Karma Phala Merupakan Hukum Universal
Dalam melangsungkan kehidupan, maka kita senantiasa melakukan bermacam-macam gerak dan aktivitas. Gerak dan aktivitas yang kita laksanakan itu pada umumnya untuk memenuhi segala kepuasan dan kenikmatan hidupnya secara lahir dan bhatin, yang disesuaikan dengan pandangan dan kebutuhan hidup masing-masing. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut dengan karma. Menurut hukum sebab akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikian pulalah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau phala seperti buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Karma phala ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keadaan hidup seseorang. Karena karma phala itulah yang menentukan bahagia atau menderitanya hidup seseorang, baik dalam masa hidup didunia ini, diakhirat maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Nasib seseorang tergantung pada karmanya sendiri. Barang siapa yang berbuat baik akan mengalami kebahagiaan, yang berbuat jahat akan mendapat hukuman. Apa saja yang dibuatnya, begitulah hasilnya. Apa yang ditanam begitulah tumbuhnya. Menanam padi tentu tumbuhnya padi.
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI KLIK DISINI
Pengaruh hukum karma itu pulalah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak seseorang. Oleh karena karma itu bermacam-macam jenisnya dan tak terhitung banyaknya. Maka watak seseorang pun beraneka macam pula ragamnya. Karma yang baik menciptakan watak yang baik dan karma yang buruk akan mewujudkan watak yang buruk pula. Segala macam karma yang kita lakukan akan selalu tercatat dalam alam pikiran kita. Yang kemudian akan menjadi watak dan berpengaruh terhadap Atma atau Roh.
Hasil dari perbuatan itu tidak selalu langsung dapat kita rasakan dan kita nikmati, seperti halnya tangan yang menyentuh es akan seketika terasa dingin, namun menanam padi harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa menikmati hasilnya. Setiap karma akan meninggalkan bekas, ada bekas yang nyata, ada bekas dalam angan-angan dan ada juga yang abstrak. Oleh karena itu hasil perbuatan atau phala karma yang tidak sempat kita nikmati pada saat berbuat atau pada kehidupan sekarang maka akan kita nikmati setelah meninggal dan pada kehidupan yang akan datang.
Hukum Karma yang mempengaruhi seseorang bukan saja akan dinikmatinya sendiri, namun akan diwarisi juga oleh para sentananya atau keturunannya. Misalnya seseorang yang hidupnya mewah dari hasil menghalalkan segala cara, namun setelah orang itu meninggal dunia, kekayaannya diwarisi oleh para sentananya, maka tidak jarang para sentananya mempunyai watak yang akan mewarisi watak purusanya atau leluhurnya. Sehingga kekayaan tersebut tidak akan bertahan lama untuk dinikmatinya dan pada akhirnya akan jatuh miskin, melarat dan menderita. Adanya suatu penderitaan dalam kehidupan ini walaupun seseorang selalu berbuat baik (subha karma), hal itu disebabkan oleh karmanya yang lalu (sancita karma phala), terutama karma yang buruk harus dinikmati hasilnya sekarang, karena tidak sempat dinikmati pada kehidupannya yang terdahulu, sehingga mengakibatkan neraka cyuta (kelahiran dari neraka). Begitu pula sebaliknya seseorang yang selalu berbuat tidak baik (asubha karma) namun hidupnya nampak bahagia, hal itu dikarenakan pada kehidupannya yang terdahulu ia memiliki phala karma yang baik karena ia merupakan kelahiran dari surga (swarga cyuta), akan tetapi perbuatan buruknya dalam kehidupan sekarang bisa dinikmati pada kehidupan sekarang, bisa juga dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita untuk senantiasa selalu dan selalu berbuat kebajikan, berjalan diatas dharma (kebenaran) sesuai dengan ajaran agama yang kita anut, semoga Hyang Widhi selalu memberikan waranugraha-Nya pada kita semua.
Itulah sebabnya mengapa Hukum Karma Phala dikatakan sebagai hukum yang bersifat universal, karena tidak ada seorangpun dan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa terbebas dari hukum ini. Untuk memperoleh phala karma yang baik hendaknyalah kita memperbanyak berkarma yang baik, dan pada akhirnya kita mampu melepaskan diri dari penderitaan atau samsara (kelahiran yang berulang-ulang) menuju kebahagiaan yang abadi (Sat Cit Ananda) yaitu bersatunya Sang Atman dengan Brahman.
Pengaruh hukum karma itu pulalah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak seseorang. Oleh karena karma itu bermacam-macam jenisnya dan tak terhitung banyaknya. Maka watak seseorang pun beraneka macam pula ragamnya. Karma yang baik menciptakan watak yang baik dan karma yang buruk akan mewujudkan watak yang buruk pula. Segala macam karma yang kita lakukan akan selalu tercatat dalam alam pikiran kita. Yang kemudian akan menjadi watak dan berpengaruh terhadap Atma atau Roh.
Hasil dari perbuatan itu tidak selalu langsung dapat kita rasakan dan kita nikmati, seperti halnya tangan yang menyentuh es akan seketika terasa dingin, namun menanam padi harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa menikmati hasilnya. Setiap karma akan meninggalkan bekas, ada bekas yang nyata, ada bekas dalam angan-angan dan ada juga yang abstrak. Oleh karena itu hasil perbuatan atau phala karma yang tidak sempat kita nikmati pada saat berbuat atau pada kehidupan sekarang maka akan kita nikmati setelah meninggal dan pada kehidupan yang akan datang.
Hukum Karma yang mempengaruhi seseorang bukan saja akan dinikmatinya sendiri, namun akan diwarisi juga oleh para sentananya atau keturunannya. Misalnya seseorang yang hidupnya mewah dari hasil menghalalkan segala cara, namun setelah orang itu meninggal dunia, kekayaannya diwarisi oleh para sentananya, maka tidak jarang para sentananya mempunyai watak yang akan mewarisi watak purusanya atau leluhurnya. Sehingga kekayaan tersebut tidak akan bertahan lama untuk dinikmatinya dan pada akhirnya akan jatuh miskin, melarat dan menderita. Adanya suatu penderitaan dalam kehidupan ini walaupun seseorang selalu berbuat baik (subha karma), hal itu disebabkan oleh karmanya yang lalu (sancita karma phala), terutama karma yang buruk harus dinikmati hasilnya sekarang, karena tidak sempat dinikmati pada kehidupannya yang terdahulu, sehingga mengakibatkan neraka cyuta (kelahiran dari neraka). Begitu pula sebaliknya seseorang yang selalu berbuat tidak baik (asubha karma) namun hidupnya nampak bahagia, hal itu dikarenakan pada kehidupannya yang terdahulu ia memiliki phala karma yang baik karena ia merupakan kelahiran dari surga (swarga cyuta), akan tetapi perbuatan buruknya dalam kehidupan sekarang bisa dinikmati pada kehidupan sekarang, bisa juga dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita untuk senantiasa selalu dan selalu berbuat kebajikan, berjalan diatas dharma (kebenaran) sesuai dengan ajaran agama yang kita anut, semoga Hyang Widhi selalu memberikan waranugraha-Nya pada kita semua.
Itulah sebabnya mengapa Hukum Karma Phala dikatakan sebagai hukum yang bersifat universal, karena tidak ada seorangpun dan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa terbebas dari hukum ini. Untuk memperoleh phala karma yang baik hendaknyalah kita memperbanyak berkarma yang baik, dan pada akhirnya kita mampu melepaskan diri dari penderitaan atau samsara (kelahiran yang berulang-ulang) menuju kebahagiaan yang abadi (Sat Cit Ananda) yaitu bersatunya Sang Atman dengan Brahman.
- CARA SIMPLE MENDAPATKAN PENHASILAN HARIAN DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
berikut sloka yang mendukung keberadaan karma phala tersebut
dalam Slokantara sloka 13 disebutkan bahwa:
Artha grhe niwartante smasane mitrawandhawah,
sukrtam duskrtam caiwa chayawadanugacchati
Artinya:
kekayaan itu hanya tertinggal di rumah setelah kita meninggal dunia, kawan - kawan dan sanak keluarga hanya mengikuti sampai dikuburan. hanya karmalah yaitu perbuatan baik atau buruk itu yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya.
disini dikatakan bahwa bukan kekayaan dan bukan keluarga, tetapi karma (perbuatan baik buruk) yang setia mengikuti kita sampai ke akhirat. untuk itu ini dapat dibandingkan dengan Kitab Niti Sastra III.2 yang berbunyi:
sadrunikanang artha ring greha hilangnya, tan hana winawanya yan pejah.
ikang mamidara swa wandhu, surud ing pamasaran umulih padang ngis
gawe hala hajeng, manuntun angiring, manuduhaken ulah tekeng tekan.
kalinganika ring dadi wwang i sedeng hurip angulaha dharma sadhana.
Artinya:
tempat terakhir dari harta (benda) kekayaan itu ialah sampai dirumah saja, tidak dapat dibawa jika kita mati, orang yang melayat dan keluarga sendiri mengantarkan sampai dikuburan, lalu pulang sambil menangis. hanya pekerjaan buruk atau baik yang akan membawa kita ke akhirat. oleh karena itu kita sementara hidup sebagai manusia haruslah berbuat kebajikan sebagai alat untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia baka.
dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 32 disebutkan juga sebagai berikut:
A dhumagrannivarttante jnatayah saha bandhavih
yena taih saha gantavayam tat karma sukrtam kuru
Artinya:
adapun semua sanak keluarga itu hanya sampai di pembakaran (di kuburan) batasnya mengantar. adapun yang ikut sabagai teman jika kita ke alam baka ialah perbuatan baik atau buruk itu jua adanya. oleh karena itu berusahalah berbuat baik yang akan merupakan sebagai sahabat yang akan menuntun jiwamu ke alam baka kelak.
BACA JUGA
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah
dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 33 disebutkan sebagai berikut:
mrtam sariramutsrjaya kastalostasaman anah,
muhurttamuparudyatha tato yanti paranmukhah, rudyatha.
Artinya:
pada saat kematian, tinggallah jasmani yang tak berguna ini yang pasti akan dibuang tak bedanya dengan pecahan periuk. nah itulah yang dipeluk, diratapi oleh keluarga untuk sementara waktu dan pada akhirnya mereka akan meninggalkannya juga. hanya itulah yang dapat dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. maka dari itu usahakanlah berbuat dharma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam kehidupan dengan kebebasan abadi.
dalam Slokantara sloka 14 disebutkan bahwa:
balo yuwa ca wrddhasca yatkaroti subhasubham,
tasyam tasyamawasthayam bhukte janmani - janmani.
Artinya:
sebagai seorang anak kecil, sebagai pemuda dan sebagai orang tua, setiap manusia itu akan memetik hasil segala perbuatannya yang baik atau yang buruk di kelahiran yang akan datang pada tingkat umur yang sama.
dalam Kekawin Arjuna Wiwaha XII.5 disebutkan bahwa:
hana mara janma tanpapihutang brata yoga tapa.
angentul aminta wiryya, sukhanning widhi sahasika,
binali kaken puri hnika lewih, tinemunya lara,
sinakitaning rajah tamah inandehaning prihantin.
Artinya:
ada juga orang yang tidak berbuat kebajikan sama sekali, tidak mempihutangkan brata yoga tapa. pongah saja ia memaksa - maksa meminta kebahagiaan dan kekuasaan, seolah - olah hendak memaksa dengan kekerasan agar permohonannya itu dipenuhi. akhirnya malah nasibnya dibalikkan dan yang diperolehnya adalah kesengsaraan dan derita belaka. kesedihan akan dideritanya akibat kekuatan rajah dan tamah (nafsu dan kebodohan) yang menyakiti badan dan jiwanya.
Demikian sekilas Karma Phala yang merupakan Hukum Universal, semoga bermanfaat.
Sumber : cakepane.blogspot.com
berikut sloka yang mendukung keberadaan karma phala tersebut
dalam Slokantara sloka 13 disebutkan bahwa:
Artha grhe niwartante smasane mitrawandhawah,
sukrtam duskrtam caiwa chayawadanugacchati
Artinya:
kekayaan itu hanya tertinggal di rumah setelah kita meninggal dunia, kawan - kawan dan sanak keluarga hanya mengikuti sampai dikuburan. hanya karmalah yaitu perbuatan baik atau buruk itu yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya.
disini dikatakan bahwa bukan kekayaan dan bukan keluarga, tetapi karma (perbuatan baik buruk) yang setia mengikuti kita sampai ke akhirat. untuk itu ini dapat dibandingkan dengan Kitab Niti Sastra III.2 yang berbunyi:
sadrunikanang artha ring greha hilangnya, tan hana winawanya yan pejah.
ikang mamidara swa wandhu, surud ing pamasaran umulih padang ngis
gawe hala hajeng, manuntun angiring, manuduhaken ulah tekeng tekan.
kalinganika ring dadi wwang i sedeng hurip angulaha dharma sadhana.
Artinya:
tempat terakhir dari harta (benda) kekayaan itu ialah sampai dirumah saja, tidak dapat dibawa jika kita mati, orang yang melayat dan keluarga sendiri mengantarkan sampai dikuburan, lalu pulang sambil menangis. hanya pekerjaan buruk atau baik yang akan membawa kita ke akhirat. oleh karena itu kita sementara hidup sebagai manusia haruslah berbuat kebajikan sebagai alat untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia baka.
dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 32 disebutkan juga sebagai berikut:
A dhumagrannivarttante jnatayah saha bandhavih
yena taih saha gantavayam tat karma sukrtam kuru
Artinya:
adapun semua sanak keluarga itu hanya sampai di pembakaran (di kuburan) batasnya mengantar. adapun yang ikut sabagai teman jika kita ke alam baka ialah perbuatan baik atau buruk itu jua adanya. oleh karena itu berusahalah berbuat baik yang akan merupakan sebagai sahabat yang akan menuntun jiwamu ke alam baka kelak.
BACA JUGA
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali
Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah
dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 33 disebutkan sebagai berikut:
mrtam sariramutsrjaya kastalostasaman anah,
muhurttamuparudyatha tato yanti paranmukhah, rudyatha.
Artinya:
pada saat kematian, tinggallah jasmani yang tak berguna ini yang pasti akan dibuang tak bedanya dengan pecahan periuk. nah itulah yang dipeluk, diratapi oleh keluarga untuk sementara waktu dan pada akhirnya mereka akan meninggalkannya juga. hanya itulah yang dapat dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. maka dari itu usahakanlah berbuat dharma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam kehidupan dengan kebebasan abadi.
dalam Slokantara sloka 14 disebutkan bahwa:
balo yuwa ca wrddhasca yatkaroti subhasubham,
tasyam tasyamawasthayam bhukte janmani - janmani.
Dagang Banten Bali |
Artinya:
sebagai seorang anak kecil, sebagai pemuda dan sebagai orang tua, setiap manusia itu akan memetik hasil segala perbuatannya yang baik atau yang buruk di kelahiran yang akan datang pada tingkat umur yang sama.
dalam Kekawin Arjuna Wiwaha XII.5 disebutkan bahwa:
hana mara janma tanpapihutang brata yoga tapa.
angentul aminta wiryya, sukhanning widhi sahasika,
binali kaken puri hnika lewih, tinemunya lara,
sinakitaning rajah tamah inandehaning prihantin.
Artinya:
ada juga orang yang tidak berbuat kebajikan sama sekali, tidak mempihutangkan brata yoga tapa. pongah saja ia memaksa - maksa meminta kebahagiaan dan kekuasaan, seolah - olah hendak memaksa dengan kekerasan agar permohonannya itu dipenuhi. akhirnya malah nasibnya dibalikkan dan yang diperolehnya adalah kesengsaraan dan derita belaka. kesedihan akan dideritanya akibat kekuatan rajah dan tamah (nafsu dan kebodohan) yang menyakiti badan dan jiwanya.
Demikian sekilas Karma Phala yang merupakan Hukum Universal, semoga bermanfaat.
Sumber : cakepane.blogspot.com