Senin, 11 Juli 2022

Kitab yang paling suci dan paling tua dalam Hindu adalah reg weda.

 


Di dalam reg weda ada tertulis, tepatnya dalam buku #1 hymn #164 manthra #46:
"Ekkam sat vipra bhuda vidyante"
"Kebenaran itu satu, Tuhan itu satu, para suci menyebut yang maha esa dengan nama yang bermacam-macam"
Dalam reg weda book #2 hymn #1 saja Ada setidaknya 33 gelar yang di tujukan bagi tuhan yang maha esa ini.
Salah satu dari 33 nama tersebut adalah Brahma. Sang brahma disebut juga sebagai pencipta. Pencipta jika di terjemahkan ke dalam bahasa Arab sama dengan "AL-kholiQ". Umat Islam tidak ada masalah jika seseorang berkata bahwa Tuhan yang maha tinggi adalah AL-KHOLIQ yang makna dari AL-kholiQ adalah pembentuk, alias pencipta.
Tetapi jika seseorang mengatakan bahwa Tuhan yang maha esa memiliki 4 kepala dan terdapat mahkota dalam tiap kepalanya. Menggambarkan bahwa Tuhan memiliki bentuk demikian padahal dalam swethaswethara upanishad pasal 4 ayat 19 tertulis "NA TASYA PRATIMA ASTI" Tuhan tidak memiliki bentuk.
Nama lain untuk Tuhan yang maha esa dalam reg weda book 2 hymn 1 verse 3 Adalah Wisnu, Wisnu secara bahasa bermakna penyokong kehidupan, pemelihara, penyelamat,, sama dengan kata rob dalam bahasa arab. Tidak ada masalah jika Tuhan yang maha esa disebut sebagai rob.
Reg-weda Book #8, Hymn #1, Manthra #1:
"Ma chitanidi sansad"
Terjemahan nya:
Sembahlah dia saja, satu satunya Tuhan, pujilah hanya kepada dia saja.
Dan juga dalam Rig-Ved, Book #6, Hymn #45 Manthra #16, ada tertulis yang artinya
"Pujilah dia saja, sembahlah dia satu satunya Tuhan"

SIAPAKAH SAMPRADAYA

 


Kitab suci agama Hindu adalah WEDA
Syair2 kitab suci WEDA SRUTI adalah MANTRAM.
sedangkan sair2kitab sastra WEDA adalah SLOKA.
Kitab suci CATUR WEDA terdiri dari 20389 mantram.
4 kitab suci ini di pelajari oleh 1180 kelompok belajar spiritual.
Yg masing2;
1 Reg Weda dg jumlah mantra 10552,di pelajari oleh 21 kelompok belajar Spiritual.
2,Sama Weda dg jumlah mantram 1875 di pelajari oleh 1000 kelompok belajar spiritual.
3,Yayur Weda dg jumlah mantram 1975 ,
di pelajari 109 kelompok belajar spiritual.
4,Atarwa Weda dg jumlah mantram 5967,
Di pelajari oleh 50 kelompok belajar spiritual.
Setiap kelompok di Bimbing oleh RESI yg benar2 memahami ,menghayati dan melaksanakan ajaran Weda dlm kehidupan sehari,hari inilah yg di sebut SADAKA.
Kelompok belajar Spiritual ibarat sekolah sedangkan WEDA adalah kurikulum nya,,,
Dari setiap kelompok inilah melahirkan UPANISAD,,,
Upanisad ini adalah Sari2nya Weda.
Nah dari kelompok Belajar inilah di sebut
SAMPRADAYA ( sekte )
Dari Grup belajar Sampradaya inilah melaksanakan pemujaan yg rutin sesuai kelompoknya yg di sebut PARAMPARA ( berkesinambungan ),
Dari Sampradaya/ kelompok belajar Spiritual terus mengasah bhaktinya,,,
Seperti yg sudah di catat oleh Dr, R GORIS,
Di Bali ada 9 Sampradaya /Sekteyaitu:
1, Sampradaya SHIWA SHIDANTA.
2, Sampradaya BAIRAWA.
3,Sampradaya PASUPATA
4,Sampradaya RESI ( pertapa )
5, Sampradaya GANAPATI.
6,Sampradaya BRAHMA.
7, Sampradaya WAISNAWA.
8,Sampradaya BODHA / SOGATA.
9, Sampradaya SORA ( Surya )
Inilah yg sudah mendarah daging di Bali sebagai proses Ritual pemujaan untuk memohon kebahagiaan ,kesejahteraan ,kedamaian dlm kehidupan.
Demikianlah yg di maksud Sampradaya
Om Tat sat

Hindu (Sanatana Dharma) bukan agama biasa tapi agama-agama ada dalam Hindu.

 


Agama berasal dari bahasa sanskerta dan bermakna sekolah atau sistem belajar dalam membahas wahyu Weda.
Hindu merupakan Way of Life. Dunia telah mengetahui bahwa Pythagoras kemungkinan menemukan rumusan theorinya dari Sulba Sutra. Kebudayaan Weda begitu maju dalam segala hal.
kita mengetahui bahwa Bhagawan Wyasa bisa menciptakan bayi manusia dari darah keguguran. Maharsi Agastya lahir dari teknology Bayi Tabung Kuno dan hal yang sama disebutkan dalam prasasti Dinoyo di Dwipantara (Nusantara). Dan Dunia mengakui Bahwa MAHARSI SUSHRUTA adalah yang pertama kali menciptakan teknik awal apa yang disebut Rhinoplasty dimana disebut dengan Nasikasandhana termuat dalam Sushruta Samhita bersumber dari Ayur Weda. Kompedium dari Maharsi Sushruta yang juga diketahui sebagai salah satu Immortal yaitu Manusia Abadi adalah Sushruta samhita adalah pada Awalnya diduga berisi 5 Bagian dengan 120 Bab yang diketahui berasal dari era sebelum Masehi, kemudian bertambah menjadi 6 bagian dengan 184 Bab. Tipton (2008) dalam “historical perspectives”. Memberikan rentang waktu perkiraan dari 1000 BCE, 800–600 BCE, 600 BCE, 600–200 BCE, 200 BCE, 1–100 CE, and 500 CE.
Kompedium tersebut memuat teknik operasi dengan berbagai terminology yang terdapat pada text Weda yang sangat kuno. Menyebutkan juga nama-nama Dewa: Narayana, Hari, Brahma, Rudra, Indra. Menggunakan juga terminology samkya dan yang serupa dapat di temukan di agama-agama atau sekolah-sekolah (schools) Philosophy Hindu. Maharsi Sushruta disebut keturunan dari Dhanwantari. Kompedium Maharsi Sushruta yaitu Sushruta Samhita tersebar keluar India atau Jambu Dwipa dengan nama berbeda misal di Arab menjadi Kitab Shah Shun Al-Hindi dan Kitab I-Susurud. Pada akhir abad pertengahan di Italia di Eropa yaitu pada masa Renaissance, Keluarga Branca di Sicily dan Gasparo Tagliacozzi (Bologna) dikenal dengan rhinoplastic technik yang termuat di Sushruta Samhita.
Amat sangat mengejutkan bila prosedur operasi plastik dan juga katarak sudah ada di jaman kuno. Maka bersyukurlah kita semua ada dalam lingkaran Dharma ini dan semoga kita selalu bisa memperdalam Weda yang akan berguna untuk segala keperluan kita terutama dalam pengetahuan rohani.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Meulenbeld 1999, pp. 203–389 (Volume IA).
^ a b c Rây 1980.
^ E. Schultheisz (1981), History of Physiology, Pergamon Press, ISBN 978-0080273426, page 60-61, Quote: "(...) the Charaka Samhita and the Susruta Samhita, both being recensions of two ancient traditions of the Hindu medicine".
^ Wendy Doniger (2014), On Hinduism, Oxford University Press, ISBN 978-0199360079, page 79;
Sarah Boslaugh (2007), Encyclopedia of Epidemiology, Volume 1, SAGE Publications, ISBN 978-1412928168, page 547, Quote: "The Hindu text known as Sushruta Samhita is possibly the earliest effort to classify diseases and injuries"
^ Valiathan 2007.
^ a b c Kengo Harimoto (2011). "In search of the Oldest Nepalese Manuscript". Rivista degli Studi Orientali. 84: 85–88.
^ Bhishagratna 1907, p. 307.
^ a b Hoernle 1907, p. 8.
^ a b Loukas 2010, pp. 646–650.
^ a b Boslaugh 2007, p. 547, Quote: "The Hindu text known as Sushruta Samhita (600 AD) is possibly the earliest effort to classify diseases and injuries"..
^ a b c Ramachandra S.K. Rao, Encyclopaedia of Indian Medicine: historical perspective, Volume 1, 2005 Reprint (Original: 1985), pp 94-98, Popular Prakashan
^ Walton 1994, p. 586.
^ a b c d Tipton 2008, pp. 1553-1556.
^ Hoernle 1907, pp. 109-111.
^ Banerjee 2011, pp. 320-323.
^ Monier-Williams, A Sanskrit Dictionary (1899).
^ a b Bhishagratna, Kunjalal (1907). An English Translation of the Sushruta Samhita, based on Original Sanskrit Text. Calcutta. p. 1.
^ Hoernle 1907, pp. 7-8.
^ Amaresh Datta, various. The Encyclopaedia Of Indian Literature (Volume One (A To Devo)). Sahitya academy. p. 311.
^ David O. Kennedy. Plants and the Human Brain. Oxford. p. 265.
^ Singh, P.B.; Pravin S. Rana (2002). Banaras Region: A Spiritual and Cultural Guide. Varanasi: Indica Books. p. 31. ISBN 978-81-86569-24-5.[unreliable source?]
^ Kutumbian 2005, pp. XXXII-XXXIII.
^ a b c Meulenbeld 1999, pp. 347–350 (Volume IA).
^ Schultheisz 1981, pp. 60-61, Quote: "(...) the Charaka Samhita and the Susruta Samhita, both being recensions of two ancient traditions of the Hindu medicine.".
^ Loukas 2010, p. 646, Quote: Susruta's Samhita emphasized surgical matters, including the use of specific instruments and types of operations. It is in his work that one finds significant anatomical considerations of the ancient Hindu.".
^ Hoernle 1907, pp. 8, 109-111.
^ Raveenthiran, Venkatachalam (2011). "Knowledge of ancient Hindu surgeons on Hirschsprung disease: evidence from Sushruta Samhita of circa 1200-600 bc". Journal of Pediatric Surgery. 46 (11): 2204–2208. doi:10.1016/j.jpedsurg.2011.07.007. PMID 22075360.
^ Bhishagratna 1911, p. 156 etc.
^ Bhishagratna 1907, pp. 6-7, 395 etc.
^ Bhishagratna 1911, pp. 157, 527, 531, 536 etc.
^ Bhishagratna 1907, pp. 181, 304-305, 366, lxiv-lxv etc.
^ Bhishagratna 1911, p. 377 etc.
^ Bhishagratna 1911, pp. 113-121 etc.
^ Bhishagratna 1916, pp. 285, 381, 407, 409, 415 etc.
^ a b c d e Engler 2003, pp. 416-463.
^ a b Zysk 2000, p. 100.
^ Zysk 2000, p. 81, 83.
^ Zysk 2000, pp. 74-76, 115-116, 123.
^ Zysk 2000, p. 4-6, 25-26.
^ Terry Clifford (2003), Tibetan Buddhist Medicine and Psychiatry: The Diamond Healing, Motilal Banarsidass, ISBN 978-8120817845, pages 35-39
^ Monier-Williams, A Sanskrit Dictionary, s.v. "suśruta"
^ Ācārya, Yādavaśarman Trivikrama (1938). Suśrutasaṃhitā, Suśrutena viracitā, Vaidyavaraśrīḍalhaṇācāryaviracitayā Nibandhasaṃgrahākhyavyākhyayā samullasitā, Ācāryopāhvena Trivikramātmajena Yādavaśarmaṇā saṃśodhitā. Mumbayyāṃ: Nirnaya Sagara Press.
^ Wujastyk, Dominik (2013). "New Manuscript Evidence for the Textual and Cultural History of Early Classical Indian Medicine". In Wujastyk, Dominik; Cerulli, Anthony; Preisendanz, Karin (eds.). Medical Texts and Manuscripts in Indian Cultural History. New Delhi: Manohar. pp. 141–57.
^ a b Wujastyk, Dominik (2003). The Roots of Ayurveda. London etc.: Penguin. pp. 149–160. ISBN 978-0140448245.
^ a b c d e Menon IA, Haberman HF (1969). "Dermatological writings of ancient India". Med Hist. 13 (4): 387–392. doi:10.1017/s0025727300014824. PMC 1033984. PMID 4899819.
^ Ray, Priyadaranjan; Gupta, Hirendra Nath; Roy, Mira (1980). Suśruta Saṃhita (a Scientific Synopsis). New Delhi: INSA.
^ a b Dwivedi & Dwivedi (2007)[page needed]
^ Prof.P.V.Sharma,Ayurveda Ka Vaijnannika Itihas,7th ed.,Ch. 2, Pg.87,Chaukhambha orientalia, Varanasi (2003)
^ Bhishagratna 1907.
^ Bhishagratna 1911.
^ Bhishagratna 1916.
^ Martha Ann Selby (2005), Asian Medicine and Globalization (Editor: Joseph S. Alter), University of Pennsylvania Press, ISBN 978-0812238662, page 124
^ RP Das (1991), Medical Literature from India, Sri Lanka, and Tibet (Editors: Gerrit Jan Meulenbeld, I. Julia Leslie), BRILL Academic, ISBN 978-9004095229, pages 25-26

Pariprashna bukan Intelektual Extravaganza

 


Dalam meniti jalan spiritual, jalan Dharma, Sanatana Dharma, peran intelek sangatlah penting. Itulah sebabnya dlm do'a, dlm Rk Savitri yg populer sbg Gayatri Mantra kita memohon kpd Tuhan yg disebut sbg Savita, agar membimbing dan menuntuk Intelek kita shg bergerak menuju pencerahan.
"Bhargo devasya dhiimahi,
dhiiyo yo nah pracodayat..."
Apakah peran intelek shg begitu penting dlm meniti dharma? Dan mengapa pula Intelek perlu dituntun? Apakah jadinya bila intelek kita tdk dituntun/diarahkan dg benar?
Adalah fakta bahwa manusia sbg mahluk berpikir dan inteleknya sangat menentukan arah pikirannya. Itu pula sebabnya dr Catur Marga ada JINANA MARGA, yaitu jalan Intelektual, jalan analisa, path of reasoning.
Lalu apa itu Pariprashna? Mungkin kita pernah membaca/mendengar buku bernama Prashna Upanisad. Yg isinya adlh pertanyaan2 dan dr pertanyaan itu diberikanlah jawaban yg mencerahkan.
Dlm Bhagavad Giita juga dijelaskan pentingnya Pariprashna,
Tad viddhih pranipatena pariprashnena sevaya,
Upadiksyantite jinanam jininah tattva darsinah.
Pelajarilah kebenaran itu dari para bijaksana melalui pranipatta (bhakti), pariprashna (pengetahuan), dan sewa (pelayanan-karma).
Jadi Pariprashna adalah pertanyaan2 yg diajukan guna memperoleh jawaban dan dg jawaban tersebut dpt memberikan pencerahan, penerangan bgmn melangkah meniti jalan Dharma.
Lalu apakah intelektual extravaganza? Dia adlh pertanyaan2 yg bukan untuk mendapatkan jawaban, tapi semata untuk menguji, mencari celah perdebatan, atau menunjukkan superioritas diri dg beradu argument (berdebat). Intelektual semacam ini nanyak sekali kita temukan sekarang, ya... manusia sekarang perkembangan intelektualnya sdh cukup berkembang baik dibandingkan generasi sebelumnya, tetapi akibat absennya "PARIPRASHNA" potensi intelektual ini terbuang sia2, hanya menghabiskan waktu dan energy untuk memperdebatkan sebuah topik tanpa manfaat pd akhirnya. Dan ironisnya lbh banyak menyumbangkan kebingungan bagi kaum awam akibat dispersi pendapat pr intelektual yg cenderung saling menjatuhkan/menyalahkan.
Oleh karena itu mari kita giatkan PARIPRASHNA dan hindari INTELEKTUAL EXTRAVAGANZA. Agar seperti do'a yg setiap hari kita panjatkan,
Dhiiyo yo nah pracodayat....
Bimbinglah intelek kami agar menuju pencerahan...
Melalui Pariprashna, bukan dg Intelektual Extravaganza.

Veda


Nirukta ; seluruh aktifitas masyarakat berdasarkan atas arahan sastra dan guru sebagai kiblat beraktifitas.

Siksha ; seluruh perwujudan dari model berketuhanan masyarakat Hindu Bali menggunakan sandi sandi rahasia untuk membuat segala wujud tersebut metaksu dan tidak gampang difahami sebagai wujud murahan.
Chanda ; banyak aktifitas masyarakat dilakukan dengan berkesenian serta melantunkan lagu lagu nyanyian ( kirtanam dalam istilah sampradaya ) sebagai cara melakukan puja kepada tuhan.
Jyotisha ; seluruh aktifitas hidupnya berdasarkan atas waktu yang baik ( devasya ) dan arahan kala-ider ( kalender padewasan ).
Kalpa ; hampir keseluruhan praktek yajnya atau upacara diwujudkan dalam bentuk niyasa atau simbul simbul ketuhanan, dalam hal ini dinyatakan sebagai instalalsi spiritual yang sama dengan kualitas para brahmananya.

Rabu, 06 Juli 2022

Supplier / Penyedia es krim pesta di Denpasar Bali


Grosir es krim pesta Denpasar Bali
Supplier / Penyedia ice cream pesta

Supplier / Penyedia ice cream pesta

menyediakan snack es krim untuk pesta ulang tahun, pernikahan, potong gigi, syukuran dll…

tersedia berbagai macam rasa

rasa mangga, durian, vanilla, cokelat, cappucino, Strawberry

Harga Tergantung Jumlah pemesanan

Ukuran 60ml & 100ml

(TIDAK TERMASUK SEWA FREEZER)

Pemesanan minimal 500 cup harga menjadi 2000/cup yg 60ml.Sudah di pinjamkan freezer 2-3 hari. Belum termasuk ongkos kirim antar jemput freezer..

Biaya Antar jemput freezer disesuaikan jarak tempuh (Rp 5.000/km)

Kerusakan Freezer akibat pemakaian selama acara menjadi tanggung jawab pemesan

Menerima Reseller untuk dijual lagi

Hubungi Kami

telp/sms/WA 08985713790 untuk info lebih lanjut.

pesan via facebook klik Rara & Choco follow instagram kami di @raranchocobali

Alamat jl sedap malam no 117a sanur denpasar

Kami menerima pemesanan ice cream khusus pesta di seluruh wilayah Bali, tersedia aneka varian rasa, diantaranya:

Vanila
Chocolate
Strawberry
Cappucino
Green tea
Mocha
Blueberry
Kopyor/Coconut
Durian
Kacang ijo
Markisa
Lychee
Yoghurt
Taro
Anggur
Apple
Mangga
Jeruk
Mint
Tiramisu

*)Stock rasa akan disesuaikan kembali pada saat pemesanan

Kami siap melayani event organiser maupun catering, pemesanan sebaiknya dilakukan minimal 2 minggu sebelum acara agar kondisi tetap fresh
Pada saat pemesanan uang muka dibayarkan minimal 50%




Jumat, 15 April 2022

Buda Kliwon Matal dan Kajeng Kliwon

 


#Buda Kliwon Matal merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan dan jatuhnya setiap 6 bulan sekali untuk memuja Sang Hyang Ayu atau Sang Hyang Nirmala Jati guna memohon keselamatan serta anugrah rejeki yang melimpah dsb.
Buda Kliwon Matal merupakan pertemuan antara Sapta wara Buda yang berstana dibarat dengan lambang warna kuning, panca wara Kliwon yang berstana ditengah dengan lambang warna panca warna dan
wuku matal.
Dan pada saat hari Buda Kliwon Natal yang bertepatan juga dengan jatuhnya hari kajeng Kliwon.
#Kajeng Kliwon merupakan hari suci bagi umat Hindu yang jatuhnya pada setiap15 hari sekali, Kajeng Kliwon merupakan pertemuan dari dua unsur triwara dengan unsur pancawara.
Kajeng merupakan bagian dari unsur triwara sedangkan Kliwon merupakan bagian dari unsur pancawara.
#Kajeng merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara yang merupakan manifestasi dari kekuatan Bhuta, Kala dan Durga yang ada di muka bumi.
#Sedangkan Kliwon merupakan hari prabawanya Sang Hyang Siwa sebagai kekuatan dharma yang merupakan manifestasi dari kekuatan Dewa.
#Dan pada saat hari Kajeng Kliwon sering dikaitkan dengan
hal - hal yang berbau mistis dan diyakini oleh umat Hindu sebagai harinya Sang Hyang Siwa untuk melaksanakan yoga semadinya untuk
keselamatan dunia.
#Untuk itu setiap umat diharapkan pada saat Kajeng Kliwon untuk melakukan penyucian diri dan bersikap lebih berhati - hati karena kekuatan negatif cenderung lebih besar dari pada kekuatan yang positif, dan itu semua dapat mempengaruhi kehidupan manusia
dimuka bumi ini.



#Karena pada saat hari Kajeng Kliwon umat meyakini bahwa Sang Tiga Bhucari memohon restu dari Sang Durga Dewi untuk menggoda manusia yang melanggar atau berbuat kesalahan juga membuat mara bahaya, mengundang semua desti, teluh, terang jana guna menggoda orang yang tidak menjalan ajaran dharma ataupun
orang yang tidak berbuat baik.
#Dengan demikian sudah sepatutnya dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Hindu untuk menghaturkan persembahan dimerajan, pura dan tempat suci lainnya
kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Durga Dewi berupa canang sari, canang raka, puspa harum, tipat dampulan, segehan kepelan, segehan cacahan, segehan putih kuning, segehan panca
warna dsb.
#Semua itu hendaknya disesuaikan dengan tempat atau keadaan dan kemampuan dari masing - masing umat.
#Dan dengan kita menghaturkan semua persembahan dan segehan itu diharapkan agar bisa mewujudkan keseimbangan alam niskala dari alam Bhuta menjadi alam Dewa.
#Semua jenis Banten atau upekara adalah merupakan simbul diri kita, lambang kemaha - kuasaan Hyang Widhi dan sebagai lambang Bhuana Agung.
(Lontar Yajna Prakrti)
#Banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pauknya bawang merah, jahe, garam dan juga dipergunakan api takep dari dua buah sabut kelapa yang dicakupkan menyilang, sehingga membentuk tanda (+) atau swastika disertai beras dan tetabuhan berupa air, arak serta berem.
#Segehan dihaturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu ,
dinatar merajan dihaturkan segehan panca warna ditujukan pada Sang Bhuta Bhucari, dinatar pekarangan rumah dihaturkan pada Sang Kala Bhucari, didepan pintu pekarangan rumah atau angkul - angkul dihaturkan pada Sang Durga Bhucari dan juga ditempat lainya, yang tak lain adalah akumulasi dari limbah atau kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dalam kurun
waktu tertentu.
#Dan dengan sarana segehan ini diharapkan nantinya dapat untuk menetralisir dan dapat untuk menghilangkan pengaruh negatip dari limbah tersebut. #Segehan juga dapat dikatakan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan (palemahan).
Segehan ini biasanya dihaturkan setiap hari atau pada saat rahinan dan hari - hari tertentu.
#Setiap kepala keluarga hendaknya agar melaksanakan upacara Bali atau suguhan makanan kepada alam
dan menghaturkan persembahan ditempat - tempat terjadinya pembunuhan seperti pada ulekan, sapu, kompor, asahan pisau, dan talenan.
(Manavadharmasastra)