Rabu, 23 November 2016

Nadi Sodhana



Dagang Banten Bali








KELENJAR PINEAL
Selama seribu tahun, kelenjar pineal dikenal sebagai penghubung tubuh manusia dengan alam pikiran yang lebih dalam atau sebuah jendela untuk memasuki dimensi lain. Namun konsep seperti ini telah memudar seiring dengan berjalannya waktu. Ilmu pengetahuan mulai menaruh perhatian padanya dalam upaya untuk memahami fungsi terpendam dari “mata yang tersembunyi”.

Sebutan istilah “kelenjar pineal” menciptakan aura yang gaib. Ahli filsafat, fisiologi, fisika, ilmu pengetahuan alam dan matematika Perancis yang terkenal, Rene Descartes (1596 – 1650) menyebutnya “pusat dari jiwa.” Yang lain mempercayai inilah Pusat yang membawa “kode kehidupan” dan menyampaikan berbagai pesan ke tubuh. Penelitian akademik baru baru ini telah menemukan bahwa kelenjar pineal berisi sel-sel peka cahaya yang berfungsi seperti sel-sel retina mata, yang membuktikan kebenaran bahwa kelenjar pineal dapat “melihat.” Kemudian, dikenal juga sebagai “mata ketiga.”



- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Selasa, 22 November 2016

Kanuragan Bali


 
  Kanuragan Bali Secara filosofi sembahyang menghadap keutara dan menghadap ketimur memiliki pengaruh yang berbeda dan punya tujuan yang berbeda pula.
Menurut sastra Dasa Aksara pengider buana, ada 2 hulu yaitu Utara dan timur, pertemuan antara Utara dan timur disebut huluning hulu,
Hulu Utara dewanya Wisnu warna hitam atau gelap atau bhuta maka sembahyang menghadap keutara erat kaitannya dengan pemujaan pada kekuatan kegelapan misalnya pemuja durga, mahluk2 gaib bagi yang ngiring, pemujaan kepada Sanghyang Panca Maha butha, pemujaan untuk urusan ekonomi krn Utara adalah Wisnu sakti nya adalah Sri dewi Dewa kemakmuran, pemujaan untuk keselamatan jasmani krn jasmani manusia terbentuk dari panca maha butha, pemujaan untuk caru, caru apapun bentuk nya, ini memaknakam konsep butha ya
Selanjutnya sembahyang menghadap ke timur, bermakna suci krn Timur Dewa iswara dan pramakawi atau kawitan, putih identik bening atau hening atau terang atau sinar atau div lalu menjadi dewa, maka pemujaan ini bertujuan untuk mencapai keheningan dan kesucian para dewa atau konsep Dewa ya
Ini terdiri dari pemujaan terhadap Sanghyang Dasa dewata yaitu pacaran sinar suci tuhan yang datang dari segala arah yg bisa menerangi jiwa raga membuat diri cerdas pintar logis dan rasional
Karena itu lah dimerajan ditata menjadi 3 posisi, yg menghadap ke barat untuk memuja para dewa yang bertugas untuk keselamatan yg berpusat pada kemulan, dan kawitan sebagai asal usul ing dumdi,
Lalu menghadap keselatan yang berfungsi untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, atau rahajeng,
Lalu Padma sana yang menyatu kan ke dua unsur Utara dan timur menciptakan jagatditha,

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

grosir Kamen plisket



Dagang Banten Bali


53.000 minimal beli 2 pcs 
ini harga grosir 












- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Rabu, 16 November 2016

Ngaben ala Jawa

Dagang Banten Bali


entas-entas


http://baliberkarya.com/index.php/read/2016/08/05/201608050005/Ngaben-ala-Jawa-Pertama-Kali-Digelar-di-Banyuwangi-Ini-Bedanya.html


Baliberkarya.com-Banyuwangi - Ratusan umat Hindu di Kecamatan Muncar Banyuwangi menggelar ngaben massal ala Jawa. Upacara yang disebut entas-entas yang digelar pertama kali ini, digelar di Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Kamis (4/8/2016).


Total sebanyak 130 sawa (jenazah leluhur) dari 35 KK yang diberikan dalam upacara ini. Prosesi entas-entas dilakukan secara sederhana. Beda ngaben ala Bali. Bebantenan atau sesaji yang digunakan juga sederhana, seluruhnya menggunakan budaya Jawa. 


Prosesi diawali dengan upacara penyucian sesaji. Nasi tumpeng buceng, tumpeng golong, tumpeng pengentas, tumpeng brok, polo pendem (ketela dan sejenisnya), polo gemantung (buah-buahan), dan sesaji pisang serta kelapa digelar. Masing-masing memiliki makna tersendiri. Salah satunya buah kelapa yang disimbolkan sebagai kehidupan.

Prosesi dilanjutkan dengan ritual entas-entas. Alunan mantra berbahasa Jawa dan gending Jawa mengiringi prosesi ini. Puncaknya, seluruh sawa yang disimbolkan dengan kendil berisi bunga dibungkus kain putih. Lalu, setiap ahli waris membawa kendil masing-masing. Upacara diakhiri dengan persembahyangan bersama. Kemudian, seluruh sawa diarak menuju Candi Moksa Jati di Desa Kumendung. 


Ritual ini dipimpin oleh tiga pandita Hindu Jawa. Masing-masing, Romo Ageng Wijoyo Buntoro (Sidoarjo), Romo Rsi Hasto Dharmo (Sidoarjo) dan Romo Rsi Rahmadi Dharma Catur Telaba (Batu-Malang).


"Ini sebagai simbol leluhur kita sudah menjalani upacara entas-entas. Ini merupakan penghormatan dan pengangkatan roh leluhur ke planet yang lebih tinggi, bahkan moksa," kata Oentoeng Margiyanto, sesepuh umat Hindu Muncar usai upacara kepada wartawan.


Menurutnya, meski pertama kali digelar, upacara ini banyak diikuti umat Hindu. Namun, karena keterbatasan tenaga, hanya 35 KK yang bisa ikut. Sementara, masing-masing KK hanya dibebankan iuran Rp 300 ribu. Meski, satu KK memiliki lebih dari satu sawa, biaya tetap sama.


"Jadi, ini gotong-royong. Biayanya sangat murah. Lantaran bebantenan yang kita gunakan sangat sederhana. Ini tidak mengurangi makna upacara pitra yadnya atau penghormatan ke keluhur. Kita akan digelar rutin setiap tahun," jelasnya.

Sementara Ketua PHDI Banyuwangi, Suminto mengatakan upacara entas-entas sebagai bagian penyempurnaan ajaran agama Hindu di Jawa. Pihaknya berharap, kegiatan ini akan jadi inspirasi umat Hindu Jawa lain untuk menggelar upacara serupa. Sebab, biayanya sangat terjangkau dan prosesnya sederhana.


"Kita mendorong umat Hindu unutk menghormati leluhur di upacara Entas-entas ini. Dan semoga arwah sesepuh diterima di sisi-Nya," pungkasnya. (BB)

Selasa, 15 November 2016

Pura Besakih




Dagang Banten Bali


Pura Besakih ATAU Istilah bahasa Inggrisnya Adalah Mother Temple Yang berlokasi di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia Penyanyi memiliki Satu pura Yang Bernama pura Gelap. Pura Gelap merupakan shalat Satu Pura Catur Lawa Yang merupakan Pura Pemujaan Tuhan hearts manifestasinya sebagai Bhatara Iswara Pelindung Arakh timur alam semesta ATAU Bhuwana Agung. Istilah "Gelap" hearts nama di Pura Gelap Penyanyi Bukan berasal Dari bahasa Indonesia Seperti Yang mungkin Banyak orangutan pikirkan selama Penyanyi. Kata "Gelap" hearts nama di Pura Gelap Penyanyi berasal Dari bahasa Kawi Yang artinya petir ATAU kilat DENGAN sinarnya Yang putih menyilaukan.
Pura Penyanyi also dinyatakan sebagai Penegak Dan pemelihara Kesucian "Kepanditaan". Pura Gelap lambang Dari Pusat sinar Bhuwana Agung. Mencari Google Artikel sinar alam semesta Ciptaan Tuhan Penyanyi SEMUA kekuatan Unsur alam Penyanyi Menjadi berfungsi sebagai Sumber Kehidupan SEMUA Makhluk Hidup Penghuni alam Penyanyi. KARENA ITU Pura Gelap Penyanyi Menjadi Pusat Meditasi Umat Manusia Yang berkehendak membangkitkan sinar suci Yang bersemayam hearts Dirinya ATAU di Bhuwana Alit.
Kalau sinar Bhuwana Agung can be terpadu DENGAN sinar di Bhuwana Alit differences usaha Umat Manusia Maka keharmonisan Hubungan Bhuwana Agung Dan Bhuwana Alit pun Terjadi. Hal Penyanyi sebagai shalat Satu penyebab terwujudnya Kehidupan Yang bahagia ATAU hita karana. Pura Gelap TIDAK Semata-mata sebagai Tempat meditasinya para pandita, tetapi also sebagai Tempat Meditasi SEMUA Umat terutama mereka Yang Ingin mengembangkan kepemimpinannya Beroperasi Baik Dan Benar.
Sekarang Sudah Jelas Bukan kalau pengertian Gelap ITU BERBEDA JIKA Dilihat Dari Jelasnya Bahasa Indonesia Dan Bahasa Kawi. Artinya Sungguh berbanding Terbalik, JIKA Gelap dalam Bahasa Indonesia artinya Tanpa cahaya sedangkan * Menurut bahasa Kawi Gelap ITU artinya Terang


Senin, 14 November 2016

NEGTEGAN KARYA


NEGTEGAN KARYA



UPACARA :        NEGTEGAN KARYA
                 : MAPANGALANG
                 : MAGURU DADI
                 : MAPASANG SUNARI
                 : NGADEGANG BHATARI TAPINI
                 : NGADEGANG BHATARA RARE ANGON
Rahina   :
Tanggal :
Galah     :
Genah    :
UPAKARA SANE KABUATANG
1.  a.     Upakara ring Sanggar Surya

  •   Daksina gede 1
  •   Santun alit 2, suci 2 soroh
  •   Banten peras, pengambian, ketipat kelanan, santunan alit
  •   Rayunan putih kuning, sesayut ardanareswari
  •   Pasucian, rantasan putih kuning
  •   Kalungah nyuh gading kinasturi 1
  •   Genep salan-laning upakara ring sanggar surya

     b. Upakara sor sanggar surya

  •   Banten pejati asoroh
  •   Banten glar sangha soroh
  •   Segehan cacahan

2.  Upakara ring sowang-sowang pelinggih

  • Banten pejati saha suci pada asoroh

3.  Upakara ring genah negtegan

  • Banten ayaban (pemereman) maulu pregem-bal, sekar taman, suci
  • Daksina gede 1
  • Cawu dandan, cawu petik, cawu bulan, cawu anut pañca warna dadi atanding
  • Tatebasan bagia setata sari, sesayut saru uttama, sesayut siddha malungguh, sesayut giri kusuma, tatebasan laba teka sahi, sesayut langgeng amukti sakti.
  • Panging/carang dapdap mecanggah 3, maji-nah 225 keteng medaging masapsap lan kawangen, lawe tri datu.

4.  Upakara pamitegep ring penetegan

  • Daksina mahyas/tapakan 2
  • Daksina mahyas/tapakan rare angon 1
  • Daksina mahyas/tapakan Bhatari Tapini 1
  • Beras, injin, ketan, beras merah, kacang-kacangan, jinah bolong, tingkih, pangi, taluh, kelapa, basa-basa jangkep, minyak kelapa, gula, pesel-peselan, bijaratus (gegantusan), busung, slepan, ron, semat, saang sami eteh-eteh punika padha mawadah sok alit.

5.  Upakara pangalang sasih
     (Magenah ring samping pemedal ring jaba tengah)
     a. Munggah banten sarwa mentah :
Beras, injin, ketan, beras merah, tingkih, pangi, pisang, taluh, kelapa (akeh nyane manut uriping saptawara), minyak basa-basa akaputan, slepan, busung, ron, semat, saang.
     b. Banten rateng :
Banten pejati saha suci, sukla pawitra, tadah pawitra, pasucian, rantasan, sesayut bang mawa-dah sesenden anyar merajah Brahma Agini, sega pangkonan, ulam kawisan, lenga wangi, burat wangi, toya empul mawadah payuk/pange-dengan, sewer cemeng.
6.  Upakara laban Åûì Gana (pangemit karya)
     (Magenah ring arepan linggih susunan)

  • Tumpeng agung 1, metatakan uteran marajah naga, raka-raka sarwa galahan, sedah ambungan, buah bancangan, bantal, tebu, pisang, woh-wohan, genep sarwa galahan, sedah putih ijo, iwak guling itik mabetutu mawadah dulang anyar marajah candra, maduluran suci asoroh, peras ajuman, sorohan, lis, tepung tawar, tatebusan.
  • Ring sor segehan cacahan

7.  Upakara ring sanggar Guru Dadi

  • Sesantun Gede, sarwa 4 asoroh
  • Peras pejati, sici, rayunan putih kuning
  • Tigasan putih kuning, ajengan kepelan, ulam taluh, metatakan daun pisang
  • Banten sorohan, sedah woh, sukla pawitra

     Upakara sor Sanggar Guru Dadi

  • Nasi kepelan mawadah kawubulu, ulam getih matah, balung 3 tunggel.

8.  Upakara Wong Samar

  • Santun, peras ajengan, nasi pangkonan 3, ulam kawisan, bebakaran, bol celeng, nasi takilan 33, basa-basa genep.

9.  Laban Asu

  • Sega/nasi mawadah tengkulak anyar, sane kari klapa/isinnyane, iwak jejatah, susunin canang uras atanding.

10.   Laban Gagak (Magenah duwur raab wewangunan)

  • Nasi apunjung maulam taluh 1, Nasi sasahan maulam be celeng matah, saha getih atakir.

11.   Upakara ring Pañca Åûì (Nanceb sanggar agung)
     (Pinaka pangemit karya, saha penjor nyatur desa, makober manut paideran)

  1. Upakara ring purwa (timur) : Banten pejatian asoroh, suci asoroh, tumpeng putih 1, maulam ayam putih mapanggang, tadah sukla, canang sagenepa.
  2. Upakara ring Daksina (Selatan) : Banten pejati asoroh, suci asoroh, tumpeng barak 1, maulam ayam biying pinanggang, tadah sukla, canang sagenepa.
  3. Upakara Ring Pascima (Barat) : Banten pejati asoroh, suci asoroh, tumpeng kuning 1, maulam ayam putih siungan pinang-gang, tadah sukla, canang sagenepe.
  4. Upakara ring Uttara : Banten pejati asoroh, suci asoroh, tumpeng brumbun 1, ulam ayam brum-bun pinanggang.

Upakara pangemit bilang bucu penyengker pura  (nanceb sanggar cucuk ukuran 40 x 40 cm ).

  • Bucu kaja kangin  :  Banten pejati asoroh, tipat gong, taluh bekasem

  1.     Ring sor          : Segehan selem putih (biru) atanding
  2.     Sambat             : Sang Hyang Sri Raksa

                                    Sang Bhùta Ulu Kumba

  • Kelod Kangin : Banten pejati asoroh, tipat lepet, ulam balung-balung
  • Segehan           : putih barak (dadu) atanding
  • Sambat            : Sang Hyang Guru Raksa

                                    Sang Bhùta Ulu Singa

  • Kelod Kauh     : Banten pejati asoroh, tipat gangsa, ulam sarwa dwi-dwian
  • Segehan           :  Barak kuning (jingga) atanding
  • Sambat            : Sang Hyang Rudra Raksa
Sang Bhùta Ulu Gajah
  • Kaja Kauh       : Banten pejati asoroh, tipat kukur/kedis, taluh matah
  • Segehan           : Kuning selem (gadang) atanding
  • Sambat            : Sang Hyang Kala Raksa

                                    Sang Bhùta Ulu Wek
12.    Laban Semut/Sepuh/Tetani lan salwiring Krimi

  • Nasi mewadah tengkulak, maulam urab barak urab putih, kelapa sasigar, canang atanding.

13.    Upakara Ring Linggih Bhatari Tapini
     (Ngadegan sanggar agung ukuran 60 x 60 cm)

  • Daksina gede 1
  • Banten pejati asoroh, suci asoroh
  • Rayunan, pasucian, rantasan saperadeg
  • Ketipat kelanan, katipat dampulan, base lekesan
  • Sesanganan mentah putih kuning
  • Ring sor : segehan cacahan

14.    Upakara ring Linggih Bhatara Rare Angon
     (Ngadegan Sanggar agung ukuran 60 x 60 cm)

  • Daksina gede 1
  • Banten pejati asoroh, suci asoroh
  • Rayunan putih kuning, nasi takilan 33
  • Pesucian, tantasan saparadeg, lengawangi, burat wangi
  • Genep salan-laning upakara munggah ring sanggar Rareangon
  • Ring sor : segehan cacahan

15.    Upakara Ngunggahang Sunari

  • Banten pejati asoroh, suci asoroh, rayunan putih kuning
  • Ring sor   :   segehan cacahan

     Genah sunari  : Ring linggih Rare angon 1
                         Ring bucu-bucu mwah ring tengah 5
                         Ring genah tawur 1
16.    Upakara ring Bale Pawedan

  • Banten pangresikan : Banten Bayakaon

                                    : Tatebasan Durmanggala
                                    : Tatebasan Prayascita
                                    : Banten pangulapan
                                    :  Lis Bale Gading, kukusan, sibuh pepek

  • Banten arepan sang muput, sejangkep nyane

17.    Upakara Ring Natar Pura

  • Banten caru ayam brumbun asoroh
  • Glar sangha asoroh
  • Segehan warna lima asoroh

18.    Upakara Pakideh Pangemit Karya
     (Nanceb Sanggah Cucuk)
Ring genah sumur, ring pawon/pawaregan suci, ring genah mebat/maolahan, ring genah netegan, saha ring pananggun desa (manut desa mawacara).

  • Upakara sane munggah : banten pejati asoroh
  • Ring sor nyane : segehan manut genah pada atanding

     Pakeling :
Banten pangemit karya lan banten ne sami, mang-dane kemargiang sarahina-rahina ngawit saking karya netegan jantos karya panyineban, upakara nyane mangda kemargiang sadurung karya sane siyosan kemargiang/galah semeng nyane.
19.    Piranti Pamitegep :

  • Sanggar agung ukuran 60 x 60 cm = 2
  • Sanggar agung ukuran 75 x 75 cm = 3
  • Sanggar agung ukuran 50 x 60 cm = 12
  • Sanggar cucuk 15
  • Bale genah netegan ukuran 2 x 4 meter
  • Banten gambelan, banten santhi
  • Upakara sane siyosan manut saka buatan

Ida Panditha Mpu Jaya Wijayanandha
Griya Kutuh
Jln. Ciung Wanara No. 8 Kuta







wong-wongan bilang bucu           
banten bilang bucu 

sodan + peras tulung, 2 segehan gadang n telor ayam mentah barat laut 
sodan + peras tulung, 2 segehan oranya n takir misi balung  barat daya  
sodan + peras tulung, 2 segehan merah muda n pandan medui/dui  ..... tenggara 
sodan + peras tulung, 2 segehan klau telor bebek mentah timur laut 
sodan + peras tulung, 2 segehan brumbun n telor bebek mentak n telor ayam lebeng di tenga

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

 labaan semut : tamas, celebungkah ......., takir misi lawar, takir misi gula 
labaan goak : peras tulung, ceper misi nasi, ceper misi nasi jauman, ....... 
labaan asu : tamas, celebongkah, ......  takir misi sate 1, takir misi balung 

pejati wong samar 
pejati misi nasi rong/sate karangan 


Minggu, 13 November 2016

Hari Kasih Sayang menurut versi Hindu




Dagang Banten Bali




Kerinduan Dewa Ciwa akan Dewi Uma, yang sudah lama dilupakannya.
Pada suatu ketika Dewa Smara atau sering disebut dengan Dewa Kama yang memengaruhi rasa cinta pada lelaku, sangat rindu kepada kekasihnya Dewi Ratih. Ketika itu ia sedang berburu di lereng sebuah gunung. Maka melepas rasa rindunya ia melepaskan anak panahnya ke udara. Anak panah ini ternyata nyasar mengenai Dewa Ciwa yangs edang bertapa. Singkat cerita Dewa Ciwa marah bukan kepalang karena ada yang menganggu pertapaannya, sehingga dalam kemarahannya mengeluarkan kemampuannya mengeluarkan api sehingga Dewa Smara hangus karena api semburan Dewa Ciwa itu.
Mengetahui hal itu Dewi Ratih memohon kepada Dewa Ciwa agar dibunuh dengan api yang sama, sebagai kesetiannya kepada Dewa Smara. Karena permohonan yang memelas maka Dewa Ciwa mengabulkannya dan membakar dengan api yang sama untuk Dewi Ratih sehingga dia menjadi abu, tepatnya seonggok abu yang berkumpul dengan abu jenasah Dewa Smara. Setelah kejadian itu Dewa Ciwa sadar akan kekasih yang telah lama ditinggal sehingga kerinduannya memuncak untuk menjumpai Dewi Uma.
Dewi Uma dan Dewa Ciwa pun bercengkerema, dalam perjalanan cengkeremaan ini mereka bertemu dengan onggokan abu. Dewi Uma menanyakan ke Dewa Ciwa tentang abu apa itu?. Dewa Ciwa pun menjelaskan bahwa itu dua kekasih yang sangat satia, yaitu Dewa Smara dan Dewi Ratih yang telah ia bunuh karena kelalaiannya, dan permintaan karena setianya.
Sewi Uma timbul rasa kasihannya, padahal sebenarnya beliau ikut berperan disana agar Dewa Ciwa mengingatnya. Untuk itu Dewi Ratih memohon kepada Dewa Ciwa untuk menghidupkan kedua kekasih itu kembali. Permintaan Dewi Uma yang Ciwa sangat cintai tak dapat ditolaknya, sehingga abu tersebut di hidupkan kembai dan Dewa Smara dan Dewi Ratih pun tetap bertugas memupuk dan menciptakan rasa cinta dua pasang insan yang berlainan jenis.
Nah sebagai perayaan kembalinya Dewa Dewi Smara Ratih ini kemudian dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang dalam Hindu, dan diperingati pada saat Tumpek Klurut.