Minggu, 13 Desember 2020

Lahir Melik Bukan Kutukan, Anugerah yang Berisiko, Ini Penjelasannya

 








BALI EXPRESS, DENPASAR - Seseorang yang terlahir Melik, konon terbatas dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan, kerap dinilai tak berumur panjang. Kenapa disebut Melik, apakah anugerah atau sebaliknya?

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Begitu banyak mitos di masyarakat yang memaparkan tentang kelahiran dengan kondisi Melik. Dalam lontar Purwa Gama menjelaskan, seseorang yang terlahir dengan kondisi Melik memiliki rerajahan tertentu yang dibawanya sejak lahir. Rerajahan yang umumnya berbentuk senjata para dewa itu dikatakan akan menyebabkan kematian.



Melik merupakan suatu anugerah energi ketuhanan atau energi kesidhian yang dibawa seseorang karena karma yang dibawanya ke kehidupan saat ini.


Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa menjelaskan, umumnya mereka yang terlahir Melik memiliki energi kesidhian jauh lebih besar dibanding mereka yang terlahir biasa. Hal itu bisa disebabkan karena karma. “Ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena memang anugerah yang diturunkan begitu saja padanya, atau bisa juga di kehidupan sebelumnya dia penekun spiritual yang bisa berlatih prana atau yoga, sehingga ketika reinkarnasi kembali ia terlahir membawa energi yang sama,” ungkap
sulinggih dari Griya Mengwi ini.


Secara kasat mata, lanjutnya, sangat susah mengetahui apakah seseorang terlahir Melik atau tidak, karena mereka yang terlahir Melik secara fisik tak ada perbedaan berarti dibanding orang kebanyakan. Dalam lontar Purwa Gama, terdapat beberapa caciren atau ciri – ciri seseorang dikatakan Melik, diantaranya memiliki tanda lahir berupa rerajahan senjata para dewa.

“Tanda lahirnya berbentuk gatra, cakra, trisula, dan masih banyak lagi. Nah kadang tak hanya berbentuk senjata para dewa, rerajahan tersebut juga berbentuk unsur seperti api air dan unsur Panca Mahabhuta lainnya," terangnya.



Dikatakannya, ada beberapa kasus di mana tanda lahir tersebut justru tak dibawa hingga dewasa. "Maka itu para ibu harus teliti memperhatikan anaknya, apakah Melik atau tidak. Karena semakin cepat mengetahui seseorang terlahir Melik semakin cepat bisa Mabayuh,” ujarnya.


Dalam lontar Purwa Gama juga dijelaskan, anak yang terlahir Melik dicirikan juga dengan kondisi ketika lahir terlilit dengan tali pusar, ada juga yang terlahir dengan memiliki usehan lebih dari satu.


Mereka yang Melik juga dicirikan dengan memiliki rambut yang gimbal serta memiliki warna lidah yang berbeda, seperti ada warna kehitaman pada daun lidah. “Ciri – ciri seseorang dikatakan Melik itu relatif, kadang ada yang hanya memiliki salah satunya contohnya terlahir dengan tali pusar yang melilit. Ada juga yang memiliki ciri itu hingga dua atau lebih ciri yang disebutkan dalam lontar,” ungkapnya.

Sulinggih yang sangat gemar dengan sepakbola ini, memaparkan, seseorang yang terlahir Melik biasanya terbawa karena karma yang ia bawa dari kehidupan sebelumnya. “Mereka yang terlahir Melik biasanya orang – orang pilihan. Kalau masyarakat umum bilang Melik itu memiliki Sixsenses atau orang dengan indra keenam. Bisa saja di kehidupan yang dulu orang tersebut memiliki karma yang bagus, bisa juga dia seorang spiritualis,” ujarnya.


Sulinggih berperawakan tinggi ini juga menjelaskan, mereka yang terlahir Melik sangat riskan, memiliki umur yang pendek. “Memang rata – rata ia yang terlahir dengan anugerah itu umurnya pendek. Malah tak jarang penyebab kematiannya karena salah pati. Tapi hal itu bisa dinetralisasi dengan melaksanakan upacara Mabayuh,” ungkapnya.


Mabayuh merupakan sebuah upacara yang bertujuan untuk menetralisasi kekuatan negatif dan mensinergikan energi yang ada pada Bhuana Agung serta Bhuana Alit. “ Mereka yang Melik, energi mereka justru berkebalikan dengan energi alam atau Bhuana Agung yang seharusnya bersinergi. Karena itu jika tidak Mabayuh akan berbahaya,” ungkapnya.


Ketika ditanya apakah ada tata cara tertentu merawat anak dengan kelahiran Melik? Ayah dari dua orang anak ini, mengungkapkan, memiliki anak dengan kelebihan memang harus lebih telaten. “Kalau larangan khusus tidak ada, hanya saja memang cara memperlakukan mereka yang lahir Melik agak sedikit berbeda,” ujarnya. Menurutnya, berbeda yang dimaksudkan adalah dengan menjaga perilaku serta pola hidup si anak. “Mereka yang terlahir dengan kelebihan itu biasanya memiliki atman yang setingkat lebih suci, ibaratnya dia sudah bersih. Nah untuk itu harus ekstra dijaga. Dari pola makannya, perilakunya, dan pola pikirnya,” ungkapnya.


Lebiih jauh ia menjelaskan, jika memiliki anak yang terlahir Melik, orang tuanya harus sering mengajaknya malukat, untuk makanan sebisa mungkin mengurangi daging yang berkaki empat, khususnya sapi, babi ataupun kambing. “Makanannya harus dijaga, jangan bermain ke tempat – tempat yang dianggap tenget dan harus lebih banyak sembahyang dan belajar ilmu agama,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa orang tua yang memiliki anak yang terlahir Melik, bukanlah sebuah kutukan, Melik itu anugerah.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

"Melik itu sebuah anugerah yang berisiko. Namun, risiko itu dapat ditanggulangi dengan cara Mabayuh. Kalau ada yang bilang Melik dapat dihilangkan itu salah. Melik tidak dapat dibuang atau dihilangkan, namun energinya dapat dinetralkan. Makanya harus rajin malukat, rajin sembahyang," terangnya. Bagi orang tua, lanjutnya, agar memperhatikan anaknya dengan teliti dan mengenali tanda tandanya. Bila diketahui Melik agar segera mebayuh agar tidak terlambat.

(bx/tya/rin/yes/JPR)

- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar

Pura Perjuangan,Tonggak Sejarah Perjuangan Warga Sumberklampok

 






PALINGGIH: Pura Perjuangan di Desa Sumberklampok, Buleleng, dan Jro Mangku Ketut Kasih. (Dian Suryantini/Bali Express)

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

SINGARAJA, BALU EXPRESS-Berdirinya Pura Perjuangan pada tahun 1991 di Banjar Sumberbatok, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tidak terlepas dari sejarah terbentuknya desa. 


Sejauh yang bisa ditelusuri, Desa Sumberklampok disebut berawal dari tahun1922. Ketika itu kawasan tersebut masih hutan belantara dan belum berpenghuni. 





DI masa penjajahan Belanda kala itu, datang orang Belanda benama AW Remmert bermaksud membuka hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa di hutan Bali Barat. 


“Awalnya AW Remmert terdampar di sebuah pulau yang bernama Pulau Menjangan dan berlabuh ke teluk yang kemudian disebut dengan Teluk Terima,” tutur Jro Mangku Ketut Kasih, Pemangku Pura Perjuangan Desa Sumberklampok, kemarin.

AW Remmert yang dibantu para pekerjanya dari Pulau Madura sebanyak sekitar 62 orang pekerja, lanjutnya, kemudian membuka hutan. Setelah hutan dibuka, lalu ditanami kelapa, pisang, dan tanaman rempah. Daerah itu pun diberi nama Gedebung Bunyu. 

Ternyata tidak hanya AW Remmert yang membuka hutan, Johan J.Powneel dan Gerrit Van Schermbeek, juga ikut membuka hutan untuk menjadikan kawasan tersebut areal perkebunan kelapa dan kapuk. 

Kemudian sekitar tahun 1930, izin perkebunan (Persil Onderneming) pun diberikan Pemerintah Belanda. “Pada saat Jepang menjajah Indonesia setelah Belanda, dan merusak semua tatanan pemukiman yang ada. Bahkan, diharuskan menggunakan karung goni, sampai mengonsumsi singkong setiap harinya, dan saat itu juga terjadi wabah malaria hebat,” tuturnya.

Kondisi tersebut tidak jauh berubah setelah Indonesia merdeka, semua perkebunan dikuasai perusahaan-perusahaan perkebunan yang mengelola, dan beberapa pergantian perusahaan perkebunan, hingga yang terakhir mengelola yakni PT Margarana dan Dharma Jati. 

Kondisi itu akhirnya membuat masyarakat merasa terusir secara pelan-pelan, serta dibatasinya lingkup jangkauan masyarakat, seperti pada bidang pertanian dan kesejahteraannya. Terlebih setelah Indonesia merdeka, semakin tahun akhirnya banyak penduduk berdatangan, seperti dari daerah Madura, Banyuwangi, Pulau Nusa, dan Karangasem. 



Terkait perubahan nama Gedebung Bunyu menjadi Sumberklampok, dikatakan Jro Mangku Ketut Kasih, itu terkait dengan nama Gedebung Bunyu yang dinilai tidak membawa berkah, dan dirasa akan memengaruhi kehidupan masyarakatnya. 

Sedangkan pemilihan nama Sumberklampok sebagai pengganti nama desa sebelumnya, dikarenakan banyaknya pohon Jambu Klampoak yang tumbuh, dan dibawahnya terdapat sumber mata air yang sering dikonsumsi warga, serta digunakan untuk keperluan sehari-hari, walaupun rasa airnya agak payau.

Penghapusan nama Gedebung Bunyu itu terjadi pada tahun 1991, saat kepemimpinan Gubernur Bali Ida Bagus Oka. Sedangkan seluruh masyarakat yang tidak berasal dari desa tersebut, diminta untuk kembali ke daerah asalnya. 

Saat itu, tanah peninggalan Belanda yang sudah dikuasai masyarakat, juga diajukan ke Agraria Pusat. “Dahulu yang asalnya dari luar desa dikembalikan. Yang dari Madura, pulang ke Madura. Yang dari Nusa balik ke Nusa. Karena tanah peninggalan Belanda atau tanah AGEO ini sudah dikuasai warga desa,” jelasnya. 

Karena itulah, keberadaan Pura Perjuangan disebut menjadi bukti perjuangan masyarakat Desa Sumberklampok untuk memperjuangkan tanah yang mereka tempati hingga kini. 

Menariknya, disebutkan jika dahulunya dalam satu banjar, warga di Sumberklampok terdata di dua desa berbeda, yakni Desa Sumberkima dan Pejarakan. Untuk warga yang beragama Hindu, mereka masuk ke dalam Desa Sumberkima. Sedangkan warga beragama Islam masuk ke Desa Pejarakan. 

Namun, dengan berjalannya waktu, dan atas saran pemuka masyarakat, maka pada tahun 1967 untuk pertama kalinya diadakan pemilihan kepala desa. Bahkan, pada 1 Juni 1967, Desa Sumberklampok diakui menjadi sebuah desa, dengan kepala desa pertama bernama Pawiro Sentono. 

Sejak saat itu mulai dibangun gedung sekolah dasar, kantor desa, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, sejak saat itu pula, pemerintah mulai melihat keberadaan Desa Sumberklampok dengan mendatangkan sumbangan untuk pembangunan desa. 

Sedangkan saat ini secara administratif Desa Sumberklampok dibagi menjadi tiga dusun, yakni Tegal Bunder, Sumberklampok, dan Sumberbatok. Sedangkan satu banjar, yaitu Teluk Terima menjadi satu dusun dengan Sumberbatok.

(bx/dhi/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/11/15/224798/pura-perjuangantonggak-sejarah-perjuangan-warga-sumberklampok

Makna dan Kisah Mistis Dibangunnya Tugu Singa Ambara Raja

 






SINGA : Tugu Singa Ambara Raja dibangun di depan Kantor Bupati Buleleng, Singaraja. (Dian Suryantini/Bali Express)





SINGARAJA, BALI EXPRESS-Tugu Singa Ambara Raja, bukan sekadar patung yang jadi ikon Kota Singaraja. Namun, dibangun dan dikonsep detail oleh tim khusus di masa lalu.


Berdasarkan buku yang disusun almarhum Ketut Ginarsa, diceritakan pada 16 Februari 1968 Bupati Buleleng kala itu Hartawan Mataram, membentuk panitia peneliti sejarah untuk menggali dan meneliti sejarah lahirnya Kota Singaraja, yang berujung dengan dibangunnya Tugu Peringatan Singa Ambara Raja, yang juga menjadi lambang daerah Kabupaten Buleleng. 






Panitia peneliti sejarah saat itu diketuai langsung Bupati Hartawan Mataram. Sedangkan Ketua Harian Made Gelgel, serta penulis Sudjadi, dibantu beberapa orang anggota. 

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Sedangkan almarhum Ketut Ginarsa sendiri, merupakan salah seorang anggota tim peneliti sejarah. Kemudian dari hasil kajian sejarah serta masukan dari berbagai sumber, maka dapat dirumuskan sejarah berdirinya Kota Singaraja beserta lambangnya, yang disesuaikan dengan karakter, sejarah dan tipologi Buleleng yang cenderung keras, kreatiaf, inovatif, religius, cerdas dan berbudaya. 

Tidak itu saja, sumber satu dan yang lainnya dihubung-hubungkan, hingga terbentuklah sebuah lambang yang kemudian dapat diterima dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat Buleleng. 

Sedangkan panitia perencana lambang Kota Singaraja dibentuk Bupati Hartawan Mataram dengan Ketua Harian Gede Putu Rijasa, Wakil Ketua Nyoman Oka Api, Sekretaris Putu Kasta. Pelaksananya adalah Rokhim B.A.E, seniman Subroto dibantu undagi Made Rudita, serta beberapa anggota lainnya. 

Tugu Singa Ambara Raja akhirnya diplaspas (diresmikan dengan ritual), 5 September 1971, bertepatan dengan purnamaning sasih katiga. Adapun makna dari Tugu Singa Ambara Raja dapat dibedakan dalam dua katagori, yakni nasional dan daerah.

Tugu Singa Ambara Raja yang dilambangkan dengan Singa Bersayap, memiliki beberapa bagian. Meliputi bangunan tugu atau yupa berbentuk segilima, yang melambangkan falsafah negara Pancasila.

Kemudian Singa Ambara bersayap tujuh belas helai melambangkan tanggal atau hari Proklamasi. Lalu jagung gembal delapan helai melambangkan bulan yang ke delapan atau Agustus. Butir-butir jagung gembal berjumlah empat puluh lima butir melambangkan tahun proklamasi 1945. 

Jika semua lambang itu digabungkan, maka dapat diartikan sebagai jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila.

Sedangkan dalam makna daerah dijabarkan, Yupa atau padmasana segilima melambangkan dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Lalu arca Singa bersayap sebagai lambang daerah Kabupaten Buleleng yang terbentang dari timur ke barat. 

Buleleng atau jagung gembal yang dipegang tangan-tangan Singa Ambara sebagai lambang nama daerah, yakni Buleleng yang dipegang oleh Kota Singaraja. 

Moto Singa Ambara Raja melambangkan kelincahan dan semangat kepahlawanan rakyat Buleleng. Sembilan helai kelopak bunga teratai melambangkan sembilan kecamatan yang ada di Buleleng. Tiga ekor Gajah Mina melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kepandaian masyarakat Buleleng. Tiga buah permata yang memancar berkilau melambangkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan rakyat Buleleng. 



Sedangkan jumlah bulu sayap yang besar dan kecil 30 helai, yaitu sayap jajaran pertama berjumlah lima helai, sayap jajaran kedua berjumlah tujuh helai, sayap jajaran ketiga berjumlah delapan helai, serta sayap keempat berjumlah 10 helai, melambangkan tanggal lahirnya Kota Singaraja. 

Tiga buah tulang pemegang bulu sayap melambangkan bulan yang ketiga atau Maret, yaitu bulan lahirnya Kota Singaraja. Rambut, bulu gembal, dan bulu ekor singa yang panjang jumlahnya 1.604 helai, melambangkan tahun lahirnya Kota Singaraja.

Tugu Singa Ambara Raja menyimpan berbagai misteri yang hanya dapat ditangkap beberapa orang tertentu saja. Usai dilakukan pamlaspas, konon beberapa kejadian aneh di seputaran tugu sempat menjadi buah bibir rakyat Buleleng. 

Konon ketika itu seorang tentara yang bertugas jaga di Markas Komando Wilayah Pertahanan (Markowilhan) yang kini menjadi Kantor Bupati Buleleng, melihat patung singa tersebut bergerak dan berputar. 

Keanehan lain juga dilihat ibu Nuryati, warga Jalan Gajah Mada Singaraja, yang konon sempat melihat wajah Patung Singa Ambara Raja yang menyorotkan sinar hingga ke laut pantai utara. 

Berdasarkan cerita Nyoman Sutrisna, Bendesa Desa Pakraman Buleleng, ketika terjadi peristiwa Bom Bali I, mantan Kapolda Bali Mangku Pastika kala itu sempat memohon petunjuk di Tugu Singa Ambara Raja. Kala itu konon salah seorang pengantar beliau mendapat pewisik (petunjuk gaib), bahwa para teroris akan terungkap dalam tenggang waktu 42 hari, atau dalam istilah Bali abulan pitung dina. Namun belum genap 42 hari, gembong teroris Amrozi akhirnya tertangkap. 

“Pada saat muspa di Tugu Singa Ambara Raja, turunlah pawisik melalui Anak Agung Dammar yang saat ini bertempat tinggal di gria di Sukasada. Pawisik beliau menyarankan supaya due dari Ida Bhatara di (Pura) Dalem Ped diberikan dulu kepada Bapak Mangku Pastika yang berupa keris yang saat itu masih diemban anak dari mantan Kabag Humas Pemkab (Buleleng), Nyoman Suarta, yang bekerja di Kantor Pajak di Denpasar,” ucap Nyoman Sutrisna.

Setelah itu, lanjutnya, mereka melakukan pertemuan dan sembahyang di merajan beliau yang ada di Petemon.

"Nah saat di Petemon mereka melakukan ritual atau melakukan penyerahan pusaka berupa keris kepada Bapak Mangku Pastika yang langsung diserahkan Anak Agung Dammar. Pada saat itulah Nyoman Suarta juga mendapaat petunjuk, bahwa dalam tempo 42 hari atau abulan pitung dina kasus Bom Bali akan terungkap. Persis 40 hari setelah peristiwa Bom Bali I dan 40 hari berikutnya sisa lagi dua hari itu memang benar-benar terjadi, dimana peristiwa terbunuhnya Azhari,” tuturnya, pekan kemarin.

Secara niskala Tugu Singa Ambara Raja memang menyimpan aura magis. Menurut Nyoman Sutrisna, yang malinggih di Tugu Singa Ambara Raja adalah Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala.

“Yang malinggih Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala yang dikatakan hidup. Makanya ada gelanggang yang berisikan bendera merah putih yang bertiang bambu runcing. Menurut kesan diluar, terkadang ada orang besar yang membawa rantai berjalan-jalan,” ujarnya.

Sejak kepemimpinan Bupati Putu Bagiada, pemerintah berupaya membangkitkan kembali taksu Tugu Singa Ambara Raja melalui upacara padudusan alit, tepatnya pada 7 September 2006 lalu, bertepatan pada purnama sasih katiga. 

(bx/dhi/rin/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/12/03/228156/makna-dan-kisah-mistis-dibangunnya-tugu-singa-ambara-raja

Pencak Silat Si Tembak Pedawa Khusus Atraksi Upacara Yadnya

 





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

ATRAKSI: Sejumlah pemuda dan remaja Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng berlatih pencak silat. Sesepuh Pencak Silat Si Tembak Desa Pedawa, Wayan Tunas (insert) (Dian Suryantini/Bali Express)

SINGARAJA, BALI EXPRESS-Pencak Silat merupakan permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri.


Pencak silat juga diartikan gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan. Sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali, serta sering dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. 

Selain itu, pencak silat sebagai fitrah manusia untuk membela diri, dan sebagai unsur yang menghubungkan gerakan, dan pikiran (olah gerak dan olah pikir).


Dari beberapa definisi tersebut, maka Pencak Silat dapat diartikan sebagai hasil budaya manusia untuk membela, mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap lingkungan hidup, alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan. 

Di samping itu, olahraga tradisional ini juga lumrah dipentaskan untuk hiburan atau pertandingan.

Namun terkait Pencak Silat ini, khusus di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten, ternyata hanya dipentaskan tatkala ada upacara tertentu. Baik itu upacara manusia yadnya ataupun upacara yadnya lainnya. Namun, yang paling sering adalah pada saat pelaksanaan manusa yadnya. 

“Dahulu sudah ada Pencak Silat, bahkan sebelum saya lahir. Tapi tidak ditampilkan di hadapan umum atau dipertandingkan. Dahulu Pencak Silat itu hanya akan dipentaskan kalau ada upacara-upacara tertentu saja. Misalnya ketika ada yang tiga bulanan dan yang punya hajatan memiliki nazar untuk mementaskannya,” ujar sesepuh Pencak Silat Si Tembak Desa Pedawa, Wayan Tunas.



Pencak Silat di Desa Pedawa ini cukup menarik. Dilihat dari gerakannya, masih mempertahankan pakem-pakem terdahulu. Dari kuda-kuda, gaya menangkis, kelincahan memainkan senjata, seluruhnya sangat rapi. Para pesilat yang sudah terampil nampak tak pernah keluar dari pakem yang tegas saat tampil. 

“Semua gerakannya tidak ada yang berubah. Dari dahulu memang begitu. Itu turun-temurun, dan tidak boleh diubah. Gerakannya tegas. Itu kalau tampil di desa atau hajatan. Kalau sekarang kan sudah ada kompetisi ya. Kalau mau ikut, tentu harus mengikuti peraturan zaman sekarang. Itu beda lagi tekniknya, " ujarnya. 

Kalau tidak dilombakan atau bukan dalam sebuah kompetisi, lanjutnya, saat pentas Pencak Silat Pedawa harus tetap pada jalurnya.

Sekilas memang Pencak Silat ini nampak sama dengan Pencak Silat di daerah lain. Gambelan yang dipakai pun menggunakan Gong Kemong. Lengkap dengan Cengceng dan Kendang. 

Selain itu, sebelum pentas dihaturkan sesaji berupa Peras Daksina, Ajuman, dan Ajengan. Kemudian menghaturkan piuning di Pura Puseh Desa Pedawa dan Pura Munduk.

“Kalau yang itu sama saja. Cuma uniknya ya itu tadi, dahulu dipentaskan saat upacara yadnya saja. Kalau sebelum pentas harus mohon restu ke sungsungan Ida, supaya tidak terjadi sesuatu saat pentas,” imbuh Tunas.

Namun, diakui Tunas, tradisi Pencak Silat dalam kaitan upacara yadnya ini memang tidak tercatat dalam sumber-sumber lain, seperti lontar atau babad maupun yang lainnya.

Tradisi di Desa Pedawa mengalir secara turun-temurun yang disebarluaskan para leluhurnya. Karena begitu hormatnya warga Pedawa terhadap leluhur, hingga kini tradisi-tradisi yang berkembang masih terus dijaga dan tetap dilakukan menurut kepercayaan masyarakat setempat. 

“Tidak ada tercatat dalam sumber. Ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Dari para leluhur, terus kami menceritakan seperti itu, dan kami sebagai generasi penerus wajib menjaga dan melakukannya untuk keseimbangan alam,” terangnya. 

Memang zaman sekarang kalau tidak ada sumber yang jelas, lanjutnya, orang kadang tidak percaya. "Kami disini dengan segenap rasa, selalu yakin dan percaya bahwa apa yang kami lakukan, yang diwariskan leluhur itu untuk kebaikan. 

"Kami yakin pula ketika itu dilakukan, maka akan mendapat berkah. Entah itu berupa rezeki, kesehatan atau yang lainnya. Berkah itu tidak selalu tentang uang,” terangnya.



(bx/dhi/rin/JPR)

Muput Piodalan Alit di Merajan / Sanggah

 





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Byakaonan

Om sadnya astra Mpu sarining wisesa tepung tawar amunahaken segau anglusuraken mala petaka cuntake kabeh.

Durmanggala (Pangastawa)

Om indahta kita sang Kala Purwa, Sang Kala Sakti, Sang Kala Preta, Sang Kala Prajamuka, Sang Kala Ngulaleng, Sang Kala Karogan-Rogan ayua kita pati rorogani, ayuwe kita siligawe iki tadah sajinira penek lawan terasi bang iwak: (bawang jahe/antiga Bekasem /Ayam Ireng) yan manawi kirang tetadahan nira iki amet sarining daksina tukuken ring pasar agung kuwehan anak putun roang sira kinabehan aja sira kari ring kene den kedepsidhirastu Dang Guru Iswara.

Om kala byonamah swaha, Om Bhuta byo namah swaha

Om Durga byo namah swha, om Pisaca byo namah swaha.




Pengulapan (Pangastawa)

Om Mang, Ung Ang, Om Ang Ung Mang, Ah Ah

Om aksaram kertha buwana yadnya dirgayur

Trigunaatmakm Dewa dewi bakti dewam

Jagatnatha ya namah swaha




Prayascita (Pangastawa)

Om I Ba Sa Ta A sarwa mala prayascita ya namah

Om Sa Ba Ta A I sarwa pape petaka,

lara roga wigna prayascita ya namah

Om A Ta Sa Ba I sarwa klesa dasamala geleh pateleteh,

cuntaka prayascita ya namah

Om sidhi guru srongsat osat sarwa wigna winesanem.




Lis (Pangastawa)

Om pangadenganing janur kuning,

Siwa ringgiting guru

Tumurun utusan yang dewa Betara

Kalebataning sarwa dewata

Angilangaken sarwa mala, papa petaka

Geleh sarira

Om sidhirastu nama ciwaya.




Ngosokan Lis (Pengastawa)

Om mangadeg sira janur kuning

Tumurun Dewa Siwa angadaken lis

Busung mereka meringgit

Winastu denira dea siwa

Maeron sarwaning laluwes

Maweh ratna kumala intan,

mawat emas tanpetune,

Yate enggonan hulun angilangaken leteh letuh

Kasude denira Dewa Siwa

Waspu paripurna ya namah swaha




Ngastawa linggihang dewa di Palinggih/Sanggah

Om pranamya Dewa sang lingam

Sarwa dewata dewati dewanam

Tas malingga ya winamah.




Om Dewa nama maha Dewa mahat manem

Guna suwarem sarwe lingga ranityam

Tas malingga yainamah




Om Brahma lingga ya namah

Om Wisnu lingga ya namah


Om Iswara linga ya namah

Om nahadewa lingga ya namah

Om sada Ludra lingga ya namah

Om parama Siwa lingga ya namah

Om Sarwa Dewa parastista ya namah

Om sarwa dewa lingga sampurna ya namah.




Mendak Kepanggung di jaba (Baruna Astra)

Om paduka batara Baruna,

Manusanira anguntap anuwur paduka betara

Kapendak dening canang kawisan

Maduluran segehan panca warna wigraha

paduka Betara pada nodya serdah

paduka Betara melinggih ring parhyangan

sinarengan katurang pujawali ring Betara kinabehan




Ngayat segehan ring Natah Umah

Ih iki sang kala Bucari,

miwah bala amangan Betara,

iki atadah sehegan nira

ring natas soang soang,

ayuwe ta kita ngarubede,

Om sidhirastu ya namah.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI


Medatengan ring Sanggah

Om pranamya Dewa Sang lingam,

sarwa buha kala sirnam,

pranamya Siwa sirwatam,

sarwa jagat pramaditam.




Om hyang sari hyang Ratu,

miwah betara sami,

manusanira angutaraken sarining pamendak,

pasucian, sesarik, susur, keramas, lengewangi,

maduluran tingasan sapradeg,

katur ring padanira Batara kabeh,

toya pawitra pewasuhan tangan,

suku pangratan, malih paduka batara keatur Pejati pada prapta,

wigraha paduka betara,

pada nodya miwah angayap sari amukti sari.




Ngayab kawas pedatengan (angkat)

Om indahta kita sedan penyarikan,

miwah bala waduan Betara kinabehan

ajeg ajegta sira ajengan anglurah Agung Alit,

sinarengan keaturan segehe linggih,

iwak kawisan, pada ena kita ngelingan unggahanta

soang-soang pada anadah, anginum,

amukti sari kita asungane manusanira

dirghyusa paripurna

Om Ang Ah amerta ya namah

Ang Ung Mang Siwa amerta ya namah swaha.




Mapiuning Indik Piodalan.

Om paduka Betara Hyang Sari, Hyang Ratu,

Hyang Guru miwah paduka Betara kinabehan

iki manusa nira I.....................ngaturan piodalan

dening peras, sodan, daksina, pajrempenan udel kurenan,

guru iringan miwah saruntutannya.

Kaatur ring paduka Betara kinabehan.




Nganteb banten di pelinggih sami.

Om peramista peramisti paramarta namo namah

Adi Dewa isanaya nakarya namah swha

Om buktyantu sarwantu Dewa

Butyantu sri lokanatha

Segenah separa warha, suwarga sida sidhica.




Ngayab Banten Piodalan.

Om kara dyanta sang rudram

Guryam sakti pradipanam

Tarpana sarwa pujanam

Prasidyantu astu sidhinam

Sakaram nyan maha amerta

Omkara candra nyante namah

Namah nadha omkara amertha

Boktayet Dewa Sampurna

Om Hyang amuktiaken sari

Om Hynag pretama Hyang

Sama Hyang antinggala sari amerta Hyang
BACA JUGA
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali

Miwah sang butha Raksa

Lan Nyoman Sakti Pengadangan

Om Sidhi Hyang astu ya namah swaha.




Ngayab Banten Pangemped lan Soda aturan

Om pranamya baskara dewam Sarwa klesa winasanem

Prenamya ditya sarwatem

Bukit mukti sarwa paranem

Om sarwa baktem sampurna ya namah

Om ksma sampurna ya namah

Om treptyem ya namah

Om rang ringsah parama siwa aditya ya namah




Ngayab Penagi / Sesangi

Om paduka Hyang Sari, Hyang Ratu , miwah Betara kabeh,

iki manusa nira I... punagi ipun katawur mangkin marupa .....


Om dirga ayu werdi sakti karanam mertyu jaya sarwata


roga diksenem, kusta derestem kalesem, praba candra baswaram

Om mertyum jaya dewesya, yanamami karnu kertiyet,

dirgayusean suwe peptu, sambrama wijaya bawet.




Om iyate manggalam mertyu setala satru winasanem,

Kawiwesya rakte tayem, sarwa bawa bawat bawet.




Om eka sudha, dwitya sudha, tritya sudha, catur tya suda,

Panca wisudha, sad wisudha, sapta wisudha.

Om suda suda wariwastu tatastu astu ya namah.




Ngayab banten Sambutan durung ketus Gigi

Om kaki prajapati nini prajapati kemuandaningulun

angilangaken mala petakaning wong rare sane durung kepus

untu mangde tan nagletehin ring rat kabeh.

Om sidirastu sampurna ya namah.




Tri Sandya




Muspa (Ngaggem Panca Sembah).




Sembah puyung

Om atma tattwatma suddha mam swaha




Pesaksi ring Surya

Om Adityasya param jyotir

Rakto tejo namo’stute

Sweta pankaja madhyastha

Bhaskaraya nano’stute




Sembah Ketuju ring Istedewata

Om namo nama dewa adhisthanmaya

Sarwa wyapi wai siwaya

Padmasana eka pratistaya

Ardhanareswariya namo namah





Sembah Nunas panugrahan

Om anugraha manaoharam

Dewa datta nugrahakam

Arcanam sarwa pujanam

Namo sarwa nugrahakam

Dewa dewi mahasidhi

Laksmi siddhisca dirghayuh

Nirwighna sukha wrddisca

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI


Muspa ring Sanggar Tawang/Padmasana

Om aksam nirmalam sunyam

Guru dewa byomantaram

Siwa nirmalawiryanam

Rekto omnkara wijayam




Sembah Puyung

Om Dewa suksma parama cintyaya nama swaha

Om Santih, Santih, Santih, Om.




Tumuli masirat ring raga.

Om Ang Brahma-amrta ya namah

Om Ung Wisnu-amrta ya namah

Om Mang Iswara-ammrta ya namah




Akena bija.

Mantra bija.

Om Idham bhasman param guhyam, sarwa papa winasana ya, sarwa kalusa winasa ya, sarwa rogha winasana ya namah.

Ngremeki bija (mengaduk, di atas tangan)

Om bang Bamadwa guhya ya namah

Om Bhur Buwah Swah amrta ya namah.

Apasang bija.

ring sirah : Om Ing Isana ya namah

ring lelata : Om Tang tatpurusa ya namah

ring tangkah : Om Ang Aghora ya namah

ring bahu kanan : Om bang bamadewa ya nama

ring bahu kiri : Om Sang Sadya ya namah




Margiang Benang Tebus

Om purna candra purna bayu,

Den kadi langgengning surya candra

Teteping pageh bayu premanannya

Sang trimaggalaning yadnya

Anganti-nganti sabad rahayu

Ametuaken ratna kencana

Om sah osat ya namah swaha.




Pengaksama ring Dewa Betara

Om ksama swmam mahadewa

Sarwa prani hitangkarah

Mam moca sarwa papebyah

Palayaswa sadasiwa

Papoham papa karmham

Papatma papa sembawah,

Trahiman sarwa papebyah,

kanacin mama raksatu.

Ksantawya kayika dosah,

Ksantaowyo wacika mama,

Ksantawya manasa dosa,

Tatpramadat ksama swamam.




Hinaksaram hinapadam,

hinamantram tatwaca,

hina baktim hina werdhin,

sada siwo namo stute.




Mantrahinam kryahinam,

baktihinam maheswara,

yat pujinam mahadewa,

paripurnem tadastume.




Nyimpen Bajra.

Om Ang Ung mang,

Om Om namah,

Om apah teja bayu mulih sira

ring bayu sabda idep.

Ragane ketisin/siratan tirta x3 lan inem. (Wesesa, 2001:6-13) 


- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar

Pemilihan Hari Baik Untuk Pernikahan

  Pemilihan Hari Baik Untuk Pernikahan


Dibali, upaca pernikahan / pawiwahan sangatlah di sakralkan. karena dari sinilah seseorang akan memulai kehidupan barunya sesuai dengan tujuan agama dan tujuan pernikahan itu sendiri. berkenaan dengan hal tersebut diperlukan hari baik untuk memperlancar proses pernikahan serta pencapain tujuan yang dimaksud.

Adapun hari baik yang biasa digunakan dibali berdasarkan Wariga – Dewasa, dimana ada hari – hari yang sangat baik untuk melaksanakan upacara dan ada juga hari yang harus di.hindari dalam pelaksanaan upacara pernikahan tersebut.

Untuk lebih cepat dalam pemilihan Hari Baik Untuk melakukan upacara (rutual) Pernikahan, bisa dengan cara mencarinya langsung di kalender bali. adapun tips cepat mendapatkan Hari Baik Untuk Pernikahan atau oleh orang bali sering disebut dengan Dewasa Ayu Nganten, dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

Langkah Pertama, Perhatikan WUKU dari kalender bali tersebut. Wuku yang baik untuk melakukan/melangsungkan upacar pernikahan adalah Wuku.

Langkah kedua, perhatihan HARInya. sesuai wariga, hari yang direkomendasikan (harus) untuk melangsungkan upacara pernikahan adalah Hari: Senin, Rabu, Kamis dan Jumat. selain itu dilarang.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Langkah ketiga, perhatikan penanggalnya. Penanggal merupakan perhitungan hari yang dimulai setelah Tilem, sehingga setelah Tilem merupakan penanggal 1 dan seterusnya, dan berakhir pada Purnama (Penanggal ping 15). untuk upacara Pawiwahan/Nganten, diharuskan dilangsungkan pada tanggal 1, 2, 10 dan 13.

Langkah keempat, perhatikan "SASIH"nya atau Bulan. yang direkomendasikan untuk acara manusa yadnya dalam hal ini upacara pernikahan adalah di Sasih Ketiga, Kapat, Kalima, Kapitu dan Kedasa.

Bila terjadi atau dalam keadaan mendesak, sehingga sulit menentukan hari (dewasa ayu) terbaik, maka:

Pilihlah Dewasa Ayu yang Terbaik diantara yang terburuk

untuk pertimbangan lebih lanjut, silahkan baca beberapa hal berikut ini:
berikut hari baik yang biasa dipilih dalam rangkan pelaksanaan upacara Pernikahan / pawiwahan:

Usahakan, meksanakan ke-4 langkah diatas, dan bila memungkinkan usahakan cari yang bertepatan dengan dina "SUBACARA", yang merupakan dewasa ayu melakukan semua karya ayu.

Pernikahan menurut Sapta Wara;
  • Redite / Minggu = Buruk
  • Soma / Senin = Menemukan Kebahagiaan
  • Anggara / Selasa = Sengsara
  • Budha / Rabu = Sangat Baik
  • Wrespati / Kamis = Kinasihaning Jana
  • Sukra / Jumat = Berbahagia, Mewah
  • Saniscara / Sabtu = Percekcokan, sengsara
Agar rukun dan berbahagia, pilihlah ;
  • Hari “Senin Wage tanggal ping 1”, maka kerahayuan, kebahagiaan serta putra yang luih utama akan diperoleh.
  • Hari “Rabu Pon tanggal ping 10”, maka kebahagiaan akan menyelimuti keluarga anda.
Pemilihan Hari pernikahan berdasarkan Penanggal (dimulai setelah hari Tilem);

    = Menemukan kebahagiaan
    = Berkecukupan
    = Banyak keturunan
    = Suami lekas meninggal
    = Menemukan kebahagiaan, langgeng
    = menemui kesengsaraan
    = menemukan kerukunan
    = Sangat Buruk, menemukan kematian
    = Sangat Buruk, sangat sengsara
    = murah rejeki
    = serba kekurangan
    = menemukan kesusahan
    = mewah, berlimpah
    = sering cekcok, penuh dengan pertengkaran, keributan
    = sangat teramat buruk.

Pemilihan Hari Pernikahan Menurut Bulan / Sasih
  • Juli / Kasa Shrawana, = Buruk, anak sakit – sakitan
  • Agustus / Karo, Bhadrapada = Buruk, Sengsara
  • September / Katiga, Asuji = Banyak memiliki keturunan
  • Oktober / Kapat, Kartika = murah rejeki
  • November / Kalima, Margasirsa = Berlimpah, mewah
  • Desember / Kanem, Pausya = Buruk, susah memiliki keturunan
  • Januari / Kapitu, Magha = Dirgayusa, langgeng
  • Februari / Kaulu, Phalguna = Serba kekurangan
  • Maret / Kasanga, Caitra = Sangat Buruk, penuh penderitaan
  • April / Kadasa, Waisyaka = Sangat Baik, Berbahagia, berwibawa
  • Mei / Jyestha = Buruk, hidup susah
  • Juni / Sadha = Buruk, Serba kekurangan

Perjodohan atau patemon

Perjodohan atau patemon laki-perempuan (lanang-istri) dalam dunia primbon ada beberapa cara,antara lain misalnya perjodohan berdasarkan sapta wara dan panca wara kelahiran calon laki-pempuan lalu masing-masing dibagi 9 tau disebutkan dalam prembon sebagai berikut:

Wetone panganten lanang lan wadon, Neptune dina lan pasaran digunggung, banjur kabage 9, lanag turah pira wadon turah pira, yen turah :
3 lan 9 sugih rejeki; 2 lan 7 anake akeh mati, 3 lan 5 gelis pegat. dari hari kelahiran lanang-wadon ; Selasa lan Rabo = sugih, Rabo lan Saptu = becik, Akada lana senen = Sugih lara.

Untuk mengetahui pertemuan laki-perempuan itu baik atau buruk maka Urip/neptu sapta dan Panca wara harus dipahami dengan baik.
berikut ini daftar urip Pancawara, Sadwara dan Saptawara:


Mencari hari untuk perkawinan orang harus terlebih dahulu mengetahui jumlah Urip/Neptu hari kelahiran kedua calon mempelai (temantin), kemudian dicarikan hari dan pasaran yang Uripnya/Neptunya bilamana dijumlahkan dengan jumlah Neptu kedua mempelai tadi dan dibagi 3 bisa habis.
Hitungan itu merupakan tiga kata-kata sebagai berikut :
  1. Wali, berarti bahwa dalam perkawinan itu kurang cinta kasih atau mudah bosen satu sama lain.
  2. Penghulu, berarti dalam perkawinan ini bakal banyak cedera antara satu sama lain.
  3. Temantin, berarti bahwa dalam perkawinan itu bakal beruntung.
Rumus Pemilihan Hari Baik Pernikahan Menurut Tri Pramana:
(Urip Saptawara + Urip Pancawara + Urip Sadwara Suami & Istri) : 16. sisa;
  1. Bergejolak, mesti tahan uji.
  2. Selalu menghadapi kesulitan, Banyak pengeluaran
  3. Selalu kecewa
  4. Sulit mendapatkan keturunan
  5. Terus mengalami kemajuan, rejeki berlimpah, meningkat terus
  6. Penderitaan
  7. Meningkat tetapi sangat lambat
  8. Serba kekurangan
  9. Mewah, kaya raya tetapi sering ricuh dan perebutan kekayaan
  10. Berwibawa
  11. Selalu dalam keadaan puas
  12. Murah rejeki
  13. Langgeng, panjang umur
  14. Berbahagia
  15. Teramat Buruk, sering mengalami kesusahan
  16. Selalu Rukun

Prembon Petemuan/Perjodohan, yang berlaku lima tahun umur perkawinan:
(Urip Saptawara + Urip Pancawara Suami & Istri) : 5 sisa;
  1. Sri = Selalu sejahtera dan bahagia
  2. Gedong = Tidak kurang sandang pangan
  3. Pete = Selalu bertengkar dan ribut
  4. Lara = Mlarat dan banyak maslah
  5. Pati = Salah satu mendahului meninggal belum waktunya.
Yang berlaku secara berkala 5 tahun secara bergantian, sehingga dengan mudah mengetahui masa berkumpulnya dalam rumah tangga dan suasana yang dilaluinya.
Hitungan detailnya adalah Urip lahir lanag-istri (panca dan sapta wara) digabung kemudian dibagi 5 sisanya menunjukkan keadaan selama 5 tahun berjalan, kemudian lima tahun berikutnya hasil pembagian dipakai mengurangi urip gabungan awal, hasilnya kemudian dibagi 5 sisanya keadaan selama 5 tahun berikutnya. Hasil pembagian selalu dipakai pengurang hasil terakhirnya dan selalu dibagi 5 menyatakan keadaannya, bila hasilnya 0 (nol) sama keadaanya dengan sebelumnya.


Baik-buruknya hari perkawinan menurut pertiti semutpada :
  • Awidiya = sebagai pedewasaan baik, tidak menemui kesulitan, dan keluarga akan mendapat kebahagiaan. 
  • Bawa = sebagai pedewasaan buruk, akan mendapat halangan atau kesulitan, pihak lain tidak bersimpati, tidak memperoleh kebahagiaan. 
  • Jaramarana = sebagai pedewasaan buruk, akan menemui kegeringan, pertengkaran dan kesulitan. 
  • Jati = sebagai pedewasaan cukup baik, pihak lain akan memberi perhatian, dan membantu sepenuhnya, namun masih dijumpai sedikit kesulitan dan hambatan. 
  • Namarupa = sebagai pedewasaan buruk, akan sukar mendapat kebahagiaan, orang-orang disekitarnya sering memfitnah, gossip jelek, memalukan dan sebagainya. 
  • Samskara = sebagai pedewasaan buruk, akan menemui kesulitan, kesedihan, pikiran kacau, menimbulkan konflik. 
  • Sedayatana = sebagai pedewasaan cukup baik, walau ada sedikit gangguan, keluarga dan pihak lain akan setia membantu. 
  • Separsa = sebagai padewasaan amat buruk, akan menimbulkan pertengkaran, kesulitan bingung, tidak menemukan kebahagiaan sekalipun banyak berkorban. 
  • Teresna = sebagai pedewasaan buruk, banyak musuhnya, akan menghadapi masalah yang serba sulit. 
  • Upadana = sebagai pedewasaan cukup baik, karena pihak lain akan bersimpati, sekalipun ada sedikit pengorbanan dan pemborosan. 
  • Widnyana = sebagai padewasaan baik, para kerabat akan membantu segala yang dikehendaki, dan akan menemui kebahagiaan. 
  • Wedhana = sebagai padewasaan cukup baik, banyak saudara yang membantu. Walau ada sedikit kesulitan dan pemborosan, tapi pikiran anda tetap tenang.


Amerta Yoga = sangat biaik melaksanakan Manusa Yadnya, adapun hari yang dimaksud antara lain;
  • Soma Klion Landep
  • Soma Umanis Taulu
  • Soma Wage Medangsia
  • Soma Klion Krulut
  • Soma Umanis Medangkungan
  • Soma Paing Menail
  • Soma Pon Ugu
  • Soma Wage Dukut
Dewa Mentas = Hari baik untuk semua jenis pekerja, Purnama nemu Wrespati.

Selain itu dapat juga memilih hari lainnya dengan mempertimbangkan hari – hari diatas, tentunya juga meminta pertimbangan para tetua adat dan sulinggih.

Berikut ini gambaran singkat Dewasa Ayu Nganten, agar para semeton bali memiliki bayangan Pemilihan Hari Baik Untuk melakukan upacara Pernikahan, diantaranya:
  •     Dewasa Ayu Nganten di Tahun 2013
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Januari - April 2014
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Mei - Desember 2014
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Januari - Juni 2015
  •     Dewasa Ayu Nganten di Bulan Juli - Desember 2015
Artikel diatas memiliki prioraitas dari "wewaran - penanggal - wuku - sasih", yang kiranya dipandang "aman" saja yang dicantumkan dalam artikel-artikel diatas, yang tidak tercantum merupakan hari yang tidak direkomendasikan. tetapi, apapun itu, selama sulinggih pemuput karya berkenan untuk muput karya pawiwahan para semeton bali, itulah yang terbaik sementara dipandangan beliau. karena itu, dalam artikel diatas masih banyak kekurangannya, jadi mohon masukan dari para semeton untuk memperbaikinya.

Sudah barang tentu, tiada Dewasa Ayu yang sempurna, sehingga setiap pemilihan hari baik pasti memiliki sisi buruknya. nah untuk meredam efek negatif dari Dewasa Ala adalah dengan membuatkan Banten Bayuh Dewasa. hendaknya banten ini di"anteb" oleh pemangku khayangan tiga, bahkan lebih bagus lagi jika dipuput oleh sang sulinggih.

PERINGATAN!!!
Jangan sesekali Melaksanakan Pernikahan pada hari – hari tertentu karena sangat teramat buruk, bisa menyebabkan Kesusahan, pertengkaran, sampai kematian. adapun hari- hari tersebut diantaranya;
  • “hari atau Wuku yang berisi RANGDA TIGA”, seperti Wuku; Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Menail, Prangbakat. 
  • "Wuku TANPA GURU" diantaranya: Kuningan, Medangkungan, Kelawu dan Gumbreg
  • "Sasih tanpa Sirah" merupakan sasih/bulan yang tidak berisi tumpek (saniscara klion).
  • "Sasih Anglawean" merupakan sasih yang didalamnya terdapat perhitungan penanggal/pangelong 14 bertepatan dengan purnama/tilem, sehingga pada saat itu tercatat "penanggal atau pangelong 14/15".
  • “Uncal Balung” dari Anggara Wage Galungan (Penampahan Galungan) sampai Budha Klion Pahang ( Pegat Uakan). 
  • "CARIK WALANGATI" merupakan dina/wuku yang bertepatan dengan carik walangati.
  • "Pati Paten" apapun yang dilaksanakan akan bermasalah, dinanya Sukra tilem dan Sukra Penanggal/Pangelong 10.
  • "Kala Jengking" akan sering berselisih paham, Kajeng wage Maulu.
  • "Sampar Wangke" berakibat kurang baik, Soma nuju: Sinta, Wariga, Langkir, Tambir, Bala
  • “Mrta Papageran” Sangat buruk, yaitu; Saniscara / Sabtu nemu Purnama atau Yama. 
  • “Kalebu Rau” Sangat buruk, yaitu; Soma / Senin nemu Tilem atau Beteng. 
  • “Purwanin dina” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ; Anggara Klion / anggarkasih, Budha Klion, Sukra Wage, Saniscara Klion / Tumpek. 
  • “Purwanin Sasih” tidak baik melakukan pekerjaan / membuat dewasa, yaitu ; tanggal dan panglong ping 6, 8, 14.
  • "Ingkel /Jejepan WONG" tidak baik melalukan manusa yadnya.


Perhatikan juga catatan dalam wariga berikut ini:

    " Aja wiwaha tatkalaning “pangelong” muang “uku Rangda Tiga” yan tempal ngawinang kageringan, sengsara wiadin balu "

    " Jangan melangsungkan pernikahan di hari pangelong dan Rangda Tiga, apabila tetap dilaksanakan maka akan berakibat kesengsaraan serta besar kemungkinan menjadi janda/duda "

Sumber : cakepane.blogspot.com