Kamis, 13 Oktober 2016

Nava Vida Bhakti

Dagang Banten Bali


Sembilan cara ber-bhakti (hormat, sujud, pengabdian, cinta kasih sayang, pelayanan, dan spiritual) yang disebut Nawa Wida Bhakti yaitu rasa bhakti manusia terhadap Tuhan-nya. Konsep Nava Vida Bhakti ini dapat dimaknai dalam kontek kehidupan sosial atau arah gerak putarannya secara horizontal yaitu rasa sujud, hormat-menghormati, pengabdian, cinta kasih sayang, spiritual, dan memberikan pelayanan antara manusia dengan sesamanya dan lingkungannya. Sehingga harapannya dengan nilai-nilai dari ajaran Nawa Wida Bhakti (hormat, sujud, pengabdian, cinta kasih sayang, pelayanan, dan spiritual) tercipta karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sehingga pada saatnya nanti dapat dijadikan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial karena di lingkungan masyarakat umum atau lingkungan masyarakat yang lebih luas telah hidup atau dihuni oleh individu-individu manusia yang telah ditanamkan nilai-nilai ajaran Nawa Wida Bhakti, individu yang bermoralitas, serta memiliki budi pekerti yang luhur melalui proses pembinaan, pendidikan dan pendalaman atau penghayatan sejak awal di lingkungan keluarga. Seperti uraian berikut ini;
1. Sravanam, adalah bhakti dengan jalan mendengar. Arah gerak vertikal dari bhakti mendengar ini adalah dalam hal ini masyarakat manusia hendaknya meyakini dan mendengarkan sabda-sabda suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun tersirat dalam kitab suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara. Tetapi penomena arah gerak vertikal dari bhkati mendengar yang kita jumpai di tengah-tengah kehidupan kita, termasuk di lingkungan keluarga dan masyarakat tidak sedikit individu manusia yang tidak mau mendengarkan sabda-sabda suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara keberagamaan. Kenyataan ini diperkuat apabila ada orang yang mewartakan ajaran tentang kebajikan, kebenaran, kesucian, dll tentang sabda suci Tuhan justru yang terjadi malah ketidak pedulian, pelecehan, atau dengan kata lain respon yang muncul menunjukan kekurang tertarikan akan pewartaan itu. Contoh kecil saja di sebagian banyak orang tidak mau mendengar atau bahkan mengantuk apabila ada ceramah-ceramah agama baik itu di tempat-tempat suci atau pewartaan melalui media cetak dan eletronik yang lain. Tetapi kalau ada pewartaan/tayangan sinetron tentang gosip, fitnah, kekerasan, diskriminasi, dll justru menjadi sebuah konsumsi bagaikan seorang pecandu. Selanjutnya arah gerak horizontal, bhakti mendengar ini hendaknya masyarakat manusia dalam hidup dan kehidupannya menanamkan rasa bhakti untuk selalu belajar mendengarkan nasehat dan menghormati pendapat orang lain serta selalu belajar untuk menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya dan lingkungannya. Tetapi penomena yang sering terjadi tidak sedikit juga masyarakat manusia yang tidak peduli dan tidak belajar serta menghormati nasehat dan pendapat orang lain, serta tidak peduli dan tidak belajar untuk menyimak berita-berita tentang teragedi kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Padahal dalam hidup ini untuk mewujudkan cita-cita atau visi-misi hidup hendaknya dimulai dengan adanya kemauan dan kesadaran untuk mendengar. Pengetahuan, pemahaman dan pendalaman tetang berbagai hal hasil dari mendengar dapat dijadikan konsep dasar untuk menantat hidup dan kehidupan di dunia ini yang kemudian ditindaklanjuti dengan berupaya untuk berbuat atau mencari solusi yang terbaik dalam mengambil sebuah tindakan akan kemanusiaan/sesama dan lingkungan. Contoh; di lingkungan keluarga antara anggota keluarga semestinya selalu menanamkan sifat dan rasa bhakti untuk selalu mendengar baik antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, untuk selalu membangun komunikasi aktif sehingga dapat mengurangi terjadinya miskumunikasi diantara anggota keluarga. Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter hormat-menghormati, sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik dan suci, berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam melaksanakan disiplin spiritual. Sifat dan sikap individu seperti itu akan dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan sosial antara keluarga, antar sesama anggota masyarakat. Sifat, sikap dan karakter individu yang selalu belajar untuk membuka diri mendengar nasehat, pendapat orang lain atau apa yang diwacanakan orang lain adalah sebuah sifat, sikap dan karakter insklusif yaitu sebuah sifat, sikap dan karakter membuka diri secara tulus ikhlas untuk mau mendengarkan kebenaran dari orang lain, karena dalam diri ada kebenaran tetapi diluar diri juga masih banyak kebenaran yang belum diketahui. Untuk itu pesan yang ingin disampaikan melalui bhakti dengan jalan mendengar ini adalah dalam hidup ini masyarakat manusia untuk selalu berupaya membudayakan untuk mendengar, baik mendengar secara vertical antara manusia dengan Tuhan-nya melalui sabda-sabda sucinya, maupun secara horizontal antar sesamanya dan lingkungannya. Karena baik mendengar ataupun memberi pendengaran/pewartaan apabila sama-sama dilandasi dengan rasa bhakti maka semua akan mendapat hasil (pahala) yang baik atau paling tidak dapat manfaat dari bhakti mendegar ini. Iklim saling bhakti mendengar ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang di awali di tananamkan di lingkungan keluarga selanjutnya ditumbuh kembangkan secara harmonis dan dinamis dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan masyarakat sosial yang lebih luas.



2. Kirtanam, adalah bhakti dengan jalan melantunkan Gita/zikir (nyayian atau kidung suci memuja dan memuji nama suci dan kebesaran Tuhan), bhakti ini juga di arahkan menjadi dua arah gerak vertical maupun arah gerak horizontal. Arah gerak vertical melakukan bhakti kirtanam untuk menumbuhkan dan membangkitkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam jiwa setiap individu manusia, dengan bangkitnya spiritual dalam setiap individu akan dapat meredam melakukan pengendalian diri dengan baik, jiwa lebih tenang, tentram dan tercerahi, sistuasi dan kondisi ini akan dapat membantu keluar dari kekusutan mental dan kegelapan jiwa. Sehingga dapat dijadikan modal dasar untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan individual yang damai dan bahagia. Arah gerak horizontal masyarakat manusia berusaha selalu untuk melantunkan bhakti kirtanam yang dapat menyejukan perasaan hati orang lain dan lingkungannya. Kepada sesama atau anggota masyarakat yang lainnya tidak hanya melantunkan atau melontarkan kritikan dan cemohan tetapi selalu belajar untuk melatih diri untuk memberikan saran, solusi yang terbaik bagi kepentingan bersama dalam keberagamaan, kehidupan sehari-hari tentang kemanusiaan, kebersamaan, persatuan dan perdamaian, serta memberikan pengakuan dan penghargaan atau pujian akan keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai terhadap sesama atau anggota masyarakat manusia yang lain. Iklim saling bhakti Kirthanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang penanaman nilai-nilai bhakti Kirthanam di awali dilingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
3. Smaranam, adalah bhakti dengan jalan mengingat. Arah gerak vertical dari bhakti ini adalah dalam menjalani dan menata kehidupan ini masyarakat manusia sepatutnya selalu melatih diri untuk mengingat, mengingat nama-nama suci Tuhan dengan segala Kemahakuasaaannya, dan selalu untuk melatih diri untuk mengingat tentang intruksi dan pesan atau amanat dari sabda suci Tuhan kepada umat manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup dalam hidup di dunia dan di alam sunya (akhirat) nanti. Arah gerak secara horizontal dari bhakti ini apabila dikaitkan dengan isu-isu pluralisme, kemanusiaan, perdamaian, demokrasi dan gender maka sepatutnya masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali tragedi dan penderitaan kemanusiaan, musibah dan bencana alam, dll, yang diakibatkan oleh konflik-konflik atau pertikaian, kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan yang lainnya antara individu yang satu dengan individu yang lain ataupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain yang tidak atau kurang memahami dan menghargai indahnya sebuah kebhinekaan dan pluralisme. Harapannya dengan mengingat tragedi, penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu masyarakat manusia selalu mewartakan dan mengingatnya sebagai bekal untuk mengevaluasi dan merepleksi diri akan indahnya kebhinekaan dan pluralisme apabila masyarakat manusia mampu mengkemasnya dalam satu bingkai yaitu bingkai kebersamaan, persatuan dan kedamaian. Iklim saling bhakti Smaranam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang ditanamkan di awali dilingkungan keluarga sehingga tumbuh karakter Ketuhanan dalam setiap anggota keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
4. Padasevanam, adalah bhakti dengan jalan menyembah, sujud, hormat di Kaki Padma. Arah gerak vertikal dalam bhakti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya sepatutnya selalu sujud dan hormat kepada Tuhan, hormat dan sujud terhadap intruksi dan pesan/amanat dari hukum Tuhan (rtam). Arah gerak horizontal masyarakat manusia untuk selalu belajar dan menumbuhkan kesadaran untuk menghormati para pahlawan dan pendahulunya, pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang telah dijadikan dan disepakati sebagai sumber hukum, para pemimpin, para orang tua dan yang tidak kalah penting juga hormat/sujud kepada ibu pertiwi. Karena dengan adanya kesadaran untuk saling menghormati inilah kita akan bisa hidup berdampingan dalam kebhinekaan dan pluralisme, sehingga terwujud kebersamaan, perastuan, kesalehan dan keharmonisan sosial. Iklim saling bhakti Padasevanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia sehingga sejak dini semestinya ditanamkan untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
5. Arcanam, adalah bhakti dengan jalan perhormatan terhadap simbol-simbol atau nyasa Tuhan seperti membuat Arca, Pratima, Pelinggih, dll, bhakti penguatan iman dan taqwa, menghaturkan dan pemberian persembahan terhadap Tuhan. Arah gerak vertikal masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya untuk selalu menghaturkan dan menunjukan rasa hormat, sujud, cintakasih sayang, pelayanan, pengabdian kepada Tuhan dengan iman dan taqwa kuat dan teguh dengan jalan menghaturkan sebuah persembahan sebagai bentuk ucapan terimakasih atas tuntunan, bimbingan, perlindungan, kekuatan, kesehatan dan setiap anugrah yang diberikan Tuhan kepada seluruh sekalian alam. Arah gerak horizontal masyarakat manusia terutama kepada sesama dan lingkungannya dalam kehidupannya untuk selalu belajar untuk memberikan pelayanan, pengabdian, cinta kasih sayang, penguatan dan pemberian penghargaan kepada orang lain. Contoh, Pemerintah, pemimpin dan atau anggota masyarakat hendaknya memberikan pengabdian, pelayanan, cinta kasih sayang dan penghargaan kepada pemerintah dan pemimpinnya demikian pula sebaliknya kepada dan oleh rakyatnya yang telah menunjukan dedikasinya tinggi terhadap segala aspek kehidupan demi kemajuan dan perbaikan situasi dan kondisi bersama dan sekalian alam tentang kemanusiaan, kelestarian lingkungan dan perdamaian. Karena pemimpin yang baik menghargai rakyatnya, demikian juga sebaliknya. Iklim saling bhakti Arcanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia di lingkungan keluarga dan dikehidupan masyarakat umum. Hal ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
6. Wandanam adalah bhakti dengan jalan membaca, menyimak dan mempelajari , mendalami serta menghayati dan memaknai ajaran yang bersumber dari aturan keimanan, aturan kebajikan, dan aturan yang lainnya yang bersumber dari sabda-sabda suci Tuhan dan susastra suci yang lainnya. Arah gerak vertikal masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya selalu meluangkan waktu untuk membaca, menyimak dan mempelajari, mendalami serta menghayati dan memaknai kitab suci dan susastra suci serta ilmu pengetahuan yang lainnya tentang Tuhan sebagai pedoman hidup, sehingga gagasan dan arah pilihan jalan hidup masyarakat manusia sesuai dengan sabda suci Tuhan yang tertuang dalam kitab suci atau sumber hukum agama yang diyakini dan dianut, tentunya dengan selalu tidak menutup diri atau mengabaikan hal-hal yang ada diluar dirinya. Arah gerak horizontal dari bhakti ini, masyarakat manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya untuk selalu membaca, menyimak dan mempelajari , mendalami serta menghayati dan memaknai situasi untuk menuju arah gerak yang lebih baik. Karena apabila salah dalam membaca, menyimak dan mempelajari , mendalami serta menghayati dan memaknai situasi maka salah juga dalam pengambilan keputusan. Iklim saling bhakti Wandanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan di lingkungan keluarga dan sosial kemasyarakatannya.
7. Dasyam, adalah bhakti dengan jalan mengabdi, pelayanan, dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas terhadap Tuhan. Arah gerak vertical dari bahkti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya, untuk selalu melatih diri dan secara tulus ikhlas untuk mengahturkan mengabdikan, pelayanan kepada Tuhan, karena hanya kepada Beliaulah umat manusia dan seluruh sekalian alam beserta isinya berpasrah diri memohon segalanya apa yang harapkan untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Arah gerak horizontal masyarakat manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya untuk selalu mengabdi, memberikan pelayanan dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas untuk kepentingan bersama tentang kemanusiaan, kelestarian lingkungan hidup dan kedamaian di tengah-tengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Iklim saling bhakti Dasyam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dilingkungan keluarga lebih-lebih dikehidupan sosial kemasyarakatannya.
8. Sakyam, adalah bhakti dengan jalan kasih persahabatan, mentaati hukum dan tidak merusak system hukum. Baik arah gerak vertical dan horizontal, baik dalam kehidupan matrial dan spiritual (jasmani dan rohani) masyarakat manusia agar selalu berusaha melatih diri untuk tidak merusak system hukum, dan selalu dijalan kasih persahabatan. Iklim saling bhakti Sakyam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
9. Atmanivedanam adalah bhakti dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan. Arah gerak vertikal dan horizontal dari bhakti ini masyarakat manusia selalu berpasrah diri dengan kesadaran dan keyakinan yang mantap untuk selalu berjalan di jalan Tuhan, berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan, sesama dan lingkungan hidupnya atau kepada ibu pertiwi, baik dalam kehidupan duniawi (nyata) maupun kehidupan sunya (niskala). Iklim saling bhakti Atmanivedanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dalam kehidupan sosial dan kehidupan spiritualnya.
*Note: Sy sedang belajar smoga bs praktek, kek3....
Penulis: I Nengah Sumendra

Senin, 10 Oktober 2016

TIRTHA DAN BIJA





Dagang Banten Bali


Tirtha dan Bija dalam kehidupan Hindu khususnya Hindu di Bali sudah tidak asing lagi, setiap sembahyang akan diakhiri dengan Tirtha dan Bija tersebut.
Dalam Lontar Aji Tatwa Kapandhitan dan juga dalam Lontar Magheswari Tatwa yang dirangkum dalam Lontar Tutur Rare Angon dijelaskan makna Tirtha dan Bija sebagai berikut:
“Indik matirtha, maketis ping telu maksud ipun ngaturang pamarisudha ring kawitan”.
Artinya:
“Tatakrama matirtha, memercikan tiga kali maksudnya menghaturkan pembersihan kehadapan Bhatara Kawitan”.
Selanjutnya disebutkan:
“Sane tigang pasal malih manginum ping tiga, maksud ipun pangleburan I Tri Mala”.
Artinya:
“Yang tiga tahap lagi selanjutnya meminum tiga kali, bermakna melebur yang namanya Tri Mala (tiga kekotoran)”.
Selanjutnya disebutkan:
“Malih meraup ping tiga, maksud ipun mersihin I Catur Lokapala ring sarira”.
Artinya:
“Selanjutnya meraup tiga kali, maknanya membersihkan Sang Catur Lokapala pada badan”.
Adapun filsafat Bija adalah sebagai berikut:
“Awanan amangan wija 7 siki, maksud ipun bibit saking Sapta Tirtha, tan wenang remekaken, amangan mwang aneled juga, mangdaning sidaning urip, nguripang I Sapta Pramana, madewek uriping sajagat”.
Artinya:
“Maksud dari menelan Bija sebanyak 7 butir adalah merupakan simbul bibit yang berasal dari Sapta Tirtha, tidak boleh diremukan, akan tetapi dimakan dan juga ditelan, agar keberhasilan kehidupan terwujud, yang menghidupkan Sang Sapta Premana (tujuh kekuatan) yang merupakan jiwa dari jagat raya”.

Senin, 03 Oktober 2016

Pengeruyagan























Temong mekamen prada putih kuning 
beras
benang tebus
pis bolong 5 
matah-matah
pis bolong satakan 
buah bila 
beras ketan n benang putih
beras merah n benang merah
beras putih n benang kuning 
beras hitam n benang hitam
bantal 2 diikat benang tridatu 
tebu 2 ----"----
tebu hitam 4 ----"----
buah saga-saga katanya ga pake ini 
daun intaran
daun semar menjangan 
daun delem/daun bingin 
buah paya
tanah 
jagung 32 biji 
kesuna 30 iris 
cekuh 2 iris 
jahe 2 iris 
jebug arum 1 biji 
buah manggis 1 biji 
tipat lepet 4 
peras tulung 
keben/pabuan isi base, pamor, mako, gambir 
base pedagingan 
tingkih 
peras sodan 1 tamas 
serodan 
suci
tipat kelanan 
pusuh biu diikat benang tridatu 
sami mewadah celemik
bunga tunjung 
piling2



Sabtu, 01 Oktober 2016

Tumpeng 5, pitu dan sanga solas


Tumpeng 5, 7, 9, 11, 15


tumpeng 5: ulu; pejati, pengambean (pejati saja jg bole)
awak; peras pengambean, tebasan sidapurna, tebasan mertha uttama, gebogan, 
ikut; suci (ga keliatan), soroan, daksina taluh siap

CARA MUDAH MENDAPATKAN PENGHASILAN ALTERNATIF KLIK DISINI

Tumpeng 5
-       Pejati
-       Peras
-       sayut
-       Tumpeng 2 (pengambean)
-       Tumpeng 1 (dapetan)
-       Tumpeng 1 (Gebogan)
-       Tebasan sidapurna
-       Tebasan merta utama
-       Suci soroan daksina


 pejati daksinanya taluh bebek matah


pejati 


Gebogan
Peras pengambean

tebasan siddhapurna

tebasan mertha uttamatebasan baas kuning



Tumpeng solas, pitu n sanga



Tumpeng 7
-        Pejati, suci, daksina (untuk jerimpen) rantasan putih kuning
-        Peras pengambean
-        Tumpeng 2 (pengapit) sampyan nagasari, jit goak
-        Tumpeng 3 penyeneng sampyan penyeneng
-        Dapetan pengiring 2 tanding sampyan jit goak
-        Tebasan sidapurna sampyan nagasari n penyeneng
-        Tebasan merta utama sampyan nagasari n penyeneng
-        Gebogan alit sampyan sodan
Ikut: peras sodan, suci, soroan, daksina


Tumpeng 9
-        Pejati, serodan, suci, rantasan putih kuning, nasi jauman sampyan sodan
-        Peras pengambean
-        Tumpeng 2 (pengapit) 2 soroh sampyan nagasari n jit goak
-        Tumpeng 3 penyeneng sampyan penyeneng
-        Dapetan pengiring 2 tanding sampyan jit goak
-        Tumpeng guru sampyan nagasari
-        Tebasan sidapurna sampyan nagasari n penyeneng
-        Tebasan merta utama sampyan nagasari n penyeneng
-        Gebogan  sampyan sodan
-        Tebasan mertadewa sampyan nagasari penyeneng
-       Ikut: peras sodan, suci, soroan, daksina
-        Daksina 2 untuk jerimpen (tanpa telur)


Tumpeng 11
-        Pejati suci 1
-        Srodan
-        Rantasan putih kuning
-        Nasi jauman
-        Peras pengambean
-        Gebogan sampiannya sampyan sodan
-         Pengideng-ideng 1 (penyolasan) + aled  + sodan
tumpengnya
-         Tumpeng bungkul 1 soroh (pengiring) sampyan jit goak
-          Tumpeng 1 udel (tapuk pinang) sampyan jit goak
-          Tumpeng 2 anak 5 (kurenan) sampyan jit goak
-          Tumpeng 2 ngaryanin 2 soroh (pengapit) sampyan jit goak
-          Tumpeng 3 (penyeneng) sampyan penyeneng

-          Tumpeng guru anak 5 (isi telur bebek) sampyan nagasari
-          Tebasan sidapurna sampyan nagasari
-          Tebasan merta utama sampyan nagasari n penyeneng 
-          Tebasan merta dewa sampyan nagasari, penyeneng
-          Daksina 2 untuk jerimpen tanpa telor
Ikut : suci, soroan, daksina, sampyan sodan n peras


Tumpeng solas
pejati suci, serodan, rantasan , nasi jauman
pengemben
pengambean
pengideng-ideng 
tumpeng bungkul 1 (pengiring)
tumpeng udel 1
tumpeng 2
tumpeng 2 x 2 pengapit 
tumpeng 3
guru
tebasan siddhapurna, baas kuning
ikut: suci soroan daksina

Tumpeng Pitu 
pejati, suci, daksina untuk jerimen tanpa telor 
pengemben
tumpeng 2, 3, 2 tumpeng 1 
gebogan
tebasan siddhapurna, baas kuning
ikut: suci soroan daksina 

 Tumpeng Sanga

 pejati suci, serodan, rantasan , nasi jauman
 pengemben

tumpeng2 x 2 
tumpeng3
tumpeng1
tumpeng1 pengiring
tumpeng guru
gebogan
tebasan siddhapurna, baas kuning
ikut: suci soroan daksina 
2 daksina tanpa telor untuk jerimpen


Banten pengemben 
wadah tamas serobong ntal 
kulit sayut 
alat-alat daksina lengkap 
isuh-isuh 
pengideng-idengan 
orti kembang 1 
orti pusuh 1 
sri 
ole-ole 
nyuh 1 
taluh siap 1 
raka-raka lengkap 

Tumpeng 5
-       Pejati
-       Peras
-       sayut
-       Tumpeng 2 (pengambean)
-       Tumpeng 1 (dapetan)
-       Tumpeng 1 (Gebogan)
-       Tebasan sidapurna
-       Tebasan merta utama
-       Suci soroan daksina

5 tamas ntal sedang
1   tebasan sidhapurna
1   pejati
1   tebasan merta jiwa
1   pengambeyan

1   tebasan sidhapurna
(tamas, aled, beras, benang, porosan, tindihin kulit peras, 2 nasin peras, nasin sodan, kulit sayut, 1 tulung kenjir, 3 tumpeng, kacang saur dalam kojong rangkadan,  

1   pejati

1   tebasan merta jiwa
 raka2 
 kulit sayut, 2 tulung sangkur isi nasi, tumpeng plekir, takir isi beras kuning, kojong rangkadan

1   pengambeyan