kagum akan gugusan api yang mengitari Indonesia. Tetapi, Blair bersaudara juga menjadi sangat kahwatir jika gugusan gunung berapi akan murka dan membuat paradaban di Indonesia akan tenggelam.
Akhirnya, Blair berlabuh di Bali, yakni Ubud. Bertemu dengan I Gusti Nyoman Lempad almarhum. Blair sangat kagum akan pengetahuan kosmogoni sang maestro kala itu. Lempad pun berdiskusi panjang tentang sebuah lukisan Kurma Geni yang dililit dua naga. Sayang dalam catatanya Blair tidak menjelaskan diskusi mereka tentang lukisan itu. Tetapi, ada kemungkinan Lempad memberitahukan bahwa cincin api tersebut dalam kepercayaan Hindu di Bali digambarkan dengan citra magis seekor kura-kura dilit dua ekor naga. Mulut kura-kura menyemburkan api, dan naga membelitnya dengan erat.
Lingkaran api yang dimaksud Blair dalam kosmologi Hindu Bali digambarkan dalam citra mistik, yakni Sanghyang Kurma Geni dilit oleh dua naga, yakni Wasuki dan Anantaboga. Sedangkan sang Tatsaka berada di angkasa sebagai atmosfer yang melindungi bumi. Sisik naga adalah lempengan bumi yang membentang mengelilingi cekungan samudra fasifik. Ketika sang naga menggeliat, maka gempa akan terjadi pertanda "nampih sasih" atau masa transisi pergantian musim.
Sang Kurma Geni sebagai dasar bumi yang tiada lain adalah magma perut bumi. Api berkobar dimulutnya simbolisasi dari panasnya magma bumi yang terhubung dengan akar gunung berapi hingga kawah. Letusan gunung berapi diyakini muntahan dari mulut Sang Kurma Geni. Dalam kepercayaan orang Bali yang mendasarkan pada mitos, bahwa tatkala Sang Kurma Geni memuntahkan api dari mulutnya, maka dua naga inilah yang akan menyeimbangkan bumi agar tidak tenggelam, sehingga pulau Bali akan tetap mengapung meskipun letusan gunung berapi berpotensi tsunami. Kepercayaan orang Hindu Bali terhadap mitos ini sangatlah kuat sehingga betapapun Bali diguncang gempa dan letusan gunung pulau ini akan tetap mengapung sebagaiman dua sang naga mengikatnya dan Sang Kurma Geni menopangnya.
Tetapi, apapun demikianlah sebuah siklus yang harus terjadi sebagai sebuah resiko berada di dalam cincin api. Semoga Sanghyang Kurma Geni dan Sanghyang Naga Wasuki, Anantaboga berkenan memberikan karunia sehingga semua berada dalam siklus keseimbangan....

 I Ketut Sandika 


Urutan-urutan Panca Sembah


Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Pemangku/Pinandita atau Sulinggih adalah seperti berikut :
Mantramnya :
“Om ātma tattvātmā
suddha mām svāhā.”
Artinya :
Om Ātma, Ātmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.
2. #Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sanghyang #Aditya, dengan sarana bunga.
Mantramnya :
“Om ādityasāparam
jyoti, rakta teja namo’stute, svetapańkaja mdhyastha, bhāskarāya namo’stute.”
Artinya :
Om sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah, hormat
kepada-Mu, Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih, hormat pada-Mu pembuat sinar.
3. #Menyembah Sanghyang Widhi sebagai #Ista_Dewata pada hari dan tempat persembahyangan, sarana kwangen.
Mantramnya :
“Om nama deva
adhisthanāya,
Sarva vyāpi vai śivāya,
Padmasāna ekapratisthāya,
Ardhanareśvaryai namo’namah.”
Artinya :
Om kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnya berada dimana-mana,
kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Ardhanaresvari hamba menghormat.
Catatan :
Ista Dewata artinya dewata yang
diingini hadir-Nya pada waktu
pemuja memuja-Nya. #Ista_Dewata
adalah perwujudan Sanghyang Widhi dalam berbagai-bagai wujud-Nya. Seperti Brahma, Visnu, Isvara, Sarasvati, Gana dan sebagainya.
Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Ista Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja adalah Dewi Saraswati
dengan Saraswati Stawa, pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan Stawa-Stawa yang lain juga.
Contoh : #Puja atau #stawa yang dapat
diucapkan pada waktu hari #Saraswati,
“Om Sarasvatinamastubhym,Varade kāma rupini, Siddhārambham karisyāmi, Siddhir bhavatu me sadā.”
Artinya :
Om Hyang Sarasvati dalam wujud-Mu sebagai penganugrah berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lalukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.
“Om Brahma-putri mahā-devi, Brahmanyā Brahma-nandini, Sarasvati samjñayani,
Prayānāya Sarasvati.”
Artinya : Engkau adalah Sakti Deva
Brahma, ya Mahadewi, Engkau adalah pancaran kemuliaan Deva Brahma, Engkau adalah kumpulan segala kebijaksanaan, segala puja dan puji tertuju padaMu, ya Sarasvati.
Untuk pengastawa atau puja yang lain lihatlah buku “Doa sehari-hari menurut Hindu,” oleh Drs. I Gusti Made Ngurah, buku Tri Sandhya
Sembahyang dan Berdoa,” oleh Dr. Made Titib dan buku lain yang sejenis.
Pada saat persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sanghyang Siwa yang berada dimana-mana, atau juga di
tempat suci tertentu yang tidak diketahui Ista Dewata yang distanakan disana maka mantram
yang diucapkan adalah mantram nomor tiga tersebut.
4. #Menyembah Sanghyang Widhi
sebagai Pemberi Anugrah, sarana kuangen.
Mantramnya :
“Om anugraha manohara,
devadattānugrahaka,
arcanam sarvapūjanam,
namah sarvānugrahaka.
Deva devi mahāsiddhi,
yajñānga nirmalātmaka
laksmī siddhisca dīrghāyuh, nirvighna sukha vŗddhisca.”
Artinya : Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewa, pujaan semua pujaan, hormat kepada-Mu pemberi semua anugrah. Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi yang suci, kebahagiaan, kesempurnaan panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan.
5. #Sembah Puyung.
Mantramnya :
“Om, deva suksma
paramācintyāya nama svāhā.”
Artinya : Om, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi, yang naha gaib.

Rabu, 10 Januari 2018

Rsi Durwasa






Nama lain : Durvasa
Arti Nama : Yang Sangat Merepotkan, Yang Mengenakan
Jubah Kotor
Ras : Manusia Awatara, #Awatara_Siwa.
Golongan : Brahmana
Senjata : #Shapa(kutukan)
Masa kemunculan : #Satya_Yuga,
Lawan Utama : Tidak ada, hampir semua orang ia musuhi.
Di antara seluruh manusia awatara
yang pernah hadir ke dunia, barangkali Durwasa adalah manusia awatara sekaligus brahmana yang paling merepotkan semua orang yang ia datangi. Durwasa adalah
brahmana paling ‘rewel’ dan mudah
naik darah dibandingkan
brahmana-brahmana lainnya. Bahkan #Parasurama_Awatara
sekalipun ‘kalah seram’ jika harus dibandingkan dengan Durwasa.
Parasurama masih bisa ‘diajak ngomong’ dan diberi pengertian
sementara Durwasa tidak.
KELAHIRAN DURWASA
Ada masanya ketika para #Trimurti sekalipun berselisih paham dengan sengit dan di antara Trimurti, #Siwa adalah yang paling berbahaya jika
sudah lepas kontrol. Perselisihan itu membuat amarah Siwa memuncak dan membuat dewa-dewa lain undur diri dari hadapan Siwa supaya tidak terkena efek kemarahan beliau (mereka sudah kapok dengan kejadian #Virabhadra
beberapa waktu yang lalu). #Parwati kemudian protes pada Siwa dengan mengatakan rasanya mustahil dirinya bisa hidup dengan suami
pemarah seperti Siwa. Sadar bahwa perilakunya merepotkan dan
menyebalkan istrinya, Siwa berusaha meredam amarahnya, tapi karena sulit, akhirnya Siwa
mengalihkan sebagian rasa amarahnya kepada #Anasuya, istri
seorang #Prajapati bernama #Atri.
Anasuya sendiri adalah ibu dari #Dattareya, awatara gabungan
Brahma, Wisnu, dan Siwa. Efek dari
tindakan Siwa ini adalah hamilnya
Anasuya dan lahirlah seorang anak yang rewel dan pemarah bernama #Durwasa.
Durwasa adalah brahmana
#Siwasidanta yang sering menjalankan lelaku ekstrem (dalam
beberapa hal lebih ekstrem daripada #Aghori, meski tidak pernah dicatat bahwa Durwasa pernah
makan jenazah). Salah satu lelaku ekstremnya adalah berjalan tak
tentu arah dalam suatu lelaku yang mensyaratkan dirinya berlaku bak orang tidak waras. Pada suatu hari ia bertemu dengan bidadari dan
meminta karangan bunga yang menghiasi kepala bidadari itu.
Bidadari itu menyerahkan karangan bunga miliknya pada Durwasa. Durwasa mengenakan karangan
bunga itu di kepalanya kemudian melanjutkan perjalanannya. Di
tengah jalan ia bertemu dengan
#Indra, raja para dewa, yang tengah
menunggangi gajah #Airawata.
Sebagai tanda hormatnya pada sang
raja dewa, Durwasa menyerahkan karangan bunga yang diberikan bidadari tadi kepada Indra (meski
cara memberikannya agak tidak sopan: dilempar ke Indra yang
masih menaiki gajah). Indra sudah paham kelakuan sang rsi dan
menangkap karangan bunga itu lalu
meletakkannya ke kepala Airawata.
Tapi Airawata jengkel dengan aroma bunga yang terlalu kuat itu sehingga gajah itu menggoyang-goyangkan kepalanya lalu melemparkan
karangan bunga itu ke tanah. Durwasa yang masih ada di sana
dan melihat pemberiannya dibuang
begitu saja langsung melepaskan kutukan kepada Indra yang
mengurangi kekuatan Indra dan seluruh dewa-dewa yang ia
perintah. Meski Indra sudah minta maaf dan mengatakan bahwa ini
semua adalah kesalahpahaman,
Durwasa tetap tidak mau mendengar alasan Indra. Kutukan
ini membuat kekuatan dewa menjadi jauh berkurang dan
perlahan-lahan akan menghilang. Mengetahui Durwasa sudah mengutuk para dewa, Mahabali pun
melancarkan serangan ke kahyangan dan Indra pun terpaksa
mundur. Para dewa kemudian menghadap
Wisnu dan Wisnu menyarankan, guna mengurangi efek kutukan ini, para dewa harus bekerjasama
dengan para asura untuk mengaduk
lautan susu guna mendapatkan
#amerta (air keabadian). Pasca
mendapatkan amerta, efek kutukan Durwasa jauh berkurang meski
tetap saja, sedikit demi sedikit kekuatan para dewa berkurang.
Ada seorang gadis muda bernama
Shakuntala. Ia adalah anak biologis dari #Wiswamitra (guru #Rama dan Laksmana) namun diasuh oleh
seorang Rsi bernama #Kanwa.
Shakuntala menarik hati seorang raja bernama Dhusyanta dan raja itu pun menikahi Shakuntala.
Namun sang raja harus kembali ke kerajaannya untuk beberapa saat
dan meninggalkan Shakuntala di
hutan namun berjanji kelak akan menjemputnya.
Sebagaimana lazimnya pengantin baru, Shakuntala sehari-hari selalu membayangkan wajah #Dhusyanta
hingga suatu hari rumahnya kedatangan tamu yang tak lain
adalah Durwasa. Tapi ketika Durwasa datang, Shankuntala tidak
menghiraukannya dan ia baru sadar ada tamu ketika Durwasa mengutukinya supaya siapapun orang yang Shakuntala bayangkan
akan melupakannya. Ngeri akan efek kutukan Durwasa, seorang teman Shakuntala menyusul Sang Rsi dan menjelaskan duduk
perkaranya dan memohon supaya
Sang Rsi mengampuni Shakuntala. Kali ini Durwasa bersikap agak
lunak. Ia mengubah kutukannya dan memastikan bahwa Dhusyanta kelak akan kembali kepada
Shakuntala ketika sang raja melihat benda pemberian yang ia berikan pada Shakuntala. Shakuntala sendiri kelak akan menjadi ibu dari #Bharata
(moyang #Bisma dan raja-raja Hastina lainnya).
Pasca menjadi Raja #Ayodhya, seorang rsi yang sebenarnya adalah #Yama (Dewa kematian) mendatangi
Rama dan hendak berbincang empat mata secara pribadi. Yama mengingatkan Rama bahwa
perbincangan mereka tidak boleh
didengar orang lain ataupun diinterupsi dan orang lain yang
mendengar perbincangan mereka
harus dibunuh. Rama setuju dan menyuruh saudaranya, Laksmana,
untuk menjaga di depan. Lalu datanglah Durwasa dan ia
memaksa Laksmana untuk memberitahukan kedatangannya
pada Rama. Laksmana membujuk sang rsi untuk menunggu sampai
pembicaraan Rama dengan Yama selesai, tapi Durwasa sekali lagi
bersikap rewel dan mengancam akan mengutuki seluruh #Ayodhya
jika Laksmana tidak memberitahu
Rama soal kedatangannya.
Laksmana pun akhirnya terpaksa
masuk dan melihat hal ini Rama menjadi bimbang. Sebab ia tidak tega membunuh saudaranya sendiri. Pada akhirnya, Rama
meminta Laksmana pergi dari Ayodhya demi kebaikan dirinya dan Rama. Laksmana pun akhirnya menjadi pertapa di Sungai#Sarayu
(#Serayu) dan sampai akhir hidupnya, Laksmana tidak pernah menemui Rama lagi.
#MAHABARATHA
Meski punya reputasi ‘tidak baik’ selama ini, ada masanya di mana
Durwasa bisa jadi pribadi yang
‘menyenangkan’. Hal ini dialami oleh #Kunti, yang kelak akan menjadi istri #Pandu, dan ibu bagi para
Pandawa. Di masa mudanya, ayah
Kunti kedatangan tamu rsi menyebalkan yang satu ini dan sang
raja meminta tolong pada Kunti untuk melayani rsi ini sebaik-
baiknya.
Kunti melayani sang rsi dengan sabar tak peduli betapa seringnya rsi itu mengomel, dan selalu
menyediakan permintaan sang rsi
meski permintaannya kadang aneh dan agak tidak masuk akal (seperti minta makan di tengah malam di
saat semua dayang dan juru masak
sudah tidur). Ketika Kunti sanggup memenuhi itu semua, Durwasa
sangat senang dan mengajarkan
pada Kunti sebuah mantra dari
#Atharwaweda yang memungkinkan
Kunti memanggil Dewa manapun yang ia inginkan dan mendapatkan
anak dari Dewa-Dewa itu.
Kunti pernah ceroboh memakai mantra ini untuk ‘main-main’
sehingga ia tak sengaja memanggil #Surya (Dewa Matahari) dan
melahirkan Karna. Saat menikah dengan #Pandu dan Pandu tiba-tiba saja tidak bisa memberikan anak
padanya, Kunti memanggil tiga
dewa untuk memberinya anak
yakni: #Yama (ayah dari #Yudhistira),
#Bayu (ayah dari #Bima), Indra (ayah
dari Arjuna). Ia juga mengajarkan mantra ini pada istri kedua Pandu yakni #Madri dan Madri pun
mendapatkan si kembar Nakula dan
Sadewa dari Aswin (Dewa
Pengobatan).
Saat Pandawa dibuang ke dalam hutan, Durwasa mengunjungi
#Duryodhana dan pasca menjamu sang rsi, Duryodhana meminta Durwasa mengunjungi para Pandawa pula supaya para Pandawa
mendapatkan sedikit
‘penghiburan’ (Alasan sebenarnya:
supaya #Pandawa kena kutuk Durwasa karena mustahil
memuaskan permintaan Durwasa
dengan kondisi yang serba minim).
Durwasa pun mendatangi Pandawa
dan Pandawa (terutama Bima)
langsung kelimpungan mencari makanan di hutan. Drupadi yang
menjaga rumah langsung ketakutan
setengah mati karena ada rsi satu ini mampir ke rumah mereka. Tapi
kemudian datanglah #Krishna dan Krishna minta tolong pada #Drupadi untuk memberinya makan
(seadanya). Drupadi menyodorkan mangkok kosong yang isinya hanya sebiji beras dan sekerat sayur dan
menyatakan bahwa ia puas dengan makanan’ yang disajikan Drupadi.
Karena tahu bahwa Krishna adalah
#Wisnu itu sendiri dan Wisnu sudah menyatakan dirinya puas atas makanan yang dihidangkan
Drupadi, Durwasa pun menjadi malu dan secara diam-diam pergi
dari rumah para Pandawa dan tidak
pernah lagi mampir ke sana. Para Pandawa yang kembali dari
perburuan mencari makanan akhirnya batal menjamu Durwasa namun mereka mendapat stok
bahan makanan tambahan.
Seperti kebanyakan awatara Siwa lainnya, Durwasa hanyalah
perwujudan dari sebagian kekuatan
Siwa. Siwa tidak seperti Wisnu, jarang menjelma sepenuhnya
menjadi awatara yang turun ke dunia.
Pasca Bharatayudha berakhir, Durwasa tidak pernah disebutkan lagi dari kisah manapun. Mungkin ia sudah moksa atau masih hidup sama seperti #Parasurama.
Ayah Durwasa, #Atri, adalah Sapta
Rsi, namun Durwasa sendiri tidak termasuk golongan #Sapta_Rsi.
Jumlah murid Durwasa adalah10.000, dan 10.000 muridnya ini
konon selalu mendampinginya
dalam pengembaraannya dari satu kerajaan ke kerajaan lainnya.





Selasa, 09 Januari 2018

Sagaramantana


Kisah ini berawal dari upaya para dewa dan asura untuk memperoleh air suci amerta yang dapat memberikan keabadian bagi siapa saja yang meminumnya. Wishnu membujuk para dewa dan asura, bahwa daripada mereka bertempur sebaiknya mereka bekerjasama untuk mendapatkan #amerta. Maka Wishnu memimpin baik kaum dewa dan asura untuk melilitkan naga raksasa Wasuki pada Gunung Meru. Lalu gunung Meru dipindahkan ke samudra, akan tetapi gunung Meru tenggelam, untuk menyelamatkannya Wishnu berubah wujud menjadi #Kurma awatara yaitu kura-kura raksasa, dan menopang Gunung Meru. Wishnu membujuk para asura untuk memegang ujung tubuh yang terdapat kepala Wasuki, sementara para dewa memegang ekor ular naga Wasuki. Maka akibatnya para asura terkena racun bisa yang keluar dari mulut Wasuki. Meskipun demikian baik para dewa maupun para asura tetap bekerjasama menarik tubuh Wasuki dengan gerakan seperti menarik tambang untuk memutar gunung Meru, sehingga samudra susu teraduk.
Dari dalam adukan ini muncullah racun berbahaya yang disebut #Halahala. Racun ini demikian berbahaya sehingga dapat memusnahkan alam semesta. Wisnu membujuk Siwa untuk membantu, maka Siwa menelan racun ini dan menyelamatkan jagat raya. Pasangan Siwa, Parwati membantu menekan leher Siwa agar racun tidak lolos keluar. Karena hal ini leher Siwa berubah menjadi biru, sehingga muncul julukan Siwa sebagai #Nilakanta (sansekerta: nila= biru, kantha= leher).