Filsafat Veda yang dimaksudkan di dalam pembahasan berikut ini adalah pemikiran-pemikiran filsafat yang terkandung di dalam bagian mantra-mantra kitab suci Veda. Mant.ra-rnantra merupakan bagian paling tua dan seluruh kesusastraan Veda yang pada dasarnya berupa pemujaan, pujian dan permohonan anugerah kepada deva-deva yang dipuja. Jadi, penibahasan lebih banyak menekankan pada bagian mantra Veda; mencoba melihat pemikiran-pemikiran spekulatif yang halus pada mantra-mantra tersebut, Hal ml penting sebelum melangkah ke pembahasan selanjutnya, karena tradisi intelektual India sepakat memposisikan Veda sebagai titik tolak perkembangan pemikiran filsafat baik yang tergolong astika maupun nästika.
Walaupun demikian, Frauwallner mengatakan bahwa adalah kesalahan besar mengharapkan untuk menemukan di dalam Veda suatu koleksi konsisten karya-karya filsafat. Veda pada awalnya tidak ada kaitannya dengan filsafat. Lebih baik mengatakan filsafat telah memulai jalannya di sini secara perlahan-lahan melalui perkembangan Veda itu sendiri, mulai dari Mantra, Brahmana, Aranyaka dan Upanisad. Filsafat India (darsana) mendapatkan benih-benihnya di dalam mantra-mantra Veda, namun pikiran-pikiran spekulatif metafisika tersebut masih belum sistematis yang layak disebut. sistem filsafat. Cukup banyak ada hal-hal yang tidak konsisten di dalamnya. Unsur-unsur mitos atau legenda memang perlu
dipisahkan dari unsur-unsur filsafatnya manakala kita ingin melihat Veda sebagai titik awal kesusastraan India dan fase awal perkembangan filsafat India. Sebagai kelanjutan proses pérkembangan intekktual para rsi di zaman silam, Veda khususnya bagian mantra samhita-nya dapat dipandang sebagai titik tolak perkembangan filsafat India sebelum mendapatkan bentuknya yang mapan. Sebagai otoritas tertinggi, Veda ditanggapi secara positif maupun negatif oleh para filosof. Apapun jenis tanggapan tersebut, Veda diposisikan sebagai cikal bakal perkembangan sistem filsafat India. Sebagai dokumen literer Veda adalah tonggak perkembangan filsafat.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Tidak hanya di bidang filsafat, kebudayaan dan peradaban India secara umum mengalir dari nilai-nilai Veda. Menyinggung maha luasnya cakupan kesusastraan India, E. Frauwallner mengatakan filsafat India adalah lautan maha luas yang sulit dilayari. Tidak ada ras bangsa di dunia yang mempunyai kesusastraan filsafat dan agama yang dapat dibandingkan dengan kesusastraan India di dalam ukuran, kekayaan, dan keragaman isi.
Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mampu diberlanjutkan melalui reinterpretasi, reposisi dan reformasi dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pembelajaran di dalam suatu tradisi intelektual atau garis perguruan (guru parampara). Tantangan dan cobaan dari pihak-pihak luar atau asing yang datang ke India maupun pertentangan-pertentangan internal menyebabkan para pemikir India kuno dan moderen
mencari jalan agar peradaban besar ini bisa tetap diteruskan dari satu masa ke masa berikutnya melalui kebebasan berfikir dan berkreasi. Liberalisme di dalam pemikiran ini memungkinkan peradaban Veda berkembang sesuai dengan masanya sekaligus menjawab tantangan masa tersebut. Paham-paham theistik dan atheistik; monistik dan pluralistick skeptik dan agnostik hidup berdampingan sebagai wujud keragaman dan keniscayaan peradaban.
Studi-studi India oleh sarjana Barat seperti dipelopori Celebrooke, Max Muller, Macdonell, Winternitz, Griffith, Bloomfield, Whitney, Rys Davis, dan lain-lain didorong oleh semangat rumpun bangsa atau ras Indo-Eropa telah menyebarkan kebudayaannya melalui bahasa Sansekertanya tidak hanya ke India (Bharata) tetapi juga ke Asia Barat, seperti Persia. Kitab suci Avesta yang merupakan kitab suci agama Zoroaster banyak mempunyai kesamaan dengan konsep-konsep di dalam Veda. Secara linguistik ditemukan adanya titik terang bahwa bangsa Arya yang datang ke India jauh sebelum tarikh Masehi mempunyai leluhur yang sama dengan ras Eropa. Disamping itu, penampilan fisik mereka mempunyai kemiripan. Analisis inilah yang umum diterima oleh para sarjana Indologi sementara ini.
Pembicaraan pada filsafat India yang lebih komprehensif pasti melibatkan telaah terhadap Veda dan kesusastraan Veda (Vedic literature). Dari sini akan diketahui bagaimana suatu pemikiran ritual yang mendominasi kitab-kitab Brahmana berkembang menjadi filsafat monistik pada kitab-kitab upanisad; pemujaan eksternal menjadi internal yang reflektif dan kontemplatif.
Beberapa ide-ide fundamental Veda merefleksikan karakter unik agama dan filsafat. Pendekatan Veda terhadap agama, alam semesta, kehidupan manusia, masyarakat dan Makhluk tertinggi, dalam beberapa aspek esensial, sangat berbeda dari agama-agama yang tergolong Semitis, Veda mengandung keaneka-ragaman doktrin, kepercayaan dan praktek agama, tetapi semuanya ada dalam suatu kesatuan dan harmoni.
Pembahasan berikut mencoba melihat Veda dan perspektif filsafat sebagai landasan perkembangan tradisi filsafat India.
Veda, Dokumen Tertua
Kitab suci Veda, khususnya bagian mantra samhita, warisan tak ternilai perdaban India kuno diyakini sebagai dokumen tertua dan otentik yang tidak hanya dimiliki oleh ras Indo Eropa tetapi juga ras di seluruh dunia, Samhita merupakan koleksi atau kumpulan mantra yang membentuk Veda dan umumnya dikenal pula dengan Veda. F. Max Muller mengatakan:
“Tidak seorang pun pernah meragukan bahwa di dalam kitab suci Veda kita memiliki monumen tertua bahasa dan pikiran orang-orang Arya, dan; di dalam pengertian tertentu, tentang kesusastraan orang-orang Arya, yang hampir merupakan sebuah jalan yang menakjubkan, telah dijaga dan disampaikan kepada kita selama berabad-abad yang panjang, utamanya melalui tradisi oral”.
Sementara A.C. Bose mengatakan bahwa kitab-kitab upanisad telah menarik perhatian luas tetapi Veda yang diterima sebagai sumbernya selama ini telah diperlakukan lebih kurang sebagai buku-buku tertutup. Adalah benar bahwa porsi-porsi mereka sulit diinterpretasikan dan telah menyebabkan perbedaan-perbedaan pendapat, tetapi untungnya banyak terdapat hal-hal menarik di dalamnya, yang tidak menyebabkan terjadinya banyak kesulitan. Pada tempat lain ia mengatakan kitab-kitab Veda, sumber kebudayaan dan agama India usianya sangat tua. Karena alasan ini, ada kecendrungan di antara sarjana berfikir lebih banyak pada signifikansi anthropologinya dari pada daya tarik puitik dan religinya. Tentu perlakuan ini tidaklah adil terhadap warisan agung peradaban dunia. Objek studi seperti itu memandang Veda dan kesusastraannya sebagai benda mati yang tidak mempunyai nilai-nilai praktis. Interaksi antara peneliti dengan teks-teks Veda akan memungkinkan adanya apresiasi di pihak peneliti walaupun berisiko terhadap keobjektifan atau keilmiahan hasil penelitiannya.
Tidak hanya di bidang filsafat, kebudayaan dan peradaban India secara umum mengalir dari nilai-nilai Veda. Menyinggung maha luasnya cakupan kesusastraan India, E. Frauwallner mengatakan filsafat India adalah lautan maha luas yang sulit dilayari. Tidak ada ras bangsa di dunia yang mempunyai kesusastraan filsafat dan agama yang dapat dibandingkan dengan kesusastraan India di dalam ukuran, kekayaan, dan keragaman isi.
Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mampu diberlanjutkan melalui reinterpretasi, reposisi dan reformasi dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pembelajaran di dalam suatu tradisi intelektual atau garis perguruan (guru parampara). Tantangan dan cobaan dari pihak-pihak luar atau asing yang datang ke India maupun pertentangan-pertentangan internal menyebabkan para pemikir India kuno dan moderen
mencari jalan agar peradaban besar ini bisa tetap diteruskan dari satu masa ke masa berikutnya melalui kebebasan berfikir dan berkreasi. Liberalisme di dalam pemikiran ini memungkinkan peradaban Veda berkembang sesuai dengan masanya sekaligus menjawab tantangan masa tersebut. Paham-paham theistik dan atheistik; monistik dan pluralistick skeptik dan agnostik hidup berdampingan sebagai wujud keragaman dan keniscayaan peradaban.
Studi-studi India oleh sarjana Barat seperti dipelopori Celebrooke, Max Muller, Macdonell, Winternitz, Griffith, Bloomfield, Whitney, Rys Davis, dan lain-lain didorong oleh semangat rumpun bangsa atau ras Indo-Eropa telah menyebarkan kebudayaannya melalui bahasa Sansekertanya tidak hanya ke India (Bharata) tetapi juga ke Asia Barat, seperti Persia. Kitab suci Avesta yang merupakan kitab suci agama Zoroaster banyak mempunyai kesamaan dengan konsep-konsep di dalam Veda. Secara linguistik ditemukan adanya titik terang bahwa bangsa Arya yang datang ke India jauh sebelum tarikh Masehi mempunyai leluhur yang sama dengan ras Eropa. Disamping itu, penampilan fisik mereka mempunyai kemiripan. Analisis inilah yang umum diterima oleh para sarjana Indologi sementara ini.
Pembicaraan pada filsafat India yang lebih komprehensif pasti melibatkan telaah terhadap Veda dan kesusastraan Veda (Vedic literature). Dari sini akan diketahui bagaimana suatu pemikiran ritual yang mendominasi kitab-kitab Brahmana berkembang menjadi filsafat monistik pada kitab-kitab upanisad; pemujaan eksternal menjadi internal yang reflektif dan kontemplatif.
Beberapa ide-ide fundamental Veda merefleksikan karakter unik agama dan filsafat. Pendekatan Veda terhadap agama, alam semesta, kehidupan manusia, masyarakat dan Makhluk tertinggi, dalam beberapa aspek esensial, sangat berbeda dari agama-agama yang tergolong Semitis, Veda mengandung keaneka-ragaman doktrin, kepercayaan dan praktek agama, tetapi semuanya ada dalam suatu kesatuan dan harmoni.
Pembahasan berikut mencoba melihat Veda dan perspektif filsafat sebagai landasan perkembangan tradisi filsafat India.
Veda, Dokumen Tertua
Kitab suci Veda, khususnya bagian mantra samhita, warisan tak ternilai perdaban India kuno diyakini sebagai dokumen tertua dan otentik yang tidak hanya dimiliki oleh ras Indo Eropa tetapi juga ras di seluruh dunia, Samhita merupakan koleksi atau kumpulan mantra yang membentuk Veda dan umumnya dikenal pula dengan Veda. F. Max Muller mengatakan:
“Tidak seorang pun pernah meragukan bahwa di dalam kitab suci Veda kita memiliki monumen tertua bahasa dan pikiran orang-orang Arya, dan; di dalam pengertian tertentu, tentang kesusastraan orang-orang Arya, yang hampir merupakan sebuah jalan yang menakjubkan, telah dijaga dan disampaikan kepada kita selama berabad-abad yang panjang, utamanya melalui tradisi oral”.
Dagang Banten Bali |
Sementara A.C. Bose mengatakan bahwa kitab-kitab upanisad telah menarik perhatian luas tetapi Veda yang diterima sebagai sumbernya selama ini telah diperlakukan lebih kurang sebagai buku-buku tertutup. Adalah benar bahwa porsi-porsi mereka sulit diinterpretasikan dan telah menyebabkan perbedaan-perbedaan pendapat, tetapi untungnya banyak terdapat hal-hal menarik di dalamnya, yang tidak menyebabkan terjadinya banyak kesulitan. Pada tempat lain ia mengatakan kitab-kitab Veda, sumber kebudayaan dan agama India usianya sangat tua. Karena alasan ini, ada kecendrungan di antara sarjana berfikir lebih banyak pada signifikansi anthropologinya dari pada daya tarik puitik dan religinya. Tentu perlakuan ini tidaklah adil terhadap warisan agung peradaban dunia. Objek studi seperti itu memandang Veda dan kesusastraannya sebagai benda mati yang tidak mempunyai nilai-nilai praktis. Interaksi antara peneliti dengan teks-teks Veda akan memungkinkan adanya apresiasi di pihak peneliti walaupun berisiko terhadap keobjektifan atau keilmiahan hasil penelitiannya.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Peradaban India berkembang dan dijiwai nilai-nilai Veda. Orang-orang Arya yang datang ke India jauh sebelum Masehi membawa peradaban Veda, yaitu Rg-Veda dengan bahasa Sansekertanya. Namun, sebelumnya di India telah berkembang peradaban yang sangat maju yang bercorak Sivaistis seperti diperlihatkan oleh penggalian-penggalian arkeologis di Harappa dan Mohenjodaro sebagai bagian dari peradaban lembah sungai Indus. Dalam perjalanan waktu bangsa Arya mengambil hal-hal non Veda ke dalam Veda sehingga nampak adanya persenyawaan antara keduanya pada kitab-kitab Veda setelah Rg-Veda, khususnya pada Atarva-veda. Demikian juga, sistem filsafat (darsana) mendapatkan benih-benih ide filsafat dari Veda.
Rg-veda Samhita atau koleksi Rg-veda terdiri atas 1017 himne atau sukta, mencakup jumlah total sekitar 10.600 stansa. Ini dibagi menjadi delapan astaka, yang masing-masing mempunyai delapan adhyaya atau bab, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi varga atau kelompok-kelompok. Rg-veda juga kadang-kadang dibagi menjadi sepuluh mandala atau lingkaran. Pembagian terakhir ini kelihatannya lebih populer. Madala pertama terdiri atas 191 himne dan secara kasar mengungkapkan lima belas rsi, seperti Gautama, Kanva, dan sebagainya. Deva-deva yang dituju oleh himne-himne tersebut juga berbeda-beda, mulai dari Agni, Indra dan seterusnya.
Peradaban India berkembang dan dijiwai nilai-nilai Veda. Orang-orang Arya yang datang ke India jauh sebelum Masehi membawa peradaban Veda, yaitu Rg-Veda dengan bahasa Sansekertanya. Namun, sebelumnya di India telah berkembang peradaban yang sangat maju yang bercorak Sivaistis seperti diperlihatkan oleh penggalian-penggalian arkeologis di Harappa dan Mohenjodaro sebagai bagian dari peradaban lembah sungai Indus. Dalam perjalanan waktu bangsa Arya mengambil hal-hal non Veda ke dalam Veda sehingga nampak adanya persenyawaan antara keduanya pada kitab-kitab Veda setelah Rg-Veda, khususnya pada Atarva-veda. Demikian juga, sistem filsafat (darsana) mendapatkan benih-benih ide filsafat dari Veda.
Kitab suci Veda terdiri dari banyak buku atau kitab yang menyangkut berbagai aspek kehidupan dengan cakupan yang sangat luas baik spiritual maupun sekuler. Kesusastraan Veda mengalir dari Veda baik yang tergolong Sruti (wahyu Tuhan) maupun smrti (dharmasastra). “Veda” artinya pengetahuan. Segala bentuk pengetahuan dapat digolongkan ke dalam Veda.WHD No. 443 Januari 2004.
-Visit Our Sponsor
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
- Jasa Tata Rias Denpasar
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Rg -Veda
Rg-Veda Merupakan Dokumen Tertua Yang Dimiliki Oleh Umat Manusia. Kitab Ini Berisi Dokumen Pengalaman Para Rsi Menerima Wahyu Tuhan Dan Diteruskan Dari Satu Generasi Ke Generasi Berikutnya Melalui Tradisi Lisan. Di Dalam Memperkenalkan Rg-Veda Kepada Dunia Barat Melalui Terjemahannya, Ralhp T. H. Griffith Seperti Dikutif Oleh F. Max Muller Mengatakan:
“What can be more tedious than the Veda, and yet, what can be more interesting, if once we know that it is the first word spoken by the Aryan man? The Veda has two-fold interest: it belongs to the history of world and to the history of India... As long as man continues to take an interest in the history of his race, and as long as we collect in libraries and museums the relics of former ages, the first place in that long row of books which contain the records of the Aryan branch of mankind, will belong for ever to the Rg-veda”.
(“Apa yang lebih melelahkan dari Veda, dan namun, apa yang dapat lebih menarik jika sekali kita tahu bahwa ia adalah kata pertama diucapkan oleh orang-orang Arya?. “Veda mempunyai dua interes: ia termasuk ke dalam sejarah dunia dan termasuk ke dalam sejarah India... Sepanjang manusia terus berlanjut mengambil minat di dalam sejarah rasnya, dan sepanjang kita mengumpulkan di dalam perpustakaan-perpustakaan dan meseum-museum peninggalan sejarah masa lalu, tempat pertama di dalam baris panjang buku-buku yang berisi catatan-catatan orang-orang Arya bagian dan umat manusia, akan selamanya termasuk ke dalam Rg.veda ).
-Visit Our Sponsor
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI
- Jasa Tata Rias Denpasar
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Rg -Veda
Rg-Veda Merupakan Dokumen Tertua Yang Dimiliki Oleh Umat Manusia. Kitab Ini Berisi Dokumen Pengalaman Para Rsi Menerima Wahyu Tuhan Dan Diteruskan Dari Satu Generasi Ke Generasi Berikutnya Melalui Tradisi Lisan. Di Dalam Memperkenalkan Rg-Veda Kepada Dunia Barat Melalui Terjemahannya, Ralhp T. H. Griffith Seperti Dikutif Oleh F. Max Muller Mengatakan:
“What can be more tedious than the Veda, and yet, what can be more interesting, if once we know that it is the first word spoken by the Aryan man? The Veda has two-fold interest: it belongs to the history of world and to the history of India... As long as man continues to take an interest in the history of his race, and as long as we collect in libraries and museums the relics of former ages, the first place in that long row of books which contain the records of the Aryan branch of mankind, will belong for ever to the Rg-veda”.
(“Apa yang lebih melelahkan dari Veda, dan namun, apa yang dapat lebih menarik jika sekali kita tahu bahwa ia adalah kata pertama diucapkan oleh orang-orang Arya?. “Veda mempunyai dua interes: ia termasuk ke dalam sejarah dunia dan termasuk ke dalam sejarah India... Sepanjang manusia terus berlanjut mengambil minat di dalam sejarah rasnya, dan sepanjang kita mengumpulkan di dalam perpustakaan-perpustakaan dan meseum-museum peninggalan sejarah masa lalu, tempat pertama di dalam baris panjang buku-buku yang berisi catatan-catatan orang-orang Arya bagian dan umat manusia, akan selamanya termasuk ke dalam Rg.veda ).
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Terdapat empat Veda, yaitu Rg-veda, Sama-veda, Yajur-veda dan Atharva-veda. Di antara keempat tersebut Rg-veda adalah yang utama dan tertua. Tiga pertama tidak hanya selaras dalam nama, bentuk dan bahasa tetapi juga dalam isinya. Rg-veda adalah koleksi himne-himne yang dibawa oleh orang-orang Arya yang datang ke India dan luar India. Pengkoleksian ini dilakukan dengan melihat suatu kenyataan bahwa di negeri yang ia datangi sudah ada penduduk asli, disebut Dyayus yang menyembah banyak dewa. Orang-orang Arya mencoba mempertahankan, memurnikan milik yang paling berharga itu dengan tidak mencampurnya dengan pemujaan penduduk asli. Sama-veda pada intinya adalah koleksi liturgis. Sebagian besar dari padanya ditemukan dalam Rg-veda. Semuanya itu untuk dilagukan pada saat persembahan korban suci (yajna). Yajur-veda, seperti Sama-veda juga berfungsi sebagai koleksi himne yang bersifat liturgis. Himne-himne ini disusun untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang bersifat liturgis. Yajur-veda disusun atas formula-formula, sebagian dalam bentuk prosa dan sebagian dalam ayat, disusun sedemikian rupa digunakan dalam pelaksanaan kurban suci (yajna). Koleksi-koleksi Sama dan Yajur-veda pastilah telah dibuat dalam interval waktu antara koleksi Rg-veda dan masa Brahmana, ketika agama yang bersifat ritualistik dibangun sangat maju. Mengingat isinya yang menampakkan adanya kemiripan baik dalam bentuk, bahasa, ungkapan maupun isi maka ketiga Veda tersebut di atas disebut Veda
Trayi. Sedangkan Atharva-veda cukup lama belum mempunyai predikat Veda, walaupun sekarang, dengan mempertimbangkan keutamaannya, ditempatkan setelah Rg-veda, karena Atharvaveda merupakan sebuah koleksi historis mengenai isi yang mandiri. Spirit berbeda yang meresapi Veda ini merupakan produksi pemikiran berikutnya. Atharva-veda memperlihatkan hasil spirit yang kompromi diadopsi oleh orang-orang Arya dalam perspektif deva-deva baru dan pemujaannnya oleh orang-orang pribumi India yang perlahan-lahan dapat ditaklukkan secara budaya oleh orang-orang Arya. Adopsi ini menjadikan Atharva-veda dan kesusastraan Veda berikutnya menampakkan keterpaduan yang harmonis antara unsur-unsur India asli, yaitu orang-orang Dyayus dan non India, yaitu peradaban orang-orang Arya yang membawa peradaban Veda dengan bahasa Sansekerta-nya.
Masing-masing Veda terdiri atas tiga bagian dikenal dengan Mantra, Brahmana dan Upanisad. Kumpulan atau koleksi mantra-mantra disebut Samhita Brahmana berisi ajaran dan kewajiban-kewajiban religi. Aranyaka dan Upanisad adalah bagian akhir Brahmana yang membahas masalah-masalah spekulasi metafisika dan filsafat. Aitareya Upanisad dan Kausitaki Upanisad termasuk ke dalam Rg-Veda, Kena dan Chandogya Upanisad termasuk ke dalam Sama-Veda; isa, Taittiriya, dan Brhadaranyaka Upanisad termasuk ke dalam Yajur-veda dan Prana dan Mundaka termasuk ke dalam Atharva-veda. Aranyaka muncul antara Brahmana dan Upanisad, dan seperti diindikasikan oleh namanya, dimaksudkan untuk objek meditasi bagi mereka yang hidup di hutan (mengasingkan diri dalam upaya penyatuan dengan Brahman). Kitab-kitab Brahmana membahas ritual yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh mereka yang hidup berumah tangga (grahastin), tetapi begitu usianya tua ia tinggal di hutan; oleh karena itu diperlukan pengganti ritual, dan hal ini diberikan oleh Aranyaka. Di sini aspek-aspek simbolik dan spiritual yajna dikontemplasikan dan tindakan ini mengganti pelaksanaan yajna. Aranyaka mengambil kaitan posisi transisi antara ritual kitab-kitab Brahmana dan filsafat Upanisad, Sementara himne-himne (mantra-mantra) merupakan hasil kreasi para pujangga-rsi, Brahmana adalah karya-karya para pendeta; dan Upanisad merupakan hasil meditasi para filosof (i) dalam pencarian spiritualnya memahami Yang Absolut yang berada di belakang alam fenomenal ini. Agama alam himne-hime, agama hukum Brahmana dan agama spirit upaniad merup akan fase-fase perkembangan pemikiran manusia dalam menangkap misteri alam semesta ini. Kitab-kitab upaniad pada satu sisi boleh dikatakan sebagai kelanju tan pemujaan Veda, pada sisi lain merupakan sebuah protes terhadap agama yang dikembangkan dalam kitab-kitab Brahmana yang berfokus pada yajna yang bersifat ritualistik.
Terdapat empat Veda, yaitu Rg-veda, Sama-veda, Yajur-veda dan Atharva-veda. Di antara keempat tersebut Rg-veda adalah yang utama dan tertua. Tiga pertama tidak hanya selaras dalam nama, bentuk dan bahasa tetapi juga dalam isinya. Rg-veda adalah koleksi himne-himne yang dibawa oleh orang-orang Arya yang datang ke India dan luar India. Pengkoleksian ini dilakukan dengan melihat suatu kenyataan bahwa di negeri yang ia datangi sudah ada penduduk asli, disebut Dyayus yang menyembah banyak dewa. Orang-orang Arya mencoba mempertahankan, memurnikan milik yang paling berharga itu dengan tidak mencampurnya dengan pemujaan penduduk asli. Sama-veda pada intinya adalah koleksi liturgis. Sebagian besar dari padanya ditemukan dalam Rg-veda. Semuanya itu untuk dilagukan pada saat persembahan korban suci (yajna). Yajur-veda, seperti Sama-veda juga berfungsi sebagai koleksi himne yang bersifat liturgis. Himne-himne ini disusun untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang bersifat liturgis. Yajur-veda disusun atas formula-formula, sebagian dalam bentuk prosa dan sebagian dalam ayat, disusun sedemikian rupa digunakan dalam pelaksanaan kurban suci (yajna). Koleksi-koleksi Sama dan Yajur-veda pastilah telah dibuat dalam interval waktu antara koleksi Rg-veda dan masa Brahmana, ketika agama yang bersifat ritualistik dibangun sangat maju. Mengingat isinya yang menampakkan adanya kemiripan baik dalam bentuk, bahasa, ungkapan maupun isi maka ketiga Veda tersebut di atas disebut Veda
Trayi. Sedangkan Atharva-veda cukup lama belum mempunyai predikat Veda, walaupun sekarang, dengan mempertimbangkan keutamaannya, ditempatkan setelah Rg-veda, karena Atharvaveda merupakan sebuah koleksi historis mengenai isi yang mandiri. Spirit berbeda yang meresapi Veda ini merupakan produksi pemikiran berikutnya. Atharva-veda memperlihatkan hasil spirit yang kompromi diadopsi oleh orang-orang Arya dalam perspektif deva-deva baru dan pemujaannnya oleh orang-orang pribumi India yang perlahan-lahan dapat ditaklukkan secara budaya oleh orang-orang Arya. Adopsi ini menjadikan Atharva-veda dan kesusastraan Veda berikutnya menampakkan keterpaduan yang harmonis antara unsur-unsur India asli, yaitu orang-orang Dyayus dan non India, yaitu peradaban orang-orang Arya yang membawa peradaban Veda dengan bahasa Sansekerta-nya.
Masing-masing Veda terdiri atas tiga bagian dikenal dengan Mantra, Brahmana dan Upanisad. Kumpulan atau koleksi mantra-mantra disebut Samhita Brahmana berisi ajaran dan kewajiban-kewajiban religi. Aranyaka dan Upanisad adalah bagian akhir Brahmana yang membahas masalah-masalah spekulasi metafisika dan filsafat. Aitareya Upanisad dan Kausitaki Upanisad termasuk ke dalam Rg-Veda, Kena dan Chandogya Upanisad termasuk ke dalam Sama-Veda; isa, Taittiriya, dan Brhadaranyaka Upanisad termasuk ke dalam Yajur-veda dan Prana dan Mundaka termasuk ke dalam Atharva-veda. Aranyaka muncul antara Brahmana dan Upanisad, dan seperti diindikasikan oleh namanya, dimaksudkan untuk objek meditasi bagi mereka yang hidup di hutan (mengasingkan diri dalam upaya penyatuan dengan Brahman). Kitab-kitab Brahmana membahas ritual yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh mereka yang hidup berumah tangga (grahastin), tetapi begitu usianya tua ia tinggal di hutan; oleh karena itu diperlukan pengganti ritual, dan hal ini diberikan oleh Aranyaka. Di sini aspek-aspek simbolik dan spiritual yajna dikontemplasikan dan tindakan ini mengganti pelaksanaan yajna. Aranyaka mengambil kaitan posisi transisi antara ritual kitab-kitab Brahmana dan filsafat Upanisad, Sementara himne-himne (mantra-mantra) merupakan hasil kreasi para pujangga-rsi, Brahmana adalah karya-karya para pendeta; dan Upanisad merupakan hasil meditasi para filosof (i) dalam pencarian spiritualnya memahami Yang Absolut yang berada di belakang alam fenomenal ini. Agama alam himne-hime, agama hukum Brahmana dan agama spirit upaniad merup akan fase-fase perkembangan pemikiran manusia dalam menangkap misteri alam semesta ini. Kitab-kitab upaniad pada satu sisi boleh dikatakan sebagai kelanju tan pemujaan Veda, pada sisi lain merupakan sebuah protes terhadap agama yang dikembangkan dalam kitab-kitab Brahmana yang berfokus pada yajna yang bersifat ritualistik.
Rg-veda Samhita atau koleksi Rg-veda terdiri atas 1017 himne atau sukta, mencakup jumlah total sekitar 10.600 stansa. Ini dibagi menjadi delapan astaka, yang masing-masing mempunyai delapan adhyaya atau bab, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi varga atau kelompok-kelompok. Rg-veda juga kadang-kadang dibagi menjadi sepuluh mandala atau lingkaran. Pembagian terakhir ini kelihatannya lebih populer. Madala pertama terdiri atas 191 himne dan secara kasar mengungkapkan lima belas rsi, seperti Gautama, Kanva, dan sebagainya. Deva-deva yang dituju oleh himne-himne tersebut juga berbeda-beda, mulai dari Agni, Indra dan seterusnya.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Sementara menurut A.C, Bose keempat Veda tersebut terdiri atas:
1) Rg-veda dibagi menjadi 10 buku
(mandala) mempunyai 1028 himne
(termasuk 11 buku-buku pelengkap)
dan terdiri atas 10.552 stanza
(termasuk 80 pelengkap).
2) Yajur-veda dibagi menjadi 40 bab, mempunyai 1975 stanza dan unit-unit prosa.
3) Sama-veda dibagi menjadi dua bagian utama mempunyai 1875 stanza.
4) Atharva-veda dibagi menjadi dua puluh buku (kanda) dan mempunyai 730 himne di dalam 5987 stanza dan unit-unit prosa.
Oleh para indolog diyakini terdapat masa yang panjang antara komposisi dan kompilasi himne-himne itu. F. Max Muller seperti dikutip Radhakrishnan membagi periode Samhita menjadi dua periode, yaitu (1) Chanda dan (2) Mantra, Pada yang pertama himne-himne atau lagu-lagu pujaan dibuat. Karakteriktik yang menonjol di sini adalah ungkapan perasaan manusia diungkapkan dalam ekspresi-ekspresi puitis dilantunkan dalam bentuk lagu-lagu pujian. Di sini belum ada unsur kurban, masih murni pengucapan lagu-lagu pujian saja. Doa-doa adalah satu-satunya persembahan kehadapan deva-deva. Yang kedua, adalah periode koleksi atau pengelompokkan yang sistematik. Pada saat inilah himne-himne (mantra-mantra) disusun yang secara praktis yang kita warisi dalam bentuknya sekarang. Dalam masa ini ide-ide kurban suci (yajna) secara perlahan-lahan berkembang sejalan dengan chanda. Bersamaan dengan itu berkembang kitab-kitab Brahmana yang memberikan penjelasan secara rinci pelaksanaan yajna.
Usia Veda
Turunnya Veda pun bukan pada suatu titik waktu tertentu, tetapi pada fase-fase yang berlainan diterima oleh rsi-rsi yang berbeda yang hidup pada masa yang berbeda pula. Veda diyakini abadi sepanjang masa, tidak berawal dan tidak berakhir dan diwahyukan langsung oleh Tuhan kepada para rsi di zaman dulu. Ia ada sebelum Veda itu diturunkan atau diwahyukan oleh Tuhan. Seperti halnya benua Amerika itu sendiri telah ada sebelum Columbus menemukannya. Ganapati mengatakan bahwa pandangan ini dipegang karena para sarjana belum mampu menentukan masa dari mana tradisi oral telah ada. Kepercayaan ini tidak lagi benar karena kita sekarang dalam suatu posisi menentukan masa diturunkannya Veda. Tetapi terlepas dari kenyataan ini, claim bahwa Veda merupakan wahyu langsung Tuhan kepada para rsi muncul dari suatu kebingungan antara ungkapan Veda bermakna pengetahuan secara umum dan Veda dalam pengertian kitab suci. Tidak diragukan lagi pengetahuan hanya muncul dari Tuhan, kalau tidak bagaimana penciptaan dapat terjadi yang melibatkan begitu luas pengetahuan.
Sementara menurut A.C, Bose keempat Veda tersebut terdiri atas:
1) Rg-veda dibagi menjadi 10 buku
(mandala) mempunyai 1028 himne
(termasuk 11 buku-buku pelengkap)
dan terdiri atas 10.552 stanza
(termasuk 80 pelengkap).
2) Yajur-veda dibagi menjadi 40 bab, mempunyai 1975 stanza dan unit-unit prosa.
3) Sama-veda dibagi menjadi dua bagian utama mempunyai 1875 stanza.
4) Atharva-veda dibagi menjadi dua puluh buku (kanda) dan mempunyai 730 himne di dalam 5987 stanza dan unit-unit prosa.
Oleh para indolog diyakini terdapat masa yang panjang antara komposisi dan kompilasi himne-himne itu. F. Max Muller seperti dikutip Radhakrishnan membagi periode Samhita menjadi dua periode, yaitu (1) Chanda dan (2) Mantra, Pada yang pertama himne-himne atau lagu-lagu pujaan dibuat. Karakteriktik yang menonjol di sini adalah ungkapan perasaan manusia diungkapkan dalam ekspresi-ekspresi puitis dilantunkan dalam bentuk lagu-lagu pujian. Di sini belum ada unsur kurban, masih murni pengucapan lagu-lagu pujian saja. Doa-doa adalah satu-satunya persembahan kehadapan deva-deva. Yang kedua, adalah periode koleksi atau pengelompokkan yang sistematik. Pada saat inilah himne-himne (mantra-mantra) disusun yang secara praktis yang kita warisi dalam bentuknya sekarang. Dalam masa ini ide-ide kurban suci (yajna) secara perlahan-lahan berkembang sejalan dengan chanda. Bersamaan dengan itu berkembang kitab-kitab Brahmana yang memberikan penjelasan secara rinci pelaksanaan yajna.
Usia Veda
Turunnya Veda pun bukan pada suatu titik waktu tertentu, tetapi pada fase-fase yang berlainan diterima oleh rsi-rsi yang berbeda yang hidup pada masa yang berbeda pula. Veda diyakini abadi sepanjang masa, tidak berawal dan tidak berakhir dan diwahyukan langsung oleh Tuhan kepada para rsi di zaman dulu. Ia ada sebelum Veda itu diturunkan atau diwahyukan oleh Tuhan. Seperti halnya benua Amerika itu sendiri telah ada sebelum Columbus menemukannya. Ganapati mengatakan bahwa pandangan ini dipegang karena para sarjana belum mampu menentukan masa dari mana tradisi oral telah ada. Kepercayaan ini tidak lagi benar karena kita sekarang dalam suatu posisi menentukan masa diturunkannya Veda. Tetapi terlepas dari kenyataan ini, claim bahwa Veda merupakan wahyu langsung Tuhan kepada para rsi muncul dari suatu kebingungan antara ungkapan Veda bermakna pengetahuan secara umum dan Veda dalam pengertian kitab suci. Tidak diragukan lagi pengetahuan hanya muncul dari Tuhan, kalau tidak bagaimana penciptaan dapat terjadi yang melibatkan begitu luas pengetahuan.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Dari perspektif ilmiah, para sarjana mencoba mencari data-data untuk mengungkap masa diturunkannya Veda tersebut. Kapan Veda ini diwahyukan oleh Tuhan, belum ada kesepakatan umum yang dapat diterima oleh para sarjana. Masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda namun semuanya menempatkan masa Veda diturunkan jauh sebelum tarikh Masehi, bahkan jauh sebelum kahadiran Buddha pada kira-kira 500 Sebelum Masehi di panggung sejarah India, Radhakrishnan mengatakan tidak hanya Veda dalam pengertian mantra-mantra tetapi juga kitab-kitab Brahmana dan Upanisad sudah ada jauh sebelum kehadiran Buddha menyebarkan pengaruhnya di India, F. Max Muller, seorang sarjana Jerman menghabiskan seluruh hidupnya untuk meneliti Veda. Muller memperkirakan Veda diturunkan pada 1200 Sebelum Masehi; Haug 2400 Sebelum Masehi dan Bal Gangadhar Tilak 4000 Sebelum Masehi.. Sementara menurut Radhakrishnan mengatakan bahwa beberapa sarjana India menempatkan himne-himne (mantra) Veda sekitar 3000 Sebelum Masehi, dan lainnya 6000 Sebelum Masehi. Tilak menempatkan himne-hirnne (man tra) Veda sekitar 4500 Sebelum Masehi, Brahmana 2500 Sebelum Masehi; Upanisad awal 1600 Sebelum Masehi. Jacobi menempatkan himne-himne pada 4500 Sebelum Masehi, Radhakrishnan sendiri menempatkan mereka pada abad kelima belas Sebelum Masehi. Perbedaan yang besar dalam hal penentuan waktu ini disebabkan karena keantikan Veda dan minimnya data-data atau catatan-catatan yang dapat dijadikan pegangan dalam penelitiannya. Inilah sisi hitam sejarah peradaban India sehingga secara kronologis sulit menentukan kapan terjadinya suatu peristiwa sejarah di masa yang begitu tua. Kondisi ini berbeda dari peradaban Yunani yang secara relatif dilengkapi oleh catatan-catatan tertulis sehingga lebih mudah menentukan periodisasinya.
Mereka memperhatikan aspek kronologis suatu peristiwa sejarah sehinga lebih mudah memahami pemikiran yang berkembang pada masa yang begitu silam. India, pada sisi lainnya lebih memperhatikan bagaimana suatu pemikiran manusia berproses dari suatu tahapan ke tahapan berikutnya. Banyaknya karya-karya sastra anonim juga suatu masalah yang dihadapi oleh peneliti sejarah peradaban India kuno. WHD No. 443 Januari 2004.
Dari perspektif ilmiah, para sarjana mencoba mencari data-data untuk mengungkap masa diturunkannya Veda tersebut. Kapan Veda ini diwahyukan oleh Tuhan, belum ada kesepakatan umum yang dapat diterima oleh para sarjana. Masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda namun semuanya menempatkan masa Veda diturunkan jauh sebelum tarikh Masehi, bahkan jauh sebelum kahadiran Buddha pada kira-kira 500 Sebelum Masehi di panggung sejarah India, Radhakrishnan mengatakan tidak hanya Veda dalam pengertian mantra-mantra tetapi juga kitab-kitab Brahmana dan Upanisad sudah ada jauh sebelum kehadiran Buddha menyebarkan pengaruhnya di India, F. Max Muller, seorang sarjana Jerman menghabiskan seluruh hidupnya untuk meneliti Veda. Muller memperkirakan Veda diturunkan pada 1200 Sebelum Masehi; Haug 2400 Sebelum Masehi dan Bal Gangadhar Tilak 4000 Sebelum Masehi.. Sementara menurut Radhakrishnan mengatakan bahwa beberapa sarjana India menempatkan himne-himne (mantra) Veda sekitar 3000 Sebelum Masehi, dan lainnya 6000 Sebelum Masehi. Tilak menempatkan himne-hirnne (man tra) Veda sekitar 4500 Sebelum Masehi, Brahmana 2500 Sebelum Masehi; Upanisad awal 1600 Sebelum Masehi. Jacobi menempatkan himne-himne pada 4500 Sebelum Masehi, Radhakrishnan sendiri menempatkan mereka pada abad kelima belas Sebelum Masehi. Perbedaan yang besar dalam hal penentuan waktu ini disebabkan karena keantikan Veda dan minimnya data-data atau catatan-catatan yang dapat dijadikan pegangan dalam penelitiannya. Inilah sisi hitam sejarah peradaban India sehingga secara kronologis sulit menentukan kapan terjadinya suatu peristiwa sejarah di masa yang begitu tua. Kondisi ini berbeda dari peradaban Yunani yang secara relatif dilengkapi oleh catatan-catatan tertulis sehingga lebih mudah menentukan periodisasinya.
Mereka memperhatikan aspek kronologis suatu peristiwa sejarah sehinga lebih mudah memahami pemikiran yang berkembang pada masa yang begitu silam. India, pada sisi lainnya lebih memperhatikan bagaimana suatu pemikiran manusia berproses dari suatu tahapan ke tahapan berikutnya. Banyaknya karya-karya sastra anonim juga suatu masalah yang dihadapi oleh peneliti sejarah peradaban India kuno. WHD No. 443 Januari 2004.