Ritual caru labuh gentuh menggunakan beberapa jenis banten, seperti tampak diselenggarakan dalam berbagai bentuk prosesi ritual caru labuh gentuh menggunakan banten abatekan.
Ida Ayu Mirah Arta Rini menyatakan banten abatekan terdiri atas hal-hal berikut.
Banten bebangkit, tuntunan, pulegembal, lis acakep, jerimpen mesumbu apasang. Suci asoroh, dilengkapi dengan guling
bebek. Aturan adandanan yang terdiri dari: peras, penyeneng,
sayut sumajati, pengulapan, pengambean, penyegjeg, pemapag pengiring, bayuan apasang, daksina, sesayut bangun sakti, tipat kelanan telung kelan, sayut tumpeng papat, penganteban medaging beras, pipis, 254 keteng, canang sari, ayunansari apasang, canang bebaos, saagan manca warna atanding. Salaran atau tegen-tegenan sarwa solas dari kayu dadap isinya padi, jagung, buah-buahan, dan
umbi-umbian. Canang lenge wangi-burat wangi, canang ini dibuat dari alat-alat yang serba wangi (harum) seperti burat wangi (boreh miyik) dan dua jenis minyak yang khusus untuk sesajen ada yang berwarna kuning dan ada yang berwarna hitam kemudian dilengkapi dengan porosan dan bunga. Banten lainnya yang digunakan adalah beakala, durmangala dan prayascita, sayut guru piduka (wawancara, 27 Juni 2014).
Struktur banten yang di gunakan pada ritual caru labuh gentuh, dibagi menjadi empat bagian, yaitu banten ke surya,
banten catur, banten yang mengikuti pemelaspasan, dan caru.
Banten di sanggar surya sebagai upasaksi adalah suci duang soroh, tigasan putih-kuning, toya anyar 1 gelas. Banten ke sanggar tawang adalah bebangkit, suci asoroh, aturan adandanan, Salaran atau tegen-tegenan, canang lenge wangi dan burat wangi.
Semua banten di atas semuanya mengandung simbol.
Triguna (2000 : 35) memaparkan bahwa paling tidak ada empat peringkat simbol, yaitu : (1) simbol konstruksi yang berbentuk kepercayaan dan merupakan inti dari agama, (2) simbol evaluasi berupa penilaian moral yang sangat erat dengan nilai, norma, dan aturan, (3) simbol kognisi berupa pengetahuan yang dimanfaatkan manusia untuk memperoleh pengetahuan tentang realitas dan keteraturan agar manusia lebih memahami lingkungannya, (4) simbol ekspresi berupa pengungkapan perasaan. Banten di hadapan pemuput adalah suci, peras, lis, sesayut prayascita, byakala, durmangala, toya, serta inum-inuman (arak-berem), sibuh pepek, buu kameligi, teenan, payuk pengelukatan.
Ritual caru labuh gentuh memiliki beberapa rerajahan yang
dipakai dalam membuat pengideran. Rerajahan sebagai bagian ritus dalam upacara ritual caru labuh gentuh berupa lukisan aksara suci yang ada di dalamnya. Tidak sembarang orang dapat membuatnya. Penulisan huruf suci ini tidak semata memerlukan keahlian dari si pembuatnya, tetapi idealnya dikerjakan oleh orang suci, yakni orang yang sudah menjalankan inisiasi melalui upacara diksa (setidak-tidaknya dalam kegiatan menyakralkan dan memberikan nilai gaib pada aksara suci) (Suweta, 2006 : 338 - 346). Dalam pelaksanaan kegiatan ritual caru labuh gentuh yang
membuat rerajahan adalah orang yang sudah melaksanakan diksa, yaitu Ida Pedanda.
Caru labuh gentuh dasarnya adalah caru manca sanak. Ida
Resi Bujangga Waisnawa Kertha Bhuana menyatakan dasarnya caru manca sanak dengan dilengkapi dengan hal- hal sebagai berikut:
1) Ngewangun sanggah tawang rong tiga, dihaturkan suci
laksana petang soroh, mecatur wedyaghana, panca saraswati
ring kiwa-tengen, citra gatra siwa bahu, pucuk bahu, papada,
dewa-dewi, tegen-tegenan bebek- ayam, sesantun gede, saji
petang soroh, rantasan kalih pradeg, peras ajuman kalih,
bebek 16 ekor, sesantun sabuatan arthania 1.600 utama.
2) Di panggungan, bebangkit agung makaras kalih, selam kapir, ulam bebek putih jambul saha dangsil apasang, tumpeng lelima jangkep seruntutania, soroh jangkep, pagenian ring sor.
3) Sebagai dasar caru adalah manca sanak winangun urip.
Olahannya ketengan sesuai dengan warna pangideran
dilengkapi dengan karangan, gelar sanga, bakaran masingmasing asiki, cau dandan, takep-takepan.
4) Caru ring sor menghadap
1) Ke timur sapi winangun urip olahannya 55
2) Di selatan manjangan winangun urip olahanya 99
3) Di barat kijang winangun urip olahannya 77
4) Di utara kucit butuhan winangun urip olahannya 44
5) Di tenggara luwak winangun urip olahannya 88 tanpa
bebangkit
6) Di barat daya asu bang bungkem winangun urip olahannya
33
7) Di barat laut irengan winangun urip olahannya 22
Di timur laut kambing winangun urip olahannya 66
9) Urdah angsa winangun urip olahannya asiki disertai
bebangkit.
10) Madya kebo winangun urip olahannya 88
11) Ardah banyak winangun urip olahannya 55 disertai
bebangkit (wawancara, 28 Juni 2014).
Dumogi ๐ข๐ช๐ท๐ฐ ๐๐๐ช๐ท๐ฐ ๐๐ช๐ฐ๐ช๐ฝ๐ท๐ช๐ฝ๐ฑ๐ช menganugrahkan keharmonisan, keserasian, dan kerahayuan Jagat Alam Semesta.
๐ฝ๐๐๐๐๐ ๐ฒ๐๐๐ ๐ญ๐๐๐...๐ฝ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐๐๐ ๐ต๐๐๐๐ ๐ญ๐๐๐ ๐ฅ๐ถ๐๐ถ๐ ๐ฉ๐๐๐ถ๐๐๐ถ๐๐ถ ๐ฅ๐ถ๐๐ถ๐๐น๐ฝ๐พ๐๐ถ ...๐ฝ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐
Reference
1. Image : kompilasi dari berbagai sumber @ https://www.google.com/ dan @ 2020 Google Earth Pro
2. Dr. Drs. I Wayan Sukabawa, S.Ag., M.Ag. 2018. Teo-Ekologi Caru Labuh Gentuh di Bali. IHDN PRESS.