Senin, 30 November 2020

Perang Asimetris Dari Mahabharata Hingga Kini

 



Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy pada tahun 1962 telah mengungkapkan adanya perang gaya baru yang mencari kemenangan bukan dengan menghadapinya, namun dengan cara merontokkan dan menyusutkan musuhnya. Jenis perang ini dikenal dengan peperangan asimetris (asymmetric warfare). Pasalnya dalam perang tidak semata-mata mengangkat senjata api maupun bambu runcing untuk melawan musuh.



Foto; Mutiarahindu.com

Dalam perang asimetris, tidak dapat diketahui dengan pasti siapa musuh yang sebenarnya. Sehingga dalam peperangan ini tidak akan tercium bau mesiu maupun suara tembakan, tetapi pengaruhnya lebih mengerikan dari bom nuklir.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Namun tidak dapat dipungkiri jika terjadi aksi fisik di dalamnya. Teknik penyerangan nir-militer ini biasanya digunakan oleh aktor, kelompok, maupun negara yang memiliki kekuatan militer lemah menghadapi sebuah negara dengan militer yang kuat.


Perang ini dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim dan di luar aturan peperangan yang berlaku dengan spektrum perang yang sangat luas mencakup astagatra (perpaduan antara trigatra: geografi, demografi dan sumber daya alam; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya).



Perang asimetris memiliki ciri yang lebih soft dan seolah lebih murah dari perang simetris yang cenderung high cost. Namun di balik permainan yang lembut dan murah ini, serangan perang asmetris mampu menghasilkan korban dan kerugian yang tidak kalah besarnya dari perang militer.


Serangan perang asimetris bertujuan untuk membelokkan sistem sebuah negara sesuai kepentingan kolonialisme, melemahkan ideologi serta mengubah pola pikir rakyat dan menghancurkan ketahanan pangan dan energy security yang menyebabkan ketergantungan negara target atas dua hal tersebut.


Rod Thorton menyebutkan tiga bagian perang asimetris, pertama cyber warfare atau operasi ofensif dalam perang informasi; kedua, senjata penghancur massal seperti senjata biologi, kimia, nuklir, dan radiologi; dan ketiga, senjata konvensional yang direkayasa menjadi non-konvensional dengan taktik-taktik modern, seperti peningkatan teknologi amunisi dengan daya ledak besar. Penyerangan nir-militer sendiri memiliki dampak yang sangat dasyat karena dalam melumpuhkan suatu negara. Selain itu, masa pemulihannya juga relatif lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.


Perang asimetris atau perang generasi keempat yang dalam perkembangannya lebih banyak menggunakan kekuatan intelektual daripada militer ini bukanlah teknik baru. Teknik ini telah diterapkan ketika dan sebelum perang saudara Bharatayudha oleh Sri Krishna di pihak Pandava dan Sakuni di pihak Kaurava.

Dagang Banten Bali


Sejak awal kemunculan Sakuni dalam Mahabharata, ia telah menerapkan metode pertempuran asimetris terhadap Pandava. Mulai dari upaya pembunuhan Bima, istana kardus hingga permainan dadu, yang semua ini dilakukan untuk menyingkirkan Pandava dari Bumi Astinapura. Sebagai upaya pertahanan Pandava, Sri Krishna hadir untuk mengimbangi siasat Sakuni, sehingga Pandava dapat memenangkan pertempuran meskipun dengan jumlah pasukan yang jauh lebih kecil.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Pada masa kini, upaya serangan asimetris salah satunya dilakukan melalui cyber (dunia maya). Dunia maya sebagai alat penghubung interaksi tanpa terhalangi oleh jarak dan waktu ini dalam waktu yang bersamaan memiliki ancaman akibat penyalahgunaan teknologi yang dapat mengacaukan kehidupan masyarakat bahkan negara sejalan dengan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap suatu teknologi.


Seperti dalam Mahabharata (teknik perang asimetris juga dilawan dengan teknik perang asimetris) sehingga suatu negara wajib memiliki cyber-security atau cyber-army. Mengapa? karena serangan dunia maya tidak dapat dihentikan dengan meriam, pesawat tempur dan alat perang militer lainnya.
Maka, setiap warga negara harus cerdas dalam memilih dan menggunakan teknologi informasi, tidak mudah tersulut oleh api kebohongan dan isu-isu permecah persatuan yang gentayangan di dunia maya.



RELATED:
Konsep Arca Menurut Veda dan Susastra Veda
Cara Membangun Cinta dan Romantika Untuk Pasangan Bahagian Menurut Vastu Sastra
Peran Ibu Sebagai Penyelenggara Aktivitas Agama Menurut Perspektif Hindu
Penulis: Ni Made Sumaryani (Tim peneliti The Hindu Center Of Indonesia, Anggota Vivekananda Spirit Indonesia. https://www.mutiarahindu.com/2018/04/perang-asimetris-dari-mahabharata.html


Sumber; Media Hindu hal 52-53 edisi 169. Maret 2018

Cara Membangun Cinta dan Romantika Untuk Pasangan Bahagian Menurut Vastu Sastra

 Keluarga yang aman, selamat, makmur dan sejatehra merupakan dambaan setiap manusia. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari peran ayah, ibu dan anak-anak. Ketiga pilar ini sangat menentukan kokoh dan rapuhnya suatu rumah tangga. Peran Ayah, dalam perspektif agama Hindu adalah bertanggung jawab terhadap kesehatan jasmaniah dan rohaniah anak, memperkokoh pilar ekonomi, meningkatkan kepemimpinan keluarga, mempersiapkan dana pendidikan anak, melaksanakan yajna mengawinkan anak dan menghormati serta menggauli istrinya (Mas, 2013:66-79).


CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kemudian kewajiban seorang istri adalah menciptakan kesejahteraan keluarga, memberikan pendidikan terhadap anak-anak, menjaga kebersihan, kesehatan dan kerapian rumah tangga, menyelenggarakan aktifitas agama, meneruskan keturunan, menjaga kerukunan dan kedamaian keluarga, menjaga kesetiaan terhadap suami, menjaga kesucian keluarga, menambah pengetahuan dan melakukan penghormatan terhadap leluhur (mas, 2013:80-91).



Mutiarahindu.com

Sedangkan anak memiliki peran untuk menghormati kedua orang tua, berbudi luhur, belajar dengan baik sehingga berpengetahuan, menyelamatkan arwah leluhur dari neraka, melaksanakan kebajikan (dharma), mengendalikan pikiran perkataan dan perbuatan dan percaya terhadap tuhan, sebab dengan percaya kepada Tuhan seseorang akan memperoleh kebahagian seperti dijelaskan dalam Rg VIII.97.3 dan Rg VII 20.6 yang mengataka bahwa orang yang beriman kepada tuhan yang maha esa tidak pernah kehilangan. Juga dikatakan bahwa dia yang menyembah sang hyang widhi Indra dan berbicara kebenaran, menikmati keberlimpahan kekayaan. Sebalikny orang yang tidak beriman kepada Tuhan yang maha Esa mati oleh perbuatannya sendiri (Mas,2013:98).


Ketiga pilar diatas yakni ayah, Ibu dan anak jika mampu menjalankan kewajiban dengan baik, makan akan tercipta kebahagian dan kesejahteran serta ketentraman dalam keluaraga. Ayah sebagai kepala keluarga hendaknya menjadi contoh yang baik karena merupakan kunci utama kebahagian keluarga. Dia juga berperan untuk membina keluarga sehingga tidak terjadi kehancuran dalam keluarga.


Pengertian Vastu Sastra


Selain ketiga pilar diatas di dalam agama Hindu juga terdapat Vastu Sastra atau Vastushastra, yaitu ilmu yang mempelajari tentang struktur dan tata bangunan. Vastu Sastra merupakan kitab turunan dari Catur Veda yang ditulis sekitar 6000 tahun yang lalu (Dharmasastra3, 2010.online).


Vastu Sastra Untuk Menciptakan Keluarga Bahagia


Vastu Sastra atau pola bangunan dalam agama Hindu ternyata memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keluarga bahagia. Terutama dalam hal pengelolaan kamar tidur. Kamar tidur dalam Vastu Sastra dikenal sebagai Rati-Kaksha yang secara hafiah berarti ruangan untuk bercinta. Ruangan ini di desain dan ditata sedemikian rupa, karena merupakan tempat yang sangat penting seperti yang dijelaskan dalam Brihat Samhita Bab 73 sloka 1 yang berbunyi demikian.


“Raja membuat istananya hanya di ibu kota meskipun telah menaklukkan seluruh jagat raya. Istananya adalah suatu yang sangat penting dikeseluruhan ibu kota. Kamar tidurnya adalah tempat yang paling penting di dalam istana. Ratu adalah sumber kebahagian, cinta, kasih sayang, kenyamanan, dan penghibur hatinya.”

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kamar dalam Vastu Sastra dianggap bukan hanya sebagai tempat untuk berhubungan sex dan tidur. Tetapi juga merupakan tempat penyatuan jiwa. Sehingga sangat penting untuk menjaga kesucian dikamar. Selain itu, dikatakan juga bahwa 90 persen masalah keluarga berasal dari kamar tidur (Astiti, 2003:6). Sehingga dalam artikel ini penulis akan menguraikan tentang kamar yang ideal untuk keluarga bahagia ditinjauh dari Vastu Sastra. Berikut Ulasannya:




Hal- Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Kamar Ditinjauh Dari Perspektif Hindu (Vastu Sastra).


1. Letak Tempat Tidur (Rati Kasha)


Tempat yang paling ideal untuk kamar tidur (Rati Kasha) menurut Vastu Sastra adalah bagian Barat Daya dari rumah. Tempat tidurnya harus ditempatkan di bagian selatan pada bagaian ini. Tempat tidur anda boleh juga ditingkat atas (kalau rumah anda bertingkat) sebelah Barat Daya ruangan rumah. Hindarkan bagian timur laut rumah untuk menempatkan kamar tidur karena hubungan suami istri dilarang pada daerah ini. 


Posisi lantai pada Rati Kaksha harus lebih tinggi dari lantai rumah yang lainnya. Kamar tidur anda seharusnya dalam bentuk empat persegi panjang. Hindari bentuk yang tidak beraturan. Tempat tidur (ranjang) harus beradah di daerah Barat Daya dalam kamar tidur. Usahakan mengosongkan sedikit ruangan di bagian utara atau timur agar anda dapat dengan mudah bergerak.


2. Bentuk dan Tampilan Tempat Tidur


Usahakan membuat tempat tidur yang besar dan dihias dengan baik. Pastikan tidak terganggu baik dari penglihatan maupun pendengaran dari luar. Tutup pintu dan jendela menggunakan korden. Selain itu letaknya juga harus jauh dari dapur serta bebas dari gangguan anak-anak. Sebab Rati Kaksha hanya diperuntuhkan bagi orang yang sudah menikah. Anak-anak sebaiknya dilarang memasuki apalagi tidur dirungan ini. 


Pastikan memiliki kamar ganti, meja rias (diletakkan di timur atau utara kamar, Jangan berhadapan dengan tempat tidur), memiliki lemari pakaian, laci-laci serta memiliki pengharum ruangan. Menggunakan cahaya lampu yang redup, hal ini dimaksudkan untuk menurunkan ketegangan, menciptakan suasana intim dan membantu melepaskan beban saat bercinta. Selain itu kamar juga perlu dilengkapi dengan alat musik yang lembut dapat diputar ketika bercinta, sebab music yang lembut dapat meningkatkatkan keintiman.


3. Hadiah


Berikan hadiah terhadap pasangan, baik itu berupa perhiasan, maupun bunga. Sebab hadiah dapat meningkatkan romantic dan dapat membuat pasangan anda tersanjung dan berharga. Bungan yang paling tepat diberikan kepada pasangan adalah bunga mawar. Berikan secara tiba-tiba agar pasangan menjadi senang dan terharu.


4. Peralatan Yang Boleh dan Tidak Boleh Berada di Kamar



Rati Kasha harus dilengkapi dengan bebagai peralatan seperti laci penyimpanan benda-benda penting, almirah, tempat penyimpanan barang berharga, lemari dan yang lainnya. Semuanya harus menghadapi ke utara atau timur. Hal yang tidak diperbolehkan berada di kamar adalah tempat sembahyang, karena spritualitas dan sensualitas tidak dapat berdampingan, jika ada ruangan pemujaan di kamar tidur, sebaiknya di tutup dengan korden. Jangan memasang kaca pecah di kamar. Letakkan beberapa penak-pernik di kamar seperti lilin, sepasang burung dan lainnya. Jangan menaruh kursi rusak di kamar, dan hindari menyapu pada mlm hari.


Tempatkan simbol Swastika di Luar rumah anda. Tanda ini adalah tanda Vastu yang sangat penting. Jangan menaruh tanaman berduri, tanaman kering, bunga mati. Usahkan memasang lukisan dikamar, jangan memasang foto orang yang telah meninggal di kamar dan gambar perang, kelaparan, kekeringan yang yang bersifat negative.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

5. Posisi Tidur


Saat tidur posisi kepala sebaiknya menghadap ke selatan karena seiring dengan pusat maknetis bumi. Jangan pernah menghadap ke Utara karena akan mengganggu tekanan darah dan sirkulasi darah anda. Selain ke Selatan anda juga dapat menghadap ke Timur dan kaki ke Barat. Hal ini sangat baik untuk ketenangan mental, pikiran dan perasaan spiritual. Kaki sebaiknya tidak menghadap ke matahari terbit. Usahakan jangan duduk atau tidur di bawah pasak atau balok. Sebelum tidur gunakan pakaian longgar dan bersih tidak robek. Pada pagi hari ganti sebelum jam 8 atau sesudah mandi. Usahakan tidur mirik kekiri setelah makan karena ini akan mengaktifkan organ pencernaan anda.

Dagang Banten Bali


6. Peralatan Lainnya


Jika anda perlu meletakan air minum di kamar, sebaiknya dibuatkan tempat khusus seperti meja. Letakkan menghadapa ke timur laut. Kemudian kamar mandi seharusnya diletakkan dibagian barat laut Rati Kasha. Ushakan kamar selalu dalam keadaan bersih, dan rapi. Rapihkan tempat tidur sebelum dan sesudah tidur. Jangan membawa pekerjaan dan kecemasan ke tempat tidur, karena tempat tidur adalah tempat untuk istrahat dan menghabiskan waktu bersama pasangan.


Sangat bagus jika anda menaruh ikan di kamar, karena ikan merupakan fungsi Vastu. IKan juga merupakan simbol bendera Kamadev yang melambangkan keinginan dan kegemaran. Jika tidak memungkinkan pasang gambar ikan. Usahakan wanita menggunakan anting-anting berbentuk ikan. Pada saat bersihkan kamar usahakan gunakan air garam saat mengepel.


7. Warna Kamar Yang Bagus


Usahakan menggunakan warna yang halus dan menyenangkan, seperti misalnya putih karena sesuai bagi para guru, ilmuan dan orang terpelajar. Kemudian Biru (warna saturnus) memancarkan intelektual dan kesehatan fisik seseorang, warna ini juga dapat menurunkan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, menyeimbangkan keseimbangan hormone, ketegangan otot, dll.


Warna lain yang bagus adalah Hijau (warna Merkuri) karena warna ini dapat memberi keseimbangan, kedamaian, menyejukkan, menenangkan, mengobati tekanan darah tinggi, dan mengontrol debaran jantung. Kuning (Yupiter) sangat bagus untuk para usahawan karena warna ini simbol dari kehangatan, energy dan kemurnian.



RELATED:
Konsep Arca Menurut Veda dan Susastra Veda
Perang Asimetris Dari Mahabharata Hingga Kini
Peran Ibu Sebagai Penyelenggara Aktivitas Agama Menurut Perspektif Hindu
8. Warna Yang Harus Dihindari


Merah melambangkan kemarahan. Warna ini sangat kaya, hangat, kuat dan agresif. Warna ini tidak cocok untuk iklim yang sejuk dari kamar tidur. Warna ini akan mempercepat pernafasan dan denyut jantung, akan tetapi dapat mengobati batuk dan kedinginan.


Hindari warna hitam atau abu-abu, karena kedua warna ini akan menciptakan masalah diantara pasangan. Hitam dan abu-abu menunjukkan kesedihan dan penderitaan. Warna orange memacu kreatifitas, ambisi dan aktifitas yang energik. Warna ini akan melahirkan kebanggaan dan keinginan untuk melindungi diri dan orang lain, akan tetapi hindari penggunaan warna ini yang berlebihan karena warna ii dapat menciptakan kegugupan dan kelelahan.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Warna Nila menggabungkan intuisi dan disiplin dengan kreatifitas. Warna ini juga melambangkan proses metabolism yang terjadi pada diri anda dan hokum abadi (rta) tentang pertumbuhan dan perubahan. Warna ini memiliki aspek negative seperti mengacu pada kelelahan pikiran, stagnasi, dan penderitaan yang berdampak pada kegagalan.


Warna yang tidak boleh di pakai di kamar adalah Coklat. Warna ini melambangkan kesuburan, akan tetapi biasa juga dihubungan dengan hal negative yang sangat kuat. Warna ini mengurangi vitalitas, menunjukkan kehilangan dan meniadakan dorongan kehidupan.


9. Hal Yang Perlu Dilakukan Bersama Pasangan


Usahakan referesing bersama pasangan, makan bersama, olaraga bersama, bergandengan tangan ketika bepergian, mengantar pasangan kemanapun pergi, ketawa bersama, jangan mengkritik pasangan, sering bermesraan, jangan marah ketika pasangan memiliki waktu sedikit, ucapkan selamat pagi, jangan marah kalau pasangan anda lupa terimah kasih, hargai setiap waktu bersama pasangan. Jangan mengabaikan pasangan ketika anda semakin tua, jangan mengeluh tentang pasangan kepada orang tua dan teman-teman karena itu dapat merusak hubungan. Lakukan sebanyak mungkin aktifitas bersama pasangan. 


Berikan semangat pada pasangan, jangan cerewet karena masalah sepele, baca buku bersama, nonton, dengar music, dan berikan kejutan pada pasangan pada hari-hari tertentu seperti Valentine Day (Astiti, 2003:1-82).




Referensi https://www.mutiarahindu.com/2018/04/cara-membangun-cinta-dan-romantika.html


Mas, Gede Raka. 2013. Pedoman Hidup Untuk Meraih Kebahagian Menurut Perspektif Hindu. Surabaya: Paramita.
Astiti, Sri. 2003. Tip-tip Kehidupan Yang Baik Vastusharstra dalam Cinta & Romantika Untuk Pasangan Bahagia. Surabaya: Paramita.
Dharmasastra3. 2010. Vastu Sastra. Diakses https//dharmassastra3. wordpress. com tanggal 16 April 2018 (online pukul 11:42).

Makna Filosofis Hari Suci Siwaratri dalam Ajaran Agama Hindu

 



Setiap orang yang lahir di dunia ini harus menyadari bahwa dirinya diciptakan oleh Sanghyang Widhi Wasa dan mempakan pancaran dari sinar suci-Nya. Sementara dalam kehidupannya, ia tidak dapat melepaskan dirinya dari lingkungan di mana mereka hidup, karena koderatnya sebagai mahluk sosial (homo socious) selalu harus berhubungan dengan dunia luar dan dunianya sendiri selaku individu. Di samping itu manusia juga dibelenggu oleh hukum kerja, karena itu mereka wajib melaksanakan tugas hidupnya walaupun harus menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang menimpa dirinya.



Di dalam menjalani kehidupannya, setiap orang harus berusaha menemukan kembali jati dirinya yang suci murni sebagai bagian yang menyatu dengan kepribadian-Nya. Namun kenyataan yang sering terjadi adalah betapa sulitnya manusia menemukan kesadaran untuk membebaskan dirinya dari belenggu dunia maya ini yang membuat dia lalai terhadap hakikat tujuan hidupnya. Dunia maya selalu menawarkan kenikmatan hidup yang seakan akan terasa langgeng, tetapi sering kali justru menambah beban masalah di dalam kehidupannya sehingga kehidupan yang damai makin sulit diwujudkan. 

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Sehubungan dengan itu Agama Hindu mengajarkan Tapa Brata Sivaratri. sebagai petunjuk bagi umatnya untuk mencapai kesempurnaan hidup, membebaskan diri dari jerat maya, serta menemukan kebahagiaan dan kedamaian.


Foto: Mutiarahindu.com

Ajaran Tapa Brata Sivaratri

Tapa brata Sivaratri termuat di dalam berbagai pustaka suci agama Hindu, baik di dalam Itihasa Mahabharata dan Purana, maupun Nibanda. Di Indonesia, seorang pujangga bernama Empu Tanakung telah menggubah sebuah ceritra Lubdhaka yang ditulis dalam pustaka Sivaratrikalpa pada akhir jaman Majapahit, tentu dengan tujuan untuk meyakinkan umatnya agar dengan penuh keyakinan dapat melaksanakan brata Sivaratri yang ditetapkan dalam Veda.

Ceritra Lubdhaka ini hampir sama dengan mithologi Nishada di dalam Padma Purana yang ditulis sekitar 1500 tahun S.M. Namun yang terpenting dari mitologi itu ialah percakapan antara Maharsi Vasistha dengan Maharaja Dilipa tentang keutamaan brata Sivaratri. Dialog itu antara lain berbunyi sebagai berikut :


"Tuanku Raja dengarkanlah, saya akan menerangkan kepada tuanku tentang brata Sivaratri, yaitu brata yang paling utama sebagai jalan menuju Sivaloka. Malam ke 14 yang gelap, pada bulan Magha atau Palguna (Purwanining Tilem Kapitu) haruslah disadari sebagai "malam Siva" yang akan membebaskan semua dosa ("sarva papa paharini"). Mereka yang berpuasa dan tetap tidak tidur sambil memetik daun Bilwa selama malam itu untuk berbhakti kepada Siva, maka akan mencapai identitas Siva. Janganlah dibeberkan sembarangan walaupun oleh tuanku sendiri. Brata Sivaratri adalah brata yang paling istimewa, ibarat Mahamerunya pegunungan, Matahari dari yang bersinar, Guru dari para mahluk, Gayatrinya mantra, Amritanya cairan, Visnunya lelaki dan Arundhatinya wanita. Sivaratri yang dikaitkan dengan "bhavani" (bhakti yang murni), begitu terjadi kontak akan segera membakar bahan bakarnya dosa. Brata Agung Sivaratri ini adalah seperti yang telah diajarkan sebelumnya oleh Mahadeva kepada sinar-Nya.


Demikianlah percakapan antara Maharsi Vasistha dengan Maharaja Dilipa. Dikatakan pada pengelong 14 bulan Magha yang merupakan malam tergelap dalam satu tahun, Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi Siva Mahadeva yang maha pengasih, penyayang, pelindung alam semesta, melakukan Yoga guna melebur dosa -dosa insan yang taat dan pasrah berbhakti kepadafNya.

Kemudian di dalam pustaka suci Mahabharata (Santi Parva) terdapat ajaran tentang brata Sivaratri yang diajarkan oleh Maharsi Bhisma kepada Yudhistira putra Pandu, dengan kisah kehidupan seorang pemburu bernama Susvara dari Varanasi, yang dalam penjelmaannya kemudian, mereka hidup sebagai Maharaja bernama Chitrabhanu.

Adapun ketentuan tentang pelaksanaan Tapa brata Sivaratri tercantum di dalam Lontar Aji Brata, yang pelaksanaannya mencakup tiga kegiatan secara bersamaan, yaitu : Mauna, Upavasa dan Jagra, dimulai pada pukul 06.00 ketika fajar menyingsing.


Mauna : berarti diam, berdiam diri tanpa suara, tanpa ucapan kata, dan mendiamkan pikiran dari obyek indera. Ini dilakukan selama 12 jam.

Upavasa : berarti mengendalikan hawa nafsu, tidak menikmati makanan, minuman dan sebagainya, selama 24 jam.


Jagra : berarti melek, tidak tidur sebagai latihan untuk meningkatkan kewaspadaan dan. kesadaran rohani, dilakukan selama 24 jam sampai 36 jam.

Di dalam melaksanakan Tapabrata Siwaratri di gunakan simbol-simbol suci atau praktika antara lain "Dalung" sebagai simbol kolam suci tempat munculnya Siva-Lingga, pohon beringin sebagai simbol pengganti pohon Bilva, Kwangen dan berbagai Upakara lainnya yang tidak dibicarakan pada naskah ini.

Bagi umat yang melaksanakan brata Sivaratri, kegiatannya diawali dengan persembahyangan, kemudian memasukkan Kwangen ke dalam Dalung, kemudian duduk menghadapi cawan berisi air dan 108 daun beringin serta Dupa yang menyala, bermeditasi melakukan "Nama smaranam" mengagungkan nama suci Siva sang pelebur "papa" dan pembawa "punia" memohon tuntunan dan sinar suciNya agar dijauhkan dari kelalaian yang membawa derita hidup.

Monabrata diakhiri pada petang hari (pukul 18.00 wib) sedangkan Upawasa diakhiri ketika fajar menyingsing yang diawali dengan persembahyangan "Lebur Brata" dilanjutkan mengambil Kwangen didalam Dalung dan memercikkan airnya ke ubun ubun, dengan harapan agar Hyang Widhi selalu menuntun kesucian pikirran dan perasaan hatinya.

Setelah upacara Lebur Brata maka "Jagra" dapat dilanjutkan dengan kegiatan TirthaYatra yaitu perjalanan ke tempat suci atau Pura sampai waktu Jagra itu berakhir. Berikut tinjauan filosofis dari hari suci Sivaratri

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Hakikat Kelahiran Manusia

Manusia adalah salah satudari berjuta juta jenis ciptaan Sanghyang Widhi Wasa yang selalu berupaya membebaskan dirinya dari penderitaan hidup dan mencari kebahagiaan.

Lubdhaka, Nishada, Susvara adalah merupakan sosok "sang pencari" yang meniti kehidupannya dengan penuh bhakti kepada Yang Maha Kuasa. Dengan bhakti itulah ia menemukan hakikat dinnya.

Veda mengajarkan bahwa setiap insan dapat hidup karena ada inti hakikat yang menghidupinya.

"Eko devas sarva bhutesu gundhas sarva vyapi sarva bhutantaratma karmadhyaksas sarva bhutadhivasas sakti ceta kevalo nirgunasca" (Svetasvatara Upanisad .VI .11)

("Satu sinar suci Tuhan yang tersembunyi dalam setiap insan, menjadi jiwa bathin semua ciptaan itu, Raja yang menyinari semua perbuatan dan menjadi saksi agung yang bersemayam di dalam hati.")

Inti hidup itu disebut "Atman" sedangkan Sanghyang Widhi Wasa sebagai penciptanya disebut "Parama Atman" atau Brahman. Pada hakikatnya Atman dan Brahman itu tunggal, yang di dalam Aitarya Upanisad disebut: "Brahman Atman aikhyam". Ibarat matahari dengan sinarnya, ibarat air samudera dengan setetes embun, demikianlah hakikat Brahman. dengan Atman yang menyinari Jiwa manusia itu. Kemudian ketika manusia lahir, maka sang J iwa dipengaruhi oleh bakat sifat dari "wasana karmanya".


Di dalam hidup ini setiap manusia akan terkena oleh pengaruh sifat alam yang disebut "Guna". Ada tiga guna yang selalu mangikuti dan mempengaruhi segala aktivitas manusia dalam hidupnya, yaitu: "Sattvam, Rajas, Tamas"; ketiganya disebut "Tri Guna". Sattvam ialah sifat sifat tenang, suci, benar dan sadar.

Rajas ialah sifat lincah, energik dan dinamis. Tamas ialah sifat -sifat lamban, malas dan statis.

Pengaruh Tri Guna itu masing masing berbeda untuk setiap orang, bergantung dari bakat sifat kelahirannya dan aktivitas latihan rohani sepanjang perjalanan hidupnya. Kecenderungan kecenderungan yang sering kita jumpai adalah dominasi pengaruh Rajas dan Tamas dalam wujud "Sadripu" (Kama, Lobha, Kroda, Mada, Moha, Matscarya) yaitu enam musuh utama yang menyelimuti pikiran manusia menjadi gelap dan bodoh atau linglung, sehingga manusia itu terperangkap oleh jerat Maya, yang membawa penderitaan bagi dirinya.


Demikianlah kecenderungan pengaruh Rajas dan Tamas dalam wujud Sadripu itu pada diri manusia sehingga kita seling menemukan suatu kenyataan hidup, bahwa dalam keadaan apapun, serta di manapun mereka ditempatkan seakan-akan kegelisahan senatiasa mengikutinya. Di tengah tengah kecukupan mereka masih merasa miskin, selalu merasa kekurangan, bahkan pada suasana gembira pun mereka masih merasa kekurangan sesuatu. Keadaan seperti itu adalah merupakan "Kerinduan Jiwa kepada Tuhan", karena sang Jiwa (Atman) memang mempunyai hakikat yang sama dengan penciptanya, Brahman Seru sekalian alam.

Selama jiwa ini terpisah dari sumbernya maka ia tak akan merasa tenang. Kebahagiaan sejati hanya terjadi bilamana Jiwa telah bersatu dengan sumbernya. Namun bila Jiwa terpisahkan dari Tuhannya maka ia akan mudah terperangkap ke dalam jerat Maya, kemudian menjadi budak dari pikirannya sendiri, sehingga ia tidak menemukan kebebasan. Jiwa itu menderita, yang keadaannya tidak lebih baik dari keadaan seorang istri yang hidup terpisah dari suaminya.

Walaupun diberikan segala kemewahan kepadanya namun mereka akan tetap murung dan sedih, bahkan tidak dapat terhibur. Kesedihannya itu akan berakhir bila ia bertemu dengan suaminya, memikat hatinya dan menjadikannya sebagai milik satusatunya. Begitulah Jiwa ini, akan tetap menderita selama belum bertemu atau menyatu dengan sumbernya, Sang Maha Sattvam, Siva sang pelebur dosa, Sanghyang Widi Wasa.

Demi melenyapkan kerinduan Jiwa, mendapatkan pancaran kasih dan menyatu dengan hakikat Atman, maka manusia harus melakukan latihan rohani.

Latihan Rohani

Sanghyang Widhi Wasa menciptakan manusia dengan memberikan organ tubuh yang sama, inti hidup yang sama dan hakikat Jiwa yang sejati sama dengan Dia. Apabila manusia tidak memelihara dirinya, membiarkan pikirannya dipengaruhi dan dijerat oleh ikatan Maya, maka sesungguhnya mereka telah menodai kemuliaan

Sanghyang Widhi, karena itu mereka terjerumus ke lembah dosa yang membawa duka dan nestapa. Mereka lupa bahwa Sang Pencipta bersemayam di dalam dirinya sebagai "Isvara", berada dimana-mana, memenuhi tempat yang tiada terbatas. Mereka juga lupa bahwa manusia tidaklah hanya terdiri dari segumpal darah dan daging, melainkan merupakan gudang harta karun dari ratna mutu manikam yang paling berharga, sebagai Kuil Tuhan, Brahma Wihara, Har Mandir, Pura Sanghyang Widhi Wasa, mikrokosmos tubuh yang mencakup seluruh alam semesta yang telah dirancang dengan sempurna. Karena itulah maka tubuh ini harus dirawat dan dijaga dengan penuh perhatian agar dapat diketahui rahasianya, dipecahkan misterinya, serta dikenal kodrat dan tujuannya.

Untuk menemukan jati diri manusia sebagai Pura Sanghyang Widhi Wasa, maka setiap orang harus melakukan latihan rohani melalui pengendalian pikiran dan idera, melaksanakan Upavasa, menundukkan pengaruh Sadripu, sehingga selalu sadar dan waspada terhadap jerat Maya yang mengakibatkan penderitaan Jiwa. Dalam hal ini pustaka suci Manu Smerti II sloka 88 menyebutkan: "Indriyanamvacaratam visayasvapacharesusanyameyatman alishe dvidvamyanteva vajinam" (Seperti halnya seorang kusir mengendalikan kuda kereta, begitulah orang yang berjiwa bijak berusaha mengendalikan inderanya dari pengaruh fantasi duniawi yang menyebabkan dirinyabuas).

Pengendalian indera ini menurut pustaka suci Sarasamuccaya harus dilakukan dengan cara mengendalikan pikiran, karena sesungguhnya pikiran itulah yang merupakan sumber penggerak keinginan yang kemudian akan menimbulkan tindakan baik dan buruk. Sloka 81 kitab suci Sarascamuscaya menyatakan: "Beginilah keadaan pikiran itu, selalu bimbang, jalannya tidak menentu, banyak yang diangan angankan, kadangkala berkeinginan, kadangkala ragu; bila ada orang yang mampu mengendalikan pikirannya, maka mereka itu pasti akan memperoleh kebahagiaan, baik di dunia ini, maupuh dalam dunia yang lain (Niskala)".

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

RELATED:
Pengertian, Makna Dan Tujuan Pelaksanaan Hari Raya Suci Galungan
Pengertian dan Makna Simbol Atribut Dewi Saraswati
Pengertian dan Makna Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Bagi Umat HinduSifat pikiran memang mudah terpengaruh oleh ilusi duniawi (Mayapada), karena phenomena alam selalu merangsang dengan berbagai hal yang indah, sedap, lezat, nikmat, sehingga naluri keinginan (Kama) bangkit dan menutupi kesadarannya. Justru itulah setiap orang harus melatih diri secara bertahap mengurangi berbagai jenis makanan yang kurang bermanfaat bagi tubuhnya, mengatur makanan agar bermanfaat bagi kesehatan, disiplin menjalani pantangan seperti yang dilakukan pada hari suci Sivaratri ini.

Dengan mengendalikan pikiran, mengekang kemauan pikiran terhadap phenomena alam, maka indera ini dapat dikendalikan dari rangsangan jerat Maya, sehingga secara bertahap rohaninya terlatih dalam gerak evolusi spiritual mencapai kesempurnaan.

Karma Penebusan Dosa

Pengamalan Tapa Brata Sivaratri (Jagra, Upavasa dan Mauna), selain bermakna sebagai latihan rohani, juga mengandung nilai spiritual yang sangat tinggi yakni sebagai karma penebusan dosa yang dilakukan di dunia ini. Pengertian "penebusan dosa" ialah menebus kesalahan dan kelalaian(Asubhakarma) karena kebodohan (Awidya), dengan cara melakukan karma yang positif (Subhakarma) yang bernilai "plus", sehingga karma itu akan bergerak seimbang ke titik nol (Sunya). Pada kondisi Sunya itulah Jiwa akan terbebas dari belenggunya, ia mencapai "Jnana" kesadaran murni dalam "Samadhi", bersatu dengan hakikatnya yang sejati, Jiwanya menyatu dalam pengabadian penuh kepada Brahman yang abadi, maha pengasih dan maha suci.

"Tad buddhayas tad atmanas, tanisthas tat parayanah, gacchanty apunara writtim, jnana nirdhuta kalmasah" (Karma Samnyasa Yoga 17) '

(Bila pikiran hanya tertuju padaNya, menyerahkan seluruh Jiwa kepada-Nya, memuja hanya kepadaNya, dan menjadikan-Nya sebagai tujuan utama, maka dosanya akan dihapus oleh Jflana, kesadaran sejati, kemudian mereka akan pergi tak kembali lagi).

Upaya pencapaian pembebasan inilah yang dilambangkan dalam pelaksanaan Tapa Brata pada Hari Suci Sivaratri.



A. Lubdhaka, Nishada dan Susvara melambangkan manusia yang diliputi avidya, hidupnya papa namun patuh pada petunjuk Yang Maha Kuasa (Veda) dan melaksanakan svadharmanya dengan baik.

B. Kwangen sebagai simbol “Ongkaramrta” adalah lambang suci Sanghyang Widhi Wasa dalam prabhava Siva yang digambarkan hadir dalam air kehidupan (Dalung) dan selalu menganugrahkan kasih-Nya kepada penyembah yang sradha dan bhakti.

C. Duduk tenang bermeditasi menghadapi Cawan berisi air dan 108 daun Bilva atau Beringin serta Dupa harum yang menyala melambangkan semangat mencari "kebenaran Sejati", menuju pembebasan diri dari belenggu Maya dengan mempelajari Veda Rahasyam yang berjumlah 108 Upanisad dan melaksanakan "8" bagian Yoga (Astangga Yoga) untuk menebus karma hingga mencapai titik "O" (sunya) serta Jiwa menemukan kesadaran murni dalam Samadhi mencapai yang "1" yaitu mencapai keadaan "Moksaka", dimana Jiwatman manunggal dengan sifat Brahman.

Dagang Banten Bali


D. Kegiatan Tirthayatra dalam Jagra Sivaratri bermakna memelihara kesucian hati dan kesadaran Jiwa yang telah dicapai agar tidak jatuh dan terseret kembali oleh jerat Maya. Sesungguhnya Tirthayatra atau perjalanan suci itu harus dilakukan selama masa hidup ini agar kesadaran mental selalu terpelihara dan kelalaian tak bersemi lagi.

Demikianlah Tapa Brata Sivaratri dilakukan sebagai latihan rohani dan karma penebus dosa. Karena itu makna filosofis Tapa Brata ini harus direalisasikan ke dalam pengabdian selama hidup melalui svadharma, yang dilandasi kesadaran mental yang tangguh agar kehidupan yang damai dapat terwujud.

Kesimpulan dan penutup

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Setiap manusia memiliki inti hidup (Atman) yang merupakan pancaran sinar suci yang sifat hakikatnya sama dengan Brahman. Hakikat kelahirannya membawa pengaruh karma. Ia terbungkus dan dipengaruhi oleh Tri Guna dan Maya sehingga semakin jauh dari sumbernya, serta mengakibatkan jiwanya menderita.
Pikiran sangat menentukan nasib manusia, oleh karena itu harus dikendalikan melalui pengekangan kemauan pikiran terhadap phenomena alam dan pengendalian indera dari rangsangan jerat maya. Dengan demikian secara bertahap rohaninya terlatih dalam gerak evolusi spiritual mencapai kesempurnaan. 
Tapabrata Sivaratri dilakukan sebagai latihan rohani dan karma penebusan dosa serta harus disadari sebagai pengabdian suci kepada Sanghyang Widhi Wasa melalui pelaksanaan svadharma yang dilandasi kesadaran mental yang tangguh agar kehidupan yang damai dapat terwujud.
Mari kita hayati dan laksanakan tapa brata Sivaratri ini sebagai latihan rohani dan karma penebusan dosa menuju kesempurnaan hidup, serta menumbuh suburkan kesadaran sradha dan bhakti demi keagungan Sanghyang Widhi Wasa.

Mari kita sadari pula bahwa sradha adalah tanaman yang sangat berharga dalam kehidupan ini, namun sebuah tiupan angin Mayapada akan menjadikannya layu. Karena itu jangan dibiarkan lahan hati yang subur menjadi tandus dipenuhi duri dan rumput nafsu. Mari kita oleh lahan hati ini dengan aliran kasih yang sejati dan taburkan benih nama Tuhan, sembari mencabut rumput-rumput keserakahan. Awasilah tanaman yang tumbuh dengan kesadaran Jiwa dan pagari lahan hati dengan tapabrata. Semoga bunga bunga bhakti dalam wujud cinta kasih yang murni akan menghasilkan buah kebahagiaan (Anandam), dimana Jiwa lebur ke dalam N ya, mencapai pembebasan.

Media Hindu Edisi Januari-Februari 2003, hal 26-29
https://www.mutiarahindu.com/2019/03/makna-filosofis-hari-suci-siwaratri.html.

Berbisnis Menurut Perspektif Agama Hindu

 



Untuk membangun kehidupan yang sejahtera. di dunia ini menurut ajaran Hindu harus ada tiga hal pokok yang wajib dikerjakan oleh manusia secara seimbang dan berkelanjutan. Tiga hal itu dalam Bhagawad Gita dinyatakan Krsi, Goraksya dan Vanijyan. Artinya bertani dalam artian luas, beternak dan berdagangUntuk menata tiga _ hal itu merupakan kewajiban para Vaisya sebagaimana dinyatakan dalam Bhagawad Gita XVIII.44. Membangun kesejahteraan dengan tiga usaha utama itu haruslah dilakukan sebagai suatu wujud bhakti pada Tuhan. Dengan melakukan usaha pertanian, peternakan dan perdagangan yang benar sesuai dengan norma-normanya akan dapat mewujudkan alam yang lestari dan masyarakat yang sejahtera. Alam dan manusia adalah ciptaan Tuhan. Karena itu mewujudkan ajaran Agama Hindu itu dengan asih dan punia sebagai wujud bhakti pada Tuhan. Asih pada alam lingkungan dan punia atau mengabdi pada sesama umat manusia itu sebagai suatu hal yang tidak terpisah-pisah.



Mutiarahindu.com

Mengapa dalam dunia bisnis banyak muncul masyalah karena antara berbisnis dan beragama diimplementasikan secara dikotomis. Berbisnis itu dianggap hanya cari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan segala cara. Saat beragama melakukan pemujaan pada Tuhan untuk mohon ampun atas segala dosa-dosa yang dilakukan dalam kegiatan bisnis. Setelah yakin mendapatkan ampunan dari Tuhan selanjutnya berbisnis tanpa mengikuti kaidah-kaidah bisnis yang bermoral dan berdasarkan hukum bisnis.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Jadinya permasyalahan itu timbul karena melakukan usaha bisnis tidak dianggap sebagai suatu wujud pengamalan ajaran Agama yang dianut. Sesungguhnya berbisnis itu adalah salah satu wujud dari pengamalan ajaran Agama. Bisnis yang dilakukan berdasarkan norma-norma bisnis yang benar dan bermoral, akan dapat menimbulkan multiplayer effek ekonomi yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Hal ini sangat ditekankan oleh setiap ajaran Agama. Dengan bisnis akan terbuka lapangan kerja. Terbukanya lapangan kerja dapat menyerap pengangguran. Ini adalah Yadnya nyata dari mereka yang berbisnis dengan baik. Bisnis akan dapat meberikan pajak untuk negara. Bisnis dapat mengembangkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan. Artinya bisnis memberikan nilai tambah pada ilmu pengetahuan. Ilmu bukan hanya untuk ilmu. Bisnis menjadikan ilmu untuk hidup. Bisnis menimbulkan interaksi sosial yang luas. Bisnis akan memberikan tetap hidupnya dinamika seni budaya. Kesemuanya itu akan terwujud apa bila berbisnis dilakukan dengan landasan moral Agama. Artinya para pengusaha hendaknya yakin bahwa dengan melakukan bisnis yang baik itu sebagai mereka sesungguhnya melakukan kehidupan beragama yang lebih nyata mengangkat berbagai harkat dan martabat hidup dan kehidupan ini. Resi Canakya menyatakan seorang pengusaha yang sukses dalam bisnis tidak ada bedanya dengan seorang Resi.


Bisnis Tanpa Moral Menimbulkan Dosa Sosial

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Bisnis sesungguhnya suatu upaya kerjasama manusia untuk mensejahterakan akan hidupnya bersama di dunia ini. Dengan bisnis ini berbagai sumber-sumber ekonomi potensial dapat dikembangkan menjadi sumber ekonomi yang real. Menjadi sumber ekonomi yang real artinya secara nyata dapat memberikan tambahan produksi barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kalau ada keseimbangan antara produksi barang dan jasa dengan kebutuhan masyarakat maka hal itu sebagai salah satu syarat menciptakan ekonomi yang stabil. Bisnis memberikan berbagai lapangan kerja kepada masyarata baik langsung maupun tidak langsung.


Melalui bisnis ini manusia dapat memajukan berbagai aspek kehidupanya. Seni budaya tidak akan subur dalam masyarakat yang miskin. Kalau kita perhatikan keadaan di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya, perkembangan bisnis sangat marak. Seharusnya kita sudah sangat makmur dan sejahtera. Mengapa kehidupan yang makmur sejahtera itu semakin jauh rasanya. Hal ini disebabkan tidak adanya keadilan dalam proses berbisnis. Mengapa tidak adanya keadilan karena rendahnya moral dalam melakukan bisnis. Nilai modal berupa uang dan barang sangat tidak seimbang dengan nilai tenaga, ketrampilan dan keakhlian manusia dalam melakukan bisnis. Uang dan barang dalam berbisnis jauh lebih utama dinilai tinggi dari nilai tenaga, ketrampilan dan keakhlian manusia. Hal ini karena hukum ekonomi tidak dilandasi moral. Memang hukum ekonomi akan berproses secara alami. Kalau jumlah SDM yang dibutuhkan lebih banyak dari daya tampungnya maka SDM itu akan menjadi lebih murah. Murahnya nilai SDM tersebut sesungguhnya jangan sampai melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan jasa keadilan Karena rendahnya moral dalam melakukan bisnis timbullah hukum rimba. Hukum rimba atau dalam Nitisastra disebutkan Matsya Nyaya adalah yang kuat memakan yang lemah. Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan sementara pebisnis memperlakukan tenaga kerjanya secara tidak bermoral.




Banyak pebisnis yang usahanya sudah sangat menguntungkan tetapi karyawannya tidak digaji secara wajar. Padahal pengusaha tersebut hidup mewah berlebihan. Rumah, mobil, perjalanan dan fasilitas hidup lainnya serba berlebihan. Tetapi karyawan yang memiliki andil yang sangat besar dalam mensukseskan bisnisnya, mereka tetap saja dibayar rendah Maksimum sesuai dengan Upah Minimum Regional Sedangkan Upah Minimum Regional hitunghitungannya berdasarkan kebutuhan fisik minimum, bukan kebutuhan hidup minimum. Dilain pihak Negara menentukan pembangunan manusia seutuhnya. Tetapi hitung-hitungan upah hanya sebatas kehidupan fisik yang minimum lagi. Hal inilah yang akan menimbulkan dosa-sosial. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menyaksikan kehidupan yang senjang sangat menjolok. Ada orang dimana-mana punya rumah sampai mereka susah mau tidur dimana malam ini. Dilain pihak setiap tahun ada orang yang hidupnya sangat tegang karena kontrak rumah sudah habis. Sedangkan uang untuk ngontrak selanjutnya belum ada uang yang terkumpul. Untuk hidup sehari-hari saja masih sering ngutang sana-sini.


Orang-orang yang duduk di pemerintahan diharapkan dapat menjembatani hal ini. Tetapi mereka umumnya sibuk menghadiri acara-acara seremonial dan pidato-pidato yang muluk-muluk tanpa bukti memperbaiki kesenjangan. Merekapun tidak merasakan lagi hidup menderita karena sudah dilimpahi fasilitas yang berlebihan. Jangankan memperhatikan mereka yang jauh-jauh. Nasib bawahannya saja sering tidak mendapatkan perhatian yang wajar dan adil. Ada sementara pebisnis yang ingin berbisnis yang benar dan wajar untuk membangun kesejahteraan bersama secara adil. Merekapun sering mendapatkan berbagai kesulitan birokrasi yang berliku-liku. Bahkan Prof, DR. Sumitro Joyohadikusumo, bagawan ekonomi Indonesia pernah mengatakan bisnis Indonesia kena biaya siluman (informal cost) sampai 30 % dari total biaya produksi. Hal ini juga sebagai pendorong munculnya bisnis tanpa moral. Daribisnis tanpa moral itu memicu timbulnya tekanan batin yang sangat kuat pada masyarakat luas baik langsung maupun tidak langsung. Tekanan psykhologis yang struktural ini cepat atau lambat akan memunculkan. kekerasan sosial.


Dari kekerasan sosial inipun juga akan memunculkan dosa sosial yang lebih luas lagi. Moto bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecilkecilnya, meskipun secara teori sudah ditinggalkan, namun masih saja secara praktis digunakan. Hal itulah yang banyak menimbulkan berbisnis hanya mengejar keuntungan dengan mengabaikan nilai-niali kemanusian dan moralitas yang luhur.




Reff: https://www.mutiarahindu.com/2018/03/berbisnis-menurut-perspektif-agama-hindu.html

- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar

Korupsi Menurut Perspektif Hindu Dan Hukumnya

 Secara etimologi Korupsi dalam bahasa Yunani berarti “corruplate” yang artinya mengambil atau mencuri barang orang lain tampa ijin sang pemilik. Dalam bahasa latin Korupsi sama dengan “Corruptio” yang artinya rusak atau busuk atau menyogok, memutar balikkan, menggoyahkan. 



Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI.Online) Korupsi yaitu penyelewengan atau penyalagunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. (KBBI Daring, Online. Diakses tanggal 14 Februari. Pukul 12:58 Wib)




Foto: Mutiarahindu.com
Dari penjelasan diatas, mutiara hindu dapat menyimpulkan bahwa Korupsi adalah tindakan mencuri, mengambil, merusak, barang orang lain tampa sehingga merugikan orang lain.


Korupsi Menurut Pandangan Hindu


Korupsi dalam agama hindu dapat dipandang sebagai tindakan yang melawan Dharma atau Hukum Rta. Dalam konsep Tri Kaya Parisudha, maka korupsi adalah tindakan yang tidak benar karena melanggar Manacika (berfikir yang benar), Wacika (berkata yang benar) dan Kayika (berbuat yang benar).


Kemudian jika kita memperhatikan etimologi diatas korupsi adalah bagian dari Panca Ma yaitu lima tindakan (perbuatan) yang dapat menjauhkan manusia dari jalan dharma sehingga terjerumus kedalam kegelapan. Ada pun dari kelima bagian-bagian Panca Ma adalah (1) Madat (mengisap candu seperti narkoba), (2) Memunyah (mabuk-mabukan akibat minuman keras atau sejenisnya), (3) Metoh atau juga disebut Memotoh yaitu perbuatan Judi, (4) Madon (gemar bermain perempuan, memitra atau bersina), dan Mamaling (mencuri atau korupsi).


Mamaling sama halnya dengan korupsi yaitu mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan sang pemilik. Mamaling juga dapat diartikan tindakan yang melanggar hukum negara maupun hukum rta sebab merugikan orang lain.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Korupsi dalam agama hindu juga merupakan tindakan yang melanggar Catur Purusa Artha dimana seseorang harus mengutamakan Dharma (kebenaran) untuk memperoleh Artha (harta benda) dan Kama (keinginan) demi mencapai tujuan hidup yakni Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma (kebahagian di dunia dan akhirat).


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah kondisi yang terbangun karena melawan hokum kerja (rta) dimana sang koruptor ingin mendapatkan sesuatu bukan dari hasil kerja keras sehingga merugikan negara. (Sri Wedari.2015:14)


Penyebab Orang Korupsi Menurut Hindu


Perbuatan korupsi di Indonesia saat ini sangat banyak terjadi di kalangan pemerintah negara. Hal ini terjadi karena penggunaan wewenang dan kebijakan diluar hukum. Dampak dari hal ini adalah negara mengalami kerugian sehingga pembangunan sumber daya manusia semakin terhambat. Tindakan seperti ini tentunya tidak sesuai dengan ideology negara yakni mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.


Tindakan kejahatan seperti ini, bukan hal yang biasa, dalam kitab suci agama hindu telah diprediksi bahwa di Jaman Kali Yuga ini, kejahatan akan lebih banyak dari pada kebaikan dimana kejahatan 75 persen sedangkan kebaikan hanya 25 persen. Selain itu, penyebab orang korupsi yakni tidak adanya pengendalian terhadap Sad Ripu yang ada dalam diri setiap manusia. Ke enam musuh tersebut yakni (1) kama yaitu nafsu atau keinginan yang berlebihan sehingga melampau batas kemampuan; (2) Tamak atau sifat rakus yang ada pada diri manusia; (3) Krodha yaitu sifat marah yang terlalu berlebihan; (4) Moha yaitu sifat bingung atau awidya; (5) Mada yaitu sifat mabuk baik karena harta mau pun keinginan atau minuman; dan (6) Matsarya yaitu sifat dengki atau iri hati.


Ke enam sifat diatas dapat mengakibatkan runtuhnya kemulian (seperti Korupsi) manusia. Selain itu dugaan lain yang dapat membuat orang korupsi yakni, bahwa karena tingginya tingkat materialisme tanpa adanya kendali kerohanian ataupun sentuhan spiritual. Untuk itu, perlu adanya penegakan “dharma”. Sebab, Tanpa dharma, maka korupsi akan terus terjadi. Tanpa dharma maka manusia yang menyimpang dari undang-undang, peraturan dan sebagainya. Manusia akan berhadapan dengan polisi, jaksa, hakim dan pejabat justisi lainnya.


Hukum Pelaku Korupsi Menurut Pandangan Hindu


Telah dijelaskan diatas bahwa korupsi adalah tindakan yang melawan hukum rta atau dharma. Sehingga perlu adanya penegakan kembali seperti disebutkan dalam Bhagavad Gita IV.8 bahwa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran dan menegakkan kembali kebenaran (dharma), maka Tuhan sendiri akan turun kedunia.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Dari sloka diatas dapat dijelaskan bahwa pelaku korupsi akan mendapatkan hukuman dari Tuhan itu sendiri. Namun, belum dipastikan kapan dia akan mendapat hukuman itu. Sebab dalam agama Hindu dikenal adanya tiga jenis karma yaitu sebagai berikut:

Sancita Karmaphala yaitu perbuatan kita yang lalu masih ada sehingga menentukan hidup kita sekarang. Misalnya dahulu anda melakukan korupsi yang merugikan negara sangat banyak, sehingga anda dipenjara, dan akhirnya meninggal di dalam penjara. Pada kehidupan hari ini anda hidup menderita sebab hukuman terhadap anda dahulu belum selesai dan harus ditanggung dikehidupan sekarang.
Prarabdha Karmaphala yaitu perbuatan sekarang hasilnya dinikmati sekarang. Contoh konkrit yang dapat kita lihat yakni banyak video di media social menampilkan seseorang melakukan perampokan dan pada saat lari menyelamatkan diri justru ditabrak kendaraan.
Kriyamana Karmaphala yaitu perbuatan kita hari ini atau sekarang hasilnya akan dinikmati pada kehidupan mendatang. Misalnya saat ini, anda melakukan korupsi tetapi karena kelicikan anda akhirnya lolos dari hukuman. Pada kelahiran berikutnya anda akan mendapatkan kesengsaraan seperti kekurangan ekonomi dan lainnya atau bisa saja menjadi orang hina.

Dagang Banten Bali


Ketiga jenis karma diatas diperkuat dengan kayakinan umat Hindu dengan adanya Hukum Karma Phala yaitu hokum sebab akibat setiap karma (perbuatan) akan mendatangkan hasil atau buah, apabila karma yang diperbuat adalah karma baik maka buah atau phala yang diperoleh adalah kebaikan. Demikian pula sebaliknya bila karma yang dibuat adalah karma yang buruk maka buah Karma Phala yang diterima adalah karma buruk yang diterimah adalah hasil keburukan.


Kemudian di dalam Sarasamuccaya 267 dikatakan bahwa 


“biarpun orang berketuruna mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain, maka hilanglah kearifanya karena kelobaannya; apabila telah hilang kearifannya itu itulah menghilangkan kemuliaanya, keindahannya dan seluruh kemegahanya”. 

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Sloka diatas mempertegas bahwa hukuman terhadap pelaku korupsi tidak memandang status social seseorang, baik itu raja, presiden, menteri atau keturunan dari orang terpandang jika melakukan korupsi, maka kemuliannya akan hilang. Hal ini dipertegas lagi di dalam Sarasamuccaya 149 yang berbunyi demikian:


“Jika ada orang yang merampas kekayaan orang lain dengan berpegang kepada kekuatannya dan banyak pengikutnya, malahan bukan harga kekayaan hasil curianya saja yang terampas darinya, tetapi juga dharma, artha dan kamanya itu turut terampas oleh karena perbuatanya, (yang mencuri malahan kehilangan lebih banya)”.



RELATED:
Pandangan Hindu Mengenai Kehamilan dan Kelahiran
Konsep Arca Menurut Veda dan Susastra Veda
Perang Asimetris Dari Mahabharata Hingga Kini
Sloka Sarasamuccaya 149 mempertegas bahwa seseorang yang mengambil barang orang lain atau korupsi akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari yang dilakukan. Dikatakan berat karena bukan saja hartanya yang terampas tetapi juga, kehormatanya, keinginannya dan kepercayaanya. Contoh kecilnya dapat kita lihat sekarang yakni pejabat korupsi yang akhirnya kehilangan jabatan, kekuasaan dan kepercayaannya setelah tertangkap kpk.


Di dalam hukum Hindu memang tidak ada hukum yang tertulis yang langsung menjatuhkan vonis hukuman kepada para pelaku namun hukuman tersebut sifatnya niskala yang kita tidak tahu kapan dan bagaimana hukuman itu kita terima, bisa saja pada kehidupan sekarang bisa secara langsung dan bisa juga pada kehidupan yang akan datang.


Hukuman dalam veda adalah Rta dan Dharma yang keduanya merupakan hukum dalam ilmu hukum Hindu, Rta adalah hukum alam yang bersifat abadi sedangkan dharma adalah hukum duniawi baik ditetapkan maupun tidak ditetapkan. 


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hendaknya seseorang tidak melakukan korupsi sebab akan berdampak pada luka yang mendalam. Dalam mencari artha dan kama harus mengutamakan dharma sebab tidak ada artinya artha yang diperoleh menyimpang dari jalan dharma.


Reff: https://www.mutiarahindu.com/2018/02/korupsi-menurut-perspektif-hindu-dan.html
Sri Wedari, Ni Nengah. 2015. Hukum Pelaku Korupsi Menurut Hindu. Dempasar: IHDN
Yani, Komang Sri. 2015. Hukum Pelaku Korupsi dalam Hindu.Mataram: STAH GDE PUDJA.
¬_. 1991. Sarasamuccaya. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.

Pengertian Indra Brata dan Penjelasannya

 Wiracarita Ramayana digubah oleh pujangga besar Indonesia di jaman dulu yaitu Mpu Yogiswara pada tahun 925 M . Sudah tua umumya tetapi mudah mudahan masih ada gunanya dalam masa pembangunan ini. Indpa Brata adalah salah satu sloka yang pertama dari delapan sloka yang dinamai Asga Brata yang ada pada sargha XXIV Ramayana itu. Kata ASTA berarti DELAPAN dan BRATA antara lain berarti TUGAS KEWAJIBAN, AZAS/LAKU UTAMA, KETEGUHAN HATI. Karena kata BRATA ini mempunyai sedikitnya tiga arti yang semuanya tepat dalam hubungan maksud istilah ini, untuk singkatnya penulis sebutkan saja ASTA BRATA (walaupun kata-kata ini berasal dari bahasa Sanskerta). Karena terlalu panjang untuk diterjemahkan dengan DELAPAN TUGAS KEWAJIBAN, DELAPAN AZAS/LAKU UTAMA, DELAPAN KETEGUHAN IMAN sekaligus, walau maksudnya mencakup sebaris kata-kata tersebut/penulis pakai saja istilah Agta Brata. Ajaran ASTA BRATA ini tercantum di dalam buku wira carita (epos) Ramayana Jawa Kuno gubahan pujangga besar Yogiswara pada Sargha XXIV sloka 52-60, (Sudharta, 2015:1).




Dewa Indra

Ajaran ini disampaikan Oleh Sri Rama kepada sang Wibhisana pada waktu Sri Rama telah dapat menaklukkan kerajaan Alengkapura. Beliau mengalahkan raja Rawana dalam pertarungan sengit pada perang tanding yang berakhirkan dengan tewasnya raja Rawana, Sri Rama ingin menyerahkan kerajaan Alengka kepada ahli warisnya yang masih hidup, Pangeran Wibhiwana. Betapapun sakit hati Pangeran Wibhisana terhadap kakaknya raja Rawana yang telah mengusirnya dari kerajaan Alengka, betapapun kesal hatinya terhadap kakaknya yang dianggapnya bersalah melanggar norma kesusilaan dengan menculik dewi Sita, permaisuri Rama. Namun wafatnya raja Rawana adalah suatu kejadian yang sangat menyedihkan hatinya, walaupun sebelumnya kejadian ini sudah diperkirakan olehnya. Apalagi kakaknya yang kedua yaitu Kumbhakarna telah pula meninggalkannya, gugur di medan laga sebagai putra sejati dari sebuah kerajaan yang berpegang teguh sampai akhir hayatnya kepada prinsip "right or wrong is my country". Benar atau salah, negara ini adalah negaraku yang harus ku bela dan ku pertahankan sampai titik darah yang penghabisan!. Kehancuran kerajaan Alengka adalah kehancuran yang menggundahkan perasaan Pangeran Wibhisana. Kematian kedua saudara tuanya adalah kematian yang merenyuhkan hatinya. Hal ini menyebabkan Pangeran Wibhisana tidak rela menerima permintaan Sri Rama agar ia mau menduduki tahta kerajaan yang ditinggalkan kedua kakaknya. Ia tidak ingin menikmati kehidupan di atas reruntuhan negaranya. Tetapi demi kelangsungan hidup dan eksistensi kerajaan Alengka yang pernah jaya itu Sri Rama mendesak agar Pangeran Wibhisana bersedia melanjutkan kepemimpinan kakaknya. Diharapkan membina rakyai Alengka dengan gaya dan corak yang lebih baik dari kakaknya. Memerintah dengan kepemimpinan yang dituntun oleh ajaran ajaran agama, antara lain ajaran ASTA BRATA, (Sudharta, 2015:1-2).

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Memang benar nasihat Sri Rama dalam bentuk Asga Brata itu hanya ditujukan olehnya kepada Pangeran Wibhisana dalam memimpin kerajaan Alengka. Tetapi pada hakekatnya ajaran itu tidak hanya bagi Pangeran Wibhisana dan tidak hanya untuk memimpin kerajaan Alengka. Ajaran itu dapat juga diperlakukan oleh setiap orang yang hendak memimpin apa saja dan di mana saja serta kapan saja setelah disesuaikan dengan desa, kala, patra yaitu disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan yang dihadapi. Karena siapakah yang tidak merupakan PEMIMPIN dalam kehidupan ini? Setiap orang adalah PEMIMPIN. Apakah ia memimpin rumah tangga, memimpin kelompok lingkungan kecil, atau besar. Memimpin sekolah yang dasar ataupun yang tinggi. Memimpin masyarakat atau negara yang kecil maupun yang besar. Memimpin pemerintahan di tingkat apapun juga. Yang terutama adalah memimpin diri sendiri, (Sudharta, 2015:2).

Dengan demikian sebagai seorang pemimpin, ajaran Asta Brata ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pegangan dalam mensukseskan mission dalam hidup ini. Antara lain ikut menciptakan kesejahteraan dan kedamaian yang menyeluruh lahir bathin di bidangnya masing masing. Perlu kami tekankan di sini bahwa ajaran Asta Brata dan agama Hindu ini hanyalah merupakan salah satu pegangan dan. bukan satusatunya pegangan karena pegangan pegangan lainnya masih banyak ada baik di dalam agama Hindu sendiri maupun di dalam agama lainnya. Ajaran yang perlu kita gali, kita persembahkan kepada bangsa dan negara kita yang sedang berada di dalam era pembangunan di scgala bidang dan khususnya di dalam Pelita yang akan datang yang menekankan pembangunan dalam mewujudkan keadilan sosial. Dan dalam hal ini kami tertarik akan pendapat Prof. Dr. Mubyarto yang mengatakan : 

"Berjalannya sistem ekonomi (apapun namanya) tidak terlepas dari manusia-manusia pelakunya. Dalam keadaan masyarakat kita yang bersifat majemuk, nampaknya pembahasan masalah keadilan sosial, perlu lebih dikaitkan pada masalah pcndidikan moral dan agama, dan bukan hanya masalah sistem ekonomi dan struktur sosial". 

Di samping adanya ajaran moral dari kelima agama yang diakui di Indonesia, kita sudah pula mempunyai Moral Pancasila sebagai sumber masukan dalam mewujudkan, membina masyarakat adil dan makmur melalui Pelita-Pelita yang kita buat bersama. Ajaran moral dan agama Hindu yang penulis sajikan ini ialah ajaran Asta Brata yang sebagai namanya menunjukkan berjumlah delapan butir. Mudah-mudahan ajaran Asta Brata yang disajikan ini masih ada arti dan gunanya pada masa ini karena ia ditulis di Indonesia oleh pujangga besar Yogiswara pada tahun 925 M, (Sudharta, 2015:3).

Dalam kekawin Ramayana Sargha (Bab) XXIV sloka (bait) 52 pujangga Yogiswara menuliskan sebagai ungkapan permulaan dari delapan bait syair yang mengandung ajaran Asta-Brata itu sebagai berikut :

"Hyang Indra Yama Suryya Candra-anila,

Kuwera Baruna-agni nahan wwalu, 

sira ta maka-angga sang bhupati, 

matang nira inisti agabrata".

Terjemahan:

"(Brata) dewa Indra, Yama, Suryya (Matahari), Candra (Bulan), Anila (Angin), Kuwera, Baruna, dan Agni (Api) adalah delapan (brata) yang bernama Asta-Brata yang seharusnya dihayati oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa raganya", (Sudharta, 2015:3). 



Kata Dewa dalam agama Hindu berasal dari kata Sanskerta Div yang berarti sinar, cahaya yang sama dengan kata Day (Inggris) atau Tag (Jerman) atau Daag (Belanda) yang berarti hari yaitu bagian waktu yang mempunyai cahaya. Dengan demikian kata Dewa berarti Ia yang mempunyai sinar atau memberi sinar atau merupakan sinar (Nur) dari Hyang Widhi (Illahi). Setiap Dewa (Nur Illahi) ini mempunyai sifat, tugas, kekuasaan dan kemampuannya masing-masing sebagai percikan dari Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Kedelapan Dewa tersebut masing-masing mempunyai sifat, kekuasaan dan tugasnya sendiri yang patut dipakai tauladan oleh seorang pemimpin. Misalnya , disebutkan dalam syair 53 :

"Nihan brata ni sang hyang Indra-alapen,

sira anghudanaken tumrepting jagat,

sirata tuladena Indrabrata,

sudana ya hudanta manglyabi rat"

Terjemahan:

"Beginilah brata dari dewa Indra yang harus diikuti yaitu memberi hujan kesejahteraan pada rakyat; anda hendaknya meniru brata Indra ini, SUDANA lah yang anda harus hujankan demi kesejahteraan rakyat". 

Disebutkan di sini bahwa hyang Indra sebagai dewa hujan. Ia mempunyai kekuasaan dan tugas untuk menghujani alam semesta, sehingga seorang pemimpin harus menghujani rakyat dengan suddna, pemberian yang baik. Dalam agama Hindu istilah DANA (Pemberian) tidak hanya berarti pemberian harta Benda (ARTHA DANA) tetapi juga pemberian PERLINDUNGAN DARI BAHAYA (ABHAYA DANA) serta pemberian PENGETAHUAN (BRAHMA DANA). Sehingga dengan demikian seorang pemimpin harus memikirkan dan "menghujani" mereka yang dipimpinnya dengan memenuhi kebutuhan mereka di bidang materi (antara lain sandang, pangan, papan). Juga memberikan perilindungan dari bahaya, memberikan rasa aman, menciptakan situasi keamanan yang mantap, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya dengan tidak ada kekhawatiran sama sekali, baik terhadap bahaya dari luar maupun yang ada di dalam lingkungannya sendiri. 

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Di samping itu merekapun harus dijamin atau "dihujani" dengan Pemberian Ilmu Pengetahuan. Pcndidikan mereka harus diselenggarakan, ada jaminan bahwa mereka pasti dapat pendidikan, mereka harus dapat memiliki ilmu pengetahuan yang setinggi tingginya dengan biaya yang semurah-murahnya kalau tidak dapat secara cuma-cuma. Tugas sebagai dewa Indra ialah menghujani kemakmuran, kesejahteraan lahir bathin pada rakyat. Di samping itu, sebagai sifat air hujan itu sendiri, sang pemimpin hendaknya dapat menyejukkan suasana kehidupan serta hati sanubari setiap bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh membiarkan hati sanubari dan kehidupan rakyat atau bawahannya menjadi gersang apalagi sampai kering kepanasan karena tidak pernah mendapatkan gerimisnya "hujan pemberian" sebagai tersebut di atas. Sebagai juga kodrat dari air hujan itu sendiri yang jalannya pasti ke bawah, hendaknya pemimpin meniru kodrat hujan itu, yaitu menyampaikan kesejukan, menyampaikan pemberian itu, tidak hanya sampai di tingkat atas saja tetapi harus juga sampai ke tingkat yang paling bawah. Dan malah kalau bisa tingkat yang paling bawah itulah yang seharusnya dapat yang paling banyak, dengan cara menghindarkan adanya kebocoran-kebocoran atau pcnyelewengan-penyelewengan di tingkat atas, (Sudharta, 2015:4). 

Di samping penyampaian segalanya itu supaya sampai ke bawah, hendaknya juga perhatian dan pengalaman pribadi supaya sampai juga ke bawah yaitu dengan seringnya pemimpin itu turun ke bawah, turun ke masyarakat. Tidak hanya menerima laporan di atas meja sambil duduk di atas kursi yang empuk. Sebagai juga sifat air hujan bisa menghanyutkan segala yang menghadang, bendungan-bendungan atau hambatan hambatan yang tidak teratur, yang diciptakan atau dibuat di luar ketentuan ketentuan yang berlaku. 

Karena itu pemimpin atau pemerintah hendaknya selalu memberi peringatan kepada semua pihak bahwa pemerintah akan bisa bertindak sebagai banjir menghantam mereka yang menghambat atau membendung jalannya pemerintahan. Baikpun dengan secara illegal apalagi dengan maksud untuk menimbulkan keresahan, ketidak amanan serta keadaan-keadaan lain yang negatif. Sebaliknya perlu diterangkan kepada mereka bahwa air atau hujan sebagai hyang Indra akan membawakan kemakmuran, kesuburan dan kesejukan hidup jika sifatnya itu dianut oleh pemimpin dan tidak dihambat-hambat oleh bawahan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jadi dasarnya sifat, tugas dan kekuasaan dewa Indra yang perlu diikuti ialah : 


"menghujani" dengan tiga macam pemberian (dana) di atas : materi, pendidikan, keamanan; 
menyejukkan hati dan suasana masyarakat; 
menyampaikan segala "pemberian" dan perhatian sampai ke bawah; 
menghanyutkan segala rintangan dan hambatan yang dapat membahayakan. 



Inilah hakekat dari Indra Brata , brata kcpertama dari Agga Brata, (Sudharta, 2015:5).

Referensi: https://www.mutiarahindu.com/2020/10/pengertian-indra-brata-dan-penjelasannya.html

Rai Sudharta, DR.Tjok. 2015. Asta Brata di abad Millenium. Denpasar: ESBE buku