Senin, 11 Juli 2022

Hindu (Sanatana Dharma) bukan agama biasa tapi agama-agama ada dalam Hindu.

 


Agama berasal dari bahasa sanskerta dan bermakna sekolah atau sistem belajar dalam membahas wahyu Weda.
Hindu merupakan Way of Life. Dunia telah mengetahui bahwa Pythagoras kemungkinan menemukan rumusan theorinya dari Sulba Sutra. Kebudayaan Weda begitu maju dalam segala hal.
kita mengetahui bahwa Bhagawan Wyasa bisa menciptakan bayi manusia dari darah keguguran. Maharsi Agastya lahir dari teknology Bayi Tabung Kuno dan hal yang sama disebutkan dalam prasasti Dinoyo di Dwipantara (Nusantara). Dan Dunia mengakui Bahwa MAHARSI SUSHRUTA adalah yang pertama kali menciptakan teknik awal apa yang disebut Rhinoplasty dimana disebut dengan Nasikasandhana termuat dalam Sushruta Samhita bersumber dari Ayur Weda. Kompedium dari Maharsi Sushruta yang juga diketahui sebagai salah satu Immortal yaitu Manusia Abadi adalah Sushruta samhita adalah pada Awalnya diduga berisi 5 Bagian dengan 120 Bab yang diketahui berasal dari era sebelum Masehi, kemudian bertambah menjadi 6 bagian dengan 184 Bab. Tipton (2008) dalam “historical perspectives”. Memberikan rentang waktu perkiraan dari 1000 BCE, 800–600 BCE, 600 BCE, 600–200 BCE, 200 BCE, 1–100 CE, and 500 CE.
Kompedium tersebut memuat teknik operasi dengan berbagai terminology yang terdapat pada text Weda yang sangat kuno. Menyebutkan juga nama-nama Dewa: Narayana, Hari, Brahma, Rudra, Indra. Menggunakan juga terminology samkya dan yang serupa dapat di temukan di agama-agama atau sekolah-sekolah (schools) Philosophy Hindu. Maharsi Sushruta disebut keturunan dari Dhanwantari. Kompedium Maharsi Sushruta yaitu Sushruta Samhita tersebar keluar India atau Jambu Dwipa dengan nama berbeda misal di Arab menjadi Kitab Shah Shun Al-Hindi dan Kitab I-Susurud. Pada akhir abad pertengahan di Italia di Eropa yaitu pada masa Renaissance, Keluarga Branca di Sicily dan Gasparo Tagliacozzi (Bologna) dikenal dengan rhinoplastic technik yang termuat di Sushruta Samhita.
Amat sangat mengejutkan bila prosedur operasi plastik dan juga katarak sudah ada di jaman kuno. Maka bersyukurlah kita semua ada dalam lingkaran Dharma ini dan semoga kita selalu bisa memperdalam Weda yang akan berguna untuk segala keperluan kita terutama dalam pengetahuan rohani.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Meulenbeld 1999, pp. 203–389 (Volume IA).
^ a b c Rây 1980.
^ E. Schultheisz (1981), History of Physiology, Pergamon Press, ISBN 978-0080273426, page 60-61, Quote: "(...) the Charaka Samhita and the Susruta Samhita, both being recensions of two ancient traditions of the Hindu medicine".
^ Wendy Doniger (2014), On Hinduism, Oxford University Press, ISBN 978-0199360079, page 79;
Sarah Boslaugh (2007), Encyclopedia of Epidemiology, Volume 1, SAGE Publications, ISBN 978-1412928168, page 547, Quote: "The Hindu text known as Sushruta Samhita is possibly the earliest effort to classify diseases and injuries"
^ Valiathan 2007.
^ a b c Kengo Harimoto (2011). "In search of the Oldest Nepalese Manuscript". Rivista degli Studi Orientali. 84: 85–88.
^ Bhishagratna 1907, p. 307.
^ a b Hoernle 1907, p. 8.
^ a b Loukas 2010, pp. 646–650.
^ a b Boslaugh 2007, p. 547, Quote: "The Hindu text known as Sushruta Samhita (600 AD) is possibly the earliest effort to classify diseases and injuries"..
^ a b c Ramachandra S.K. Rao, Encyclopaedia of Indian Medicine: historical perspective, Volume 1, 2005 Reprint (Original: 1985), pp 94-98, Popular Prakashan
^ Walton 1994, p. 586.
^ a b c d Tipton 2008, pp. 1553-1556.
^ Hoernle 1907, pp. 109-111.
^ Banerjee 2011, pp. 320-323.
^ Monier-Williams, A Sanskrit Dictionary (1899).
^ a b Bhishagratna, Kunjalal (1907). An English Translation of the Sushruta Samhita, based on Original Sanskrit Text. Calcutta. p. 1.
^ Hoernle 1907, pp. 7-8.
^ Amaresh Datta, various. The Encyclopaedia Of Indian Literature (Volume One (A To Devo)). Sahitya academy. p. 311.
^ David O. Kennedy. Plants and the Human Brain. Oxford. p. 265.
^ Singh, P.B.; Pravin S. Rana (2002). Banaras Region: A Spiritual and Cultural Guide. Varanasi: Indica Books. p. 31. ISBN 978-81-86569-24-5.[unreliable source?]
^ Kutumbian 2005, pp. XXXII-XXXIII.
^ a b c Meulenbeld 1999, pp. 347–350 (Volume IA).
^ Schultheisz 1981, pp. 60-61, Quote: "(...) the Charaka Samhita and the Susruta Samhita, both being recensions of two ancient traditions of the Hindu medicine.".
^ Loukas 2010, p. 646, Quote: Susruta's Samhita emphasized surgical matters, including the use of specific instruments and types of operations. It is in his work that one finds significant anatomical considerations of the ancient Hindu.".
^ Hoernle 1907, pp. 8, 109-111.
^ Raveenthiran, Venkatachalam (2011). "Knowledge of ancient Hindu surgeons on Hirschsprung disease: evidence from Sushruta Samhita of circa 1200-600 bc". Journal of Pediatric Surgery. 46 (11): 2204–2208. doi:10.1016/j.jpedsurg.2011.07.007. PMID 22075360.
^ Bhishagratna 1911, p. 156 etc.
^ Bhishagratna 1907, pp. 6-7, 395 etc.
^ Bhishagratna 1911, pp. 157, 527, 531, 536 etc.
^ Bhishagratna 1907, pp. 181, 304-305, 366, lxiv-lxv etc.
^ Bhishagratna 1911, p. 377 etc.
^ Bhishagratna 1911, pp. 113-121 etc.
^ Bhishagratna 1916, pp. 285, 381, 407, 409, 415 etc.
^ a b c d e Engler 2003, pp. 416-463.
^ a b Zysk 2000, p. 100.
^ Zysk 2000, p. 81, 83.
^ Zysk 2000, pp. 74-76, 115-116, 123.
^ Zysk 2000, p. 4-6, 25-26.
^ Terry Clifford (2003), Tibetan Buddhist Medicine and Psychiatry: The Diamond Healing, Motilal Banarsidass, ISBN 978-8120817845, pages 35-39
^ Monier-Williams, A Sanskrit Dictionary, s.v. "suśruta"
^ Ācārya, Yādavaśarman Trivikrama (1938). Suśrutasaṃhitā, Suśrutena viracitā, Vaidyavaraśrīḍalhaṇācāryaviracitayā Nibandhasaṃgrahākhyavyākhyayā samullasitā, Ācāryopāhvena Trivikramātmajena Yādavaśarmaṇā saṃśodhitā. Mumbayyāṃ: Nirnaya Sagara Press.
^ Wujastyk, Dominik (2013). "New Manuscript Evidence for the Textual and Cultural History of Early Classical Indian Medicine". In Wujastyk, Dominik; Cerulli, Anthony; Preisendanz, Karin (eds.). Medical Texts and Manuscripts in Indian Cultural History. New Delhi: Manohar. pp. 141–57.
^ a b Wujastyk, Dominik (2003). The Roots of Ayurveda. London etc.: Penguin. pp. 149–160. ISBN 978-0140448245.
^ a b c d e Menon IA, Haberman HF (1969). "Dermatological writings of ancient India". Med Hist. 13 (4): 387–392. doi:10.1017/s0025727300014824. PMC 1033984. PMID 4899819.
^ Ray, Priyadaranjan; Gupta, Hirendra Nath; Roy, Mira (1980). Suśruta Saṃhita (a Scientific Synopsis). New Delhi: INSA.
^ a b Dwivedi & Dwivedi (2007)[page needed]
^ Prof.P.V.Sharma,Ayurveda Ka Vaijnannika Itihas,7th ed.,Ch. 2, Pg.87,Chaukhambha orientalia, Varanasi (2003)
^ Bhishagratna 1907.
^ Bhishagratna 1911.
^ Bhishagratna 1916.
^ Martha Ann Selby (2005), Asian Medicine and Globalization (Editor: Joseph S. Alter), University of Pennsylvania Press, ISBN 978-0812238662, page 124
^ RP Das (1991), Medical Literature from India, Sri Lanka, and Tibet (Editors: Gerrit Jan Meulenbeld, I. Julia Leslie), BRILL Academic, ISBN 978-9004095229, pages 25-26

Pariprashna bukan Intelektual Extravaganza

 


Dalam meniti jalan spiritual, jalan Dharma, Sanatana Dharma, peran intelek sangatlah penting. Itulah sebabnya dlm do'a, dlm Rk Savitri yg populer sbg Gayatri Mantra kita memohon kpd Tuhan yg disebut sbg Savita, agar membimbing dan menuntuk Intelek kita shg bergerak menuju pencerahan.
"Bhargo devasya dhiimahi,
dhiiyo yo nah pracodayat..."
Apakah peran intelek shg begitu penting dlm meniti dharma? Dan mengapa pula Intelek perlu dituntun? Apakah jadinya bila intelek kita tdk dituntun/diarahkan dg benar?
Adalah fakta bahwa manusia sbg mahluk berpikir dan inteleknya sangat menentukan arah pikirannya. Itu pula sebabnya dr Catur Marga ada JINANA MARGA, yaitu jalan Intelektual, jalan analisa, path of reasoning.
Lalu apa itu Pariprashna? Mungkin kita pernah membaca/mendengar buku bernama Prashna Upanisad. Yg isinya adlh pertanyaan2 dan dr pertanyaan itu diberikanlah jawaban yg mencerahkan.
Dlm Bhagavad Giita juga dijelaskan pentingnya Pariprashna,
Tad viddhih pranipatena pariprashnena sevaya,
Upadiksyantite jinanam jininah tattva darsinah.
Pelajarilah kebenaran itu dari para bijaksana melalui pranipatta (bhakti), pariprashna (pengetahuan), dan sewa (pelayanan-karma).
Jadi Pariprashna adalah pertanyaan2 yg diajukan guna memperoleh jawaban dan dg jawaban tersebut dpt memberikan pencerahan, penerangan bgmn melangkah meniti jalan Dharma.
Lalu apakah intelektual extravaganza? Dia adlh pertanyaan2 yg bukan untuk mendapatkan jawaban, tapi semata untuk menguji, mencari celah perdebatan, atau menunjukkan superioritas diri dg beradu argument (berdebat). Intelektual semacam ini nanyak sekali kita temukan sekarang, ya... manusia sekarang perkembangan intelektualnya sdh cukup berkembang baik dibandingkan generasi sebelumnya, tetapi akibat absennya "PARIPRASHNA" potensi intelektual ini terbuang sia2, hanya menghabiskan waktu dan energy untuk memperdebatkan sebuah topik tanpa manfaat pd akhirnya. Dan ironisnya lbh banyak menyumbangkan kebingungan bagi kaum awam akibat dispersi pendapat pr intelektual yg cenderung saling menjatuhkan/menyalahkan.
Oleh karena itu mari kita giatkan PARIPRASHNA dan hindari INTELEKTUAL EXTRAVAGANZA. Agar seperti do'a yg setiap hari kita panjatkan,
Dhiiyo yo nah pracodayat....
Bimbinglah intelek kami agar menuju pencerahan...
Melalui Pariprashna, bukan dg Intelektual Extravaganza.

Veda


Nirukta ; seluruh aktifitas masyarakat berdasarkan atas arahan sastra dan guru sebagai kiblat beraktifitas.

Siksha ; seluruh perwujudan dari model berketuhanan masyarakat Hindu Bali menggunakan sandi sandi rahasia untuk membuat segala wujud tersebut metaksu dan tidak gampang difahami sebagai wujud murahan.
Chanda ; banyak aktifitas masyarakat dilakukan dengan berkesenian serta melantunkan lagu lagu nyanyian ( kirtanam dalam istilah sampradaya ) sebagai cara melakukan puja kepada tuhan.
Jyotisha ; seluruh aktifitas hidupnya berdasarkan atas waktu yang baik ( devasya ) dan arahan kala-ider ( kalender padewasan ).
Kalpa ; hampir keseluruhan praktek yajnya atau upacara diwujudkan dalam bentuk niyasa atau simbul simbul ketuhanan, dalam hal ini dinyatakan sebagai instalalsi spiritual yang sama dengan kualitas para brahmananya.

Rabu, 06 Juli 2022

Supplier / Penyedia es krim pesta di Denpasar Bali


Grosir es krim pesta Denpasar Bali
Supplier / Penyedia ice cream pesta

Supplier / Penyedia ice cream pesta

menyediakan snack es krim untuk pesta ulang tahun, pernikahan, potong gigi, syukuran dll…

tersedia berbagai macam rasa

rasa mangga, durian, vanilla, cokelat, cappucino, Strawberry

Harga Tergantung Jumlah pemesanan

Ukuran 60ml & 100ml

(TIDAK TERMASUK SEWA FREEZER)

Pemesanan minimal 500 cup harga menjadi 2000/cup yg 60ml.Sudah di pinjamkan freezer 2-3 hari. Belum termasuk ongkos kirim antar jemput freezer..

Biaya Antar jemput freezer disesuaikan jarak tempuh (Rp 5.000/km)

Kerusakan Freezer akibat pemakaian selama acara menjadi tanggung jawab pemesan

Menerima Reseller untuk dijual lagi

Hubungi Kami

telp/sms/WA 08985713790 untuk info lebih lanjut.

pesan via facebook klik Rara & Choco follow instagram kami di @raranchocobali

Alamat jl sedap malam no 117a sanur denpasar

Kami menerima pemesanan ice cream khusus pesta di seluruh wilayah Bali, tersedia aneka varian rasa, diantaranya:

Vanila
Chocolate
Strawberry
Cappucino
Green tea
Mocha
Blueberry
Kopyor/Coconut
Durian
Kacang ijo
Markisa
Lychee
Yoghurt
Taro
Anggur
Apple
Mangga
Jeruk
Mint
Tiramisu

*)Stock rasa akan disesuaikan kembali pada saat pemesanan

Kami siap melayani event organiser maupun catering, pemesanan sebaiknya dilakukan minimal 2 minggu sebelum acara agar kondisi tetap fresh
Pada saat pemesanan uang muka dibayarkan minimal 50%




Jumat, 15 April 2022

Buda Kliwon Matal dan Kajeng Kliwon

 


#Buda Kliwon Matal merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan dan jatuhnya setiap 6 bulan sekali untuk memuja Sang Hyang Ayu atau Sang Hyang Nirmala Jati guna memohon keselamatan serta anugrah rejeki yang melimpah dsb.
Buda Kliwon Matal merupakan pertemuan antara Sapta wara Buda yang berstana dibarat dengan lambang warna kuning, panca wara Kliwon yang berstana ditengah dengan lambang warna panca warna dan
wuku matal.
Dan pada saat hari Buda Kliwon Natal yang bertepatan juga dengan jatuhnya hari kajeng Kliwon.
#Kajeng Kliwon merupakan hari suci bagi umat Hindu yang jatuhnya pada setiap15 hari sekali, Kajeng Kliwon merupakan pertemuan dari dua unsur triwara dengan unsur pancawara.
Kajeng merupakan bagian dari unsur triwara sedangkan Kliwon merupakan bagian dari unsur pancawara.
#Kajeng merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara yang merupakan manifestasi dari kekuatan Bhuta, Kala dan Durga yang ada di muka bumi.
#Sedangkan Kliwon merupakan hari prabawanya Sang Hyang Siwa sebagai kekuatan dharma yang merupakan manifestasi dari kekuatan Dewa.
#Dan pada saat hari Kajeng Kliwon sering dikaitkan dengan
hal - hal yang berbau mistis dan diyakini oleh umat Hindu sebagai harinya Sang Hyang Siwa untuk melaksanakan yoga semadinya untuk
keselamatan dunia.
#Untuk itu setiap umat diharapkan pada saat Kajeng Kliwon untuk melakukan penyucian diri dan bersikap lebih berhati - hati karena kekuatan negatif cenderung lebih besar dari pada kekuatan yang positif, dan itu semua dapat mempengaruhi kehidupan manusia
dimuka bumi ini.



#Karena pada saat hari Kajeng Kliwon umat meyakini bahwa Sang Tiga Bhucari memohon restu dari Sang Durga Dewi untuk menggoda manusia yang melanggar atau berbuat kesalahan juga membuat mara bahaya, mengundang semua desti, teluh, terang jana guna menggoda orang yang tidak menjalan ajaran dharma ataupun
orang yang tidak berbuat baik.
#Dengan demikian sudah sepatutnya dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Hindu untuk menghaturkan persembahan dimerajan, pura dan tempat suci lainnya
kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Durga Dewi berupa canang sari, canang raka, puspa harum, tipat dampulan, segehan kepelan, segehan cacahan, segehan putih kuning, segehan panca
warna dsb.
#Semua itu hendaknya disesuaikan dengan tempat atau keadaan dan kemampuan dari masing - masing umat.
#Dan dengan kita menghaturkan semua persembahan dan segehan itu diharapkan agar bisa mewujudkan keseimbangan alam niskala dari alam Bhuta menjadi alam Dewa.
#Semua jenis Banten atau upekara adalah merupakan simbul diri kita, lambang kemaha - kuasaan Hyang Widhi dan sebagai lambang Bhuana Agung.
(Lontar Yajna Prakrti)
#Banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pauknya bawang merah, jahe, garam dan juga dipergunakan api takep dari dua buah sabut kelapa yang dicakupkan menyilang, sehingga membentuk tanda (+) atau swastika disertai beras dan tetabuhan berupa air, arak serta berem.
#Segehan dihaturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu ,
dinatar merajan dihaturkan segehan panca warna ditujukan pada Sang Bhuta Bhucari, dinatar pekarangan rumah dihaturkan pada Sang Kala Bhucari, didepan pintu pekarangan rumah atau angkul - angkul dihaturkan pada Sang Durga Bhucari dan juga ditempat lainya, yang tak lain adalah akumulasi dari limbah atau kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dalam kurun
waktu tertentu.
#Dan dengan sarana segehan ini diharapkan nantinya dapat untuk menetralisir dan dapat untuk menghilangkan pengaruh negatip dari limbah tersebut. #Segehan juga dapat dikatakan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan (palemahan).
Segehan ini biasanya dihaturkan setiap hari atau pada saat rahinan dan hari - hari tertentu.
#Setiap kepala keluarga hendaknya agar melaksanakan upacara Bali atau suguhan makanan kepada alam
dan menghaturkan persembahan ditempat - tempat terjadinya pembunuhan seperti pada ulekan, sapu, kompor, asahan pisau, dan talenan.
(Manavadharmasastra)


SUNARI

 


Sunari di buat sebatang bambu
(bambu uri ) dan pada bambu tersebut di buatkan lubang- lubang yg berbentuk melengkung atau tegak lurus, sebagai simbul suci " ARDHA CANDRA ," kemudian memiliki lobang berbentuk lingkaran sebagai simbul suci " WINDHU," dan memiliki lobang berbentuk segitiga, sebagai simbul suci " NADHA", sehingga makna dari sunari secara utuh adalah sebagai simbul suci aksara " ONGKARA", sunari di gunakan bila ada pelaksanaan upacara Dewa yadnya dalam ukuran utama seperti KARYA NGENTEG LINGGIH di pemerajan, atau di pura-pura.




sunari ini biasanya dipasangkan pada utamaning mandhala di bagian arah timur laut, dan bila sunari itu di tiup angin maka akan keluar bunyi menyerupai lagu-lagu kesucian.
oleh karena itu sunari juga merupakan simbul-simbul suci dari sloka-sloka atau syair-syair
dari weda dan juga mantram, termasuk SAHA SANG PEMANGKU , KEKIDUNGAN, KEKAWIN yang di sampaikan oleh umat, sebagai kekuatan RELIGIOMAGIS untuk menarik kekuatan SANG HYANG WIDI beserta manifestasinya
maka dari itu sunari ini patut di lestarikan dgn menjaga kesakralannya.
sesungguhnya dengan adanya sunari ini , merupakan penjabaran dari ajaran ITIHASA RAMAYANA, yg intinya pada saat sang ANOMAN naik di pohon Trijata sambil bersenandung dgn tujuan, agar DEWI SITHA cepat keluar dari gedong batu agar sang Anoman dapat menunjukan sebuah cincin emas bermatakan mirah sebagai bukti bahwa dia adalah merupakan utusan dari SRI RAMA , serta dpt memberikan informasi kehadapan Dewi sitha bahwa sri rama masih di hutan dalam keadaan selamat , dan beliau akan siap menjemput -
( kekawin ramayana ).

Turus lumbung hingga merajan




 PULAU Bali juga disebut sebagai ‘Pulau Seribu Pura’. Pura selain merupakan tempat suci Hindu, juga sebagai “sentra rohani”.

Apa saja yang melatarbelakangi perkembangannya dan bagaimana sebaiknya konsep rancangan sebuah pura ke depan?
Sumber prasasti kerap menyebut gunung dan bukit sebagai sthana para dewa. zaman dulu, tempat – tempat tinggi di Bali, di hulu atau di tanah bervibrasi suci, orang-orang membuat suatu bangunan peribadatan, meski sederhana dan sifatnya sementara.
Ketika itu tiangnya dibuat dari turus pohon dapdap, dan sebuah ruangan dengan balai-balai dirakit dari bambu untuk tempat meletakkan sajian (sesajen). Bangunan suci jenis ini disebut Turus Lumbung, bermakna kias “melindungi dan menghidupi pemujanya”.
"Turus dapdap" bermakna tameng atau perisai-alat pelindung diri.
“lumbung” mengandung makna: ranah penghidupan.
Bangunan Turus Lumbung ini sifatnya sementara yang lambat laun diganti menjadi bangunan yang lebih permanen.


Perkembangan teknologi, berimbas juga pada bangunan Turus Lumbung, yang semula berbahan sederhana, lalu dibuat dari kayu dan bambu serta memakai satu ruangan (me-rong tunggal), digunakan untuk tempat sesajen. Dari rong tunggal inilah muncul sebutan nama bangunan suci Kemulan yang dipuja suatu keluarga sekelompok kecil. Jika belakangan kepala keluarga kecil sudah berkembang menjadi beberapa keluarga, mereka kemudian mendirikan beberapa buah palinggih.
Seiring perkembangan kultur manusia yang kian maju, bangunan rong tunggal berkembang menjadi dua ruangan (me-rong kalih). Lantas berkembang lagi menjadi tiga ruangan (rong telu), untuk menghormati atau memuja para leluhur yang telah disucikan. Palinggih-palinggih baru disejajarkan tempatnya dengan bangunan Kemulan, sehingga keseluruhannya disebut Sanggah atau Pamerajan. Bangunan-bangunan di dalamnya sangat bervariasi, umumnya terdiri dari bangunan Menjangan Saluang, Gedong, Sanggar Agung, Saka Ulu, dan Taksu.
Perkembangan bangunan rong telu lalu disesuaikan dengan konsep Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa), bermanifestasi selaku pencipta, pemelihara dan pelebur. Kesatuan ketiga dewa inilah disebut dengan Sang Hyang Trimurti atau Tri Tunggal. Dari pengaruh konsep ini bangunan rong telu berfungsi ganda, selain untuk tempat memuja arwah leluhur yang telah suci, pun untuk memuja Sang Hyang Tri Murti.