Sabtu, 24 September 2016

SANG NILACANDRA





SANG NILACANDRA

Di kisahkan Sang Kunjarakarna, putra Raja Dumbajaya, bertahta di negeri Pandhi, betapa hebat laku tapanya, memuja Sang Hyang Werocana. Lagi pula ia telah diberikan anugrah, dan namanya sudah diganti, yakni bernama Bhagawan Handasingha. Ia menjadi pertapa telanjang,lalu ia membangun asrama di tengah hutan. Ia mampu pulang ke alam gaib. Ia bias hilang, bias muncul dimana mana. Ia belajar sendiri tentang ajaran Budha.

Diceritakan lagi adiknya bernama Sri Purnawijaya, putra Raja Utarsa, sebagai sepupu Sang Kunarakarna. Di negeri Narajadesa atau dinamakan Kerajaan Kendran bertahta seorang raja bernama Sri Nilacandra. Pengendalian Nafsunya begitu kuat, tekun mendalami ajaran agama, ia juga telah menguasai catur warga.dan hendak membuat tiruan sorga dan neraka lengkap dengan penjaganya. Termasuk tiruan Matahari dan bulan yg di buat dari emas, perak, permata serta tembaga.
Suatu saat datanglah Raja Yudistira beserta keempat saudaranya di sertai permaisuri beliau. Beliau disambut dengan ramah oleh Sri Nilacandra berserta permaisuri beliau . dan para Pandawa di ajak keliling melihat istana emas sang raja berserta tiruan sorga dan neraka yang begitu indah.
Raja Yudistira bersabda: Wahai engkau Raja Nilacandra dan menterimu sekalian, kuatkanlah imanmu dalam melakoni ajaran Budha, sebab puncak laku tapamu akan mengantarkan dirimu mengetahui sorga dan neraka. Betapa sejuknya hati orang orang di negeri Narajadesa sebagai tonggak awal menjaga kehidupan, memegang teguh ajaran Budha, menciptakan keselamatan dunia. Demikian sabda Sang Maharaja dan beliu kembali ke Hastina di hadiahi emas permata oleh Raja Nilacandra.

Diceritakan dua orang Maharaja besar bernama Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa. Beliau mengadakan utusan menyelidiki orang orang, seluruh masyarakat hingga ke dusun dusun , terlebih lagi kelompok ksatria, yang tidak menuruti perintah Maharaja Krisna dan Baladewa.
Entah berapa lama sang Satyaki dan Sang Kretawarma berkunjung kedesa desa sehingga sampai di negeri Narajadesa. Semua wilayah telah di telusurinya, sedangkan Raja Nilacandra adalah seorang Raja yang sangat gagah dan berani. Lagi pula ia telah menguasai sorga dan neraka serta telah membuat tiruannya didalam istananya, atas anugrah Sang Hyang Werocana. Dhyanibudha senantiasa dipujanya. Itulah sebabnya ia berhasil mencapai keperwiraan. Berita kehebatan Sang Nilacandra itu telah di dengar oleh Sang Setyaki dan Sang Kretewarma. Dengan terburu buru mereka pulang menyampaikan kebenaran berita itukepada Maharaja Kresna dan Baladewa. Maharaja Kresna dan Baladewa marah, merasa bagaikan ditantang keperkasaanya oleh Raja Nilacandra. Dengan cepat Maharaja Kresna dan Baladewa merapatkan pasukan Yadu dan Wresyandaka, serta kedua pamannya,termasuk perdana menteri,panglima perang agar segera angkat senjata bersama pasukan masing masing dengan keretaperang,gajah, dan kuda.Mereka pada keluar diiringi suara gamelan, disahutiringkikan kuda dan gajah, tunggangan para pasukan Wresni, sebagai peminpin pasukan.
Tidak dikisahkan lebih jauh perjalanan pasukan Yadu yg gagah berani itu. Diceritakan Maharaja Kresna dan Baladewa mendahului perjalanan mereka dengan mengendarai kereta emas permata, dengan kuda sakti Swalahaka, berwarna hitam. Dalam sekejam mereka telah sampai di kerajaan Hastina. Lalu mereka masuk ke dalam istana. Tampak Kelima Pandawa bersaudara sedang berunding bersama sanak saudaranya . Dengan tiba tiba Raja Kresna dan Baladewa dating dan duduk tanpa ada yang mempersilahkannya, sebagaimana sopan santun seorang memasuki istana , kata Mharaja Kresna : “ Wahai Tuanku Raja Yudistira, maksud kedatanganku kemari, kami hendak menyampaikan bahwa kami akan menyerang seorang raja yang bernama Raja Nilacandra, karena ia berani menandingi bahkan ingin melampaui batas etiketpara raja yang ada di dunia ini.Ia bis amembuat tiruan Indraloka dan Pitraloka, sebagai tanda keberhasilannya dalam menekuni ajara Budha. Aku hendak mengetahui kehebatan ilmunya dalam mendalami ajaran Budha,atas anugrah Sanghyang Werocana “ demikian kata Maharaja Kresna.
Maharaja Yudistira menjawab: “ Wahai Maharaja Kresna.! Jika hal itu yang engkau sampaikan kepada ku, apa dayaku..! Aku tidak sepaham denganmu.., sebab Sang Nilacandra tidak mempunyai kesalahan kepada kalian semua. Ia senantiasa berprgang kepada kebenaran. Aku sadar bahwa aku mengabdi pada kalian semua. Kalian merupakan Ksatria bagi kami..! Apaksakuhira ( memaksakan kehendak kepada orang lain) namanya pikiran seperti itu, jika aku melindungi segala keinginanmu, sebaiknya kau pikirkan sendiri akibatnya.!”
Sang Arjuna menyahut “ Wahai Maharaja Kresna, kemuliann raja Nilacandra dalam meniru sorga dan neraka adalah untuk mengajarkan manusia di dunia ini kepada kesadaran yang sesungguhnya, yakni sebagai penahan bagi orang orang bodoh di negeri Narajadesa, untuk mencegah pikiran orang orang dalam melakukan kejahatan. Aku masih ingat dulu ketika Sang Nilacandra menyampaikan maksudnya membangun istana kepada Raja Yudistira”.
Sang Wrekodara menjawab : “ Daulat Maharaja Krisna!. Jika tuanku berpikir seperti itu, mau menang sendiri namanya tuanku. Tiada bedanya Sang Nilacandra dengan seorang dalang dalam melakonkan sorga dan neraka. Aku tidak menemukan kesalahan pada dirinya. Bagiku. Lebih baik tuanku tidak dating lagi ke mari, bersekutu dengan orang orang yang tidak sepaham. Silahkan lakukan apa maumu,hanya karena merasa kewibawaanmu sebagai raja telah di lampaui..silahkan kau melakukan segala tindakannmu”.
Kata Sang Maharaja Kresna dan Baladewa : “ Baiklah wahai Raja Yudistira !, kami segera mohon diri untuk berperang tanding dengan orang yang sok tahu sorga!”. Mereka berdua bergegas pergi ,turun dari kursi dan langsung pergi. Raja Yudistira berdiam diri. Keempat Pandawa bersaudara segera turun membuntuti kepergian Maharaja Krisna dan Baladewa.
Pada saat itu Sang Bhima mentertawai sikap Maharaja Krisna, katanya,” Hai adikku sang Arjuna,Nakula ,Sahadewa ! Aku ingin mengikuti perjalanan Maharaja Krisna, menonton kekalahannya berperang tanding melawan Sang Nilacandra dan gugurnya pasukan Yadu, namun nbetapa berbahayanya kamu jika ikut pergikesana, barangkali aku akan ikut terbunuh oleh Sang Nilacandra, dikira bersekutu dengan Maharaja Kresna. Adapun jika Maharaja Krisna benar benar kalah, mungkin aku akan ikut mati pertanda kesetiaanku padanya. Namun aku tidak khawatir bahwa aku akan hidup kembali, mengapa demikian ? Sebab Sang Nilacandra tidak berani durhaka kepada kakakmu Sang Yudistira. Beliau mempunyai senjata Puspawijaya dan senjata Padmamretasanjiwani, yang bias menghidupkan orang yang telah mati,jika belum saatnyamati. Begitulah adanya. Janganlah kalian bertiga ikut, mengikuti kepergianku, biarkanlah aku sendiri gugur dimedan laga. Demikianlah wahai adikku..” Tiga Pandawa bersaudara menjawab “ Wahai kakakku Sang Bhima, pooknya kami ikut dating kesana,agar kami mengetahui kesaktian Sang Nila candra, yan telah dianugrahi oleh Sanghyang Werocana.Marilah kita berangkat bersama sama “ Kemudian mereka ber empat berangkat tanpa membawa senjata.
Di kisahkan Pasukan Maharaja Kresna dan Baladewa, sebagai pinpinan pasukan adalah para putra raja. Adapun pasukan Yadu dan Wresni telah tiba di tepian kerajaan Narajadesa. Suara Gong Beri di tabuh disertai suara sorak sorai prajurit bergemuruh membingungkan orang orang desa yang tidak tahu permasalahan apapun. Semua prajurit dibabat habis dan hartanya dijarah termasuh ke wilayah kekeuasaan Raja Yudistira. Pasukan Nilacandra berlari mundur ketakutan tiada berdaya. Dengan terburu buru dating ke istana Narajadesa,masuk ke dalam istsna dimana Sang Nilacandra saat itu sedang dihadap oleh para menteri terutama keempat patihnya yaitu Sang Ganeka,Sang Nayeka,Sang Madaneka, Sang Wesduka, mereka sedang diberi ajaran Budha, sebagaimana nasehat Raja Yudistira dahulu. Tiba tiba para peminpin rakyatnya dating dengan tergopoh gopoh melapor kepada Sang Nilacandra: “ Daulat Paduka Raja Nilacandra. Dengan terburu buru kami,para hamba tuanku dating melaporkan bahwa musuh tuanku datang yakni para pasukan Yadu,Bhoja,Wresyandaka. Jumlah mereka sangat banyak serta dilengkapi dengan pasukan gajah,kuda,serta kereta perang bersenjata lengkap berupa trisula,tombak,lembing,dan senjata konta. Sebagai pinpinannya adalah Maharaja Baladewa,Maharaja Kresna, Sang Wabhru,Sang Ugrasena, dan paling belakang adalah keekmpat Pandawa bersaudara tanpa membawa senjata”.


Pikiran Raja Nilacandra tertegun , bingung memikirkan tingkah laku Sang Pandawa.Raja Nilacandra berkata “ Wahai patihku, perintahkan prajuritmu sebanyak duapuluh orang beserta seorang perdana menteri agar berangkat sebagai tanda seranganmu, adapun kalian berempat silahkan atur dan siapkan pasukanmu masing masing,termasuk panglima dan pasukan perangnya masing- masing, perintahkan agar angkat senjata. Aku akan ke istana,aku akan berdoa dan segera menyusul kalian,jangan kalian takut mati,aku menjadi jaminan atas kematianmu. Bukankah engkau mengetahui diriku bahwa aku tidak bisa mati oleh senjata.Aku mampu menghidupkan orang yang telah mati,sebab aku mempunyai senjata Sanghyang Puspawijaya,anugrah Sanghyang Werocana. Silahkan kalian berangkat “ demikian perintah sang raja.
Keempat patihnya dan pasukan prajuritnya menyembah dan mohon diri berangkat ke medan laga .Raja Nilacandra masuk ke istana memberitahukan kepada kelima permaisurinya, yang ibatar lima dewi,yang bagaikan Dewi Musim Semi.yang dipercaya sebagai keturunan Dewa Asmara. Demikian bila dibayangkan keadaannya.
Dikisahkan Maharaja Yudistira mendengar dari abdinya bahwa keempat saudaranya ikut serta dalam penyerangan Maharaja Kresna. Ia merasa cemas,karena itu ia segera berangkat mengendarai kereta emas dengan maksud menghadang perjalanan keempat saudaranya. Biarlah sang Kresna saja yang mem\nandingi Sang Nilacandra termasuk para ksatrianya.Ia tidak mempunyai dosa, bergegas beliau berangkat.
Dikisahkan kembali Sang Nilacandra di dandani oleh kelima permaisurinya, dengan busana sebagai panglima perang, Kata permaisurinya pada memohon oleh oleh dari medan laga,ada yang meminta kain Sang Kresna,ada yang meminta selimut Sang Baladewa, ada yang meminta kain Sang Bhima, ada yang meminta kematian Sang Nakula dan Sahadewa, mereka meminta oleh oleh kepada Sang Nilacandra.Raja Nilacandra tersenyum sambil mengangguk angukkan kepala,lalu berangkat dengan kereta emas dengan kuda penarik kereta yang berwarna hitam, dan kereta gajahnya ada dibelakang.
Pasukan Raja Nilacandra,dengan peminpinnya sudah bertempur melawan pasukan Raja Kresna dan Baladewa. Perang ramai berkecambuk,saling sempal, saling sodok,saling menyerang.Banyak yang gugur dan terluka.Akhirnya pasukan Raja Kresna kalah,begitu pula pasukan Sang Raha Baladewa, diburu oleh pasukan Narajadesa ,pada berlari mencari perlindungan pada tuannya.Pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni semakin berang melihat rekan mereka terdesak.Sang Setyaki,Sang Kertawarma marah membidikkan gada dan tongkat,didamingi oleh Sang Udawa,Wabhru,Ugrasena,Satyaka,dan Sang Sarana,disusul serangan gada Sang Pradyumna,Nisata,Uluka dan para menteri lainnya datang serentak menyergap pasukan Narajadesa. Akhirnay pasukan Sang Nilacandra banyak yang gugur dan berlari menyelamatkan diri mundur. Ke empat patih Narajadesa melihat pasukannya mundur dengan segera maju sambil memutar mutar senjatanya berupa chadrahasa,gada,mosala,tombak, maka banyak pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni yang gugur lagipula pasukan keempat patih tersebut dibantu oleh pasukan perdana meneri dari Pandyadesa. Raja Kresna dan Baladewa berang menyaksikan pasukannya di bantai.Raja Baladewa meju menghadapi patih Ganeka,Sang Kresna maju menghadapiserangan patih Wesnuka. Disusul serangan patih Minaweka menghadapi serangan pasukan Yadu.
Di tengah pertempuran patih Madaweka menemui sang Bhima dan berkata: “ Wahai Sang Bhima, mengapa engkau tidak membawa senjata dalam menghadapi serangan musuh dari tuanku Sang Nilacanrda? “ Sang Bhima menjawab :“ Aku tidak ada permusuhan dengan tuanmu Sang Nilacandra,hanya Raja Kresna dan Baladewa saja yang marak kepada beliau.Aku hanya ingin menonton peperangan belaiau berdua” .Sang Madaweka menjawab :“ Perilaku dan kata katamu berbeda,hai kamu Sang Bhima !,kau akan terkena kutukan oleh perbuatanmu yang berdusta itu.Apa yang kau lakukan itu pendusta namanya,dan hanya mengikuti kehendak hatimu.Mengapa kau tidak ingat kepada kasih saying tuanku,yang sangat setia dan berbakti kepada Sang Pandawa. Perilakumu itu bagaikan orang yang suka memaksakan kehendak kepada orang lain,wahai sang Bhima !”. Demikian caci maki sang patih,olehkarenanya Sang Bhima mendaji marah dan meraih senjata apa saja yang dapat diraihnya dan berperang melawan Sang Madaweka.


Sang Nayeka yang sedang memburu pihak musuh dan bertemu dengan Sang Arjuna yang tanpa membawa senjata,kata patih Nayeka: “ Hai kau Arjuna, mengapa engkau berperang tanpa membawa senjata ?” Jawab Sang Arjuna :” Aku tidak bermusuhan denganmu. Hanya Raja Kresna dan Baladewa yang bermusuhan dengan tuanmu,aku hanya ingin menyaksikan peperangan mereka berdua dengan tuanmu Sang Nilacandra.” Kata Sang Nayeka:”Ucapanmu berbeda dengan ulahmu ! hai kau Arjuna, tahukah engkau hakekat ajaran kebenaran ? tidak ada aturan yang engkau ikuti,begitu baiknya olehmu melakukan daya upaya, bersekutu dengan Raja Kresna dan Baladewa,Aku tahu ajaran Kamandaka, hal itu dinamakan Upayapeksa ( tipu muslihat) .Kini kau berpura pura berprilaku bijaksana, berpura pura tiada bersekutu,sementara itu,raja lain engkau suruh menyerang tuanku,jika tuanku Raja Nilacandra kalah,kau akan mendapat sepertiga dari harta kerajaan sebagai hasil upayamu yang tanpa susah payah itu. Itulah dinamakan akal busuk wahai kau Arjuna.”
Betapa kesalnya Sang Arjuna yang di cacimaki oleh patih Nayeka sehingga mengambil senjata apa adanya dan bertempur. Raja Kresna dan Baladewa merasa senang demi melihat pertemburan Sang Bhima dan Sang Arjuna.
Dikisahkan pertempuran Sang Baladewa melawan Sang Ganeka yang kebingungan diserang secara terus menerus kemudian melakukan yoga dan berubah menjadi seekor naga yang menakutkan. Sang Ganeka di patuk dan tewas tiada berdaya,hangus dilalap api siluman. Adapun Sang Bhima menyerang dengan dengan merapalkan ajian dipakamantra ,Ia berubah menjadi gajah besar dan tinggi Sang Madaweka diterjang hingga mayatnya remuk . Raja Kresna marah lalu memuja kekuatan Sang Hyang Mahamanggala ,ia berubah menjadi Wisnumurti, Sang Wesnuka disambarnya dan diantainya di atas paha dan dibakar dengan api silumannya sehingga hangus tiasa berdaya. Sang Arjuna sangat senang melihat Raja Kresna berwujud Wisnumurti,Ia pun sadar kepada dirinya sebagai perwujudan Wisnu,lalu ia memusatkan bathinnya maka sempurnalah perwujudannya sebagai Wisnu di dunia. Api Rudra Pracanda keluar darimatanya diarahkan kepada Sang Nayeka hingga terbasmi hangus menjadi abu. Keempat patih itupun gugur dilihat oleh Sang Nilacandra.
Sang Nilacandra marah dan segera mengambil senjata gada ,lalu berperang melawan siluman naga berbisa itu. Kepala naga itu di pukulnya, mahkotanya pecah lalu mati. Raja Baladewa gugur di medan perang. Ia kemudian diserang oleh gajah besar dan kaki gajah tersebut di sabetnya dgn gadanya yang ampuh hingga remuk. Sang Bhima mengaduh kesakitan dan tergeletak di tanah. Sang Nilacandra di serang oleh raja Kresna dalam wujud Wisnumurti,keseribu tangannya menyerang,dengan anak panah yang tajam, mencabik cabik tubuh Sang Nilacandra. Bagaikan diperciki air keadaannya segera kekuatan seribu panah tersebut hilang lenyap tidak mempan di tubugh sang Nilacandra ,lalui membalas memukul dada Dang Kresna, Pikiran Raja Kresna kebingunan dimasuki obat mujarab,di umpat oleh Raja NilaCandra dan ia lari meninggalkan pertempuran. Dengan kejam Sang Arjuna menikam tunguh Sang Nilacandra dari belakang dengan seribu anak panah yang tajam namun tiada mempan, Sang Nilacandra menoleg sekaligus membalas memukul dadaSang Arjuna dengan gadanya. Kekuatan Wisnumurti Sang Arjuna lenyap,ia pun berlari tanpa berani menoleh kepada Raja Nilacandra. Melihat Sang Kresna dan Arjuna melarikan diri Raja Nilacandra menepuk pahanya sebelah kanan maka muncullah Bhutaraja berwajah menakutkan, besar dan tinggi bagaikan gunung berjalan.. Ia di perintahkan mengejar pelarian Sang Kresna ke tengah Hutan belantara. Lagi Sang Nilacandra memusatkan pikiran dan menepak paha sebelah kira maka muncullah Mabherawi berwujud dua gadis cantik dan diperintahkan mengejar pelarian Sang Arjuna menuju semak belukar.
Ditemukan sang Arjuna bersembunyi di tengah hutan,kelelahan karena berlari. Kedua gadis Mabherawi menyapa dan mengatakan mereka juga hendak beristirahat di tengah hutan, dengan tutur kata yg lemah lembut dan memikat serta lirikanmata yang menggoda membuat hati sang Arjuna terpesona menyaksikan kecantikan dua gadis tersebut, sang Arjuna jatuh cinta, ia mendekat dan menuturkan kenapa ia lari, seketika kedua gadis ini marah dan sang Arjuna ditanggkap tanpa perlawanan, kedua gadis tersebut sesungguhnya dalah jelmaan Sang Hyang Apana Samana Bayu, sang arjuna pun di ikat dan di bawa menghadap Sang Nilacandra, diletakkan di bawah pohon Langurung,kedua gadis itupun dikembalikan oleh Raja Nilacandra ke paha kirinya. Sementara itu Sang Nilacandra juga menyuruh pasukannya mengumpulkan rekan mereka yang gugur dan mayatnya di kumpulkan dibawah pohon Langurung tersebut.Tiba –tiba sang Nakula Sahadewa datang dan menyerang Sang Nilacanrda karena merasa kesal akan kekalahan saudaranya dimedan laga.Dengan senjata keris Candrahasa di keroyok ketika tidak bersenjata namun tiada mempan,sejurus kemudian kedua saudara kembar tersebut di tangkap dan dibenturkan kepalanya sehingga tewas seketika.
Di kisahkan Sang Bhutaraja sebagai perwujudan kekuatan BayuMahabhima,yang keluar dari celah batin Sang Nilacandra mengobrak abrik hutan mencari Maharaja Kresna yang bersembunyi yang ditemukan olehnya Maharaja Krsna bersembunyi di jurang yang dalam dengan mengecilkan tubuhnya, Maharaja Kresna terus diburu dan sampailah di tengah tanah yang gersang dan hendak titangkap karena tidak ada lagi celah untuk bersembunyi. Ketika hendak ditangkap, munculah Begawan Handasingha dari alam gaib memerintahkan Sang Bhutaraja untuk mengurungkan niat menangkap Maharaja Krsna dan melapor perintah itu kepada Raja Nilacandra. Sang Bhutaraja menuruti nya dan setelah melapor dikembalikan ke tempat asal semula.
Setelah keempat Pandawa bersaudara tewas, datanglah Maharaja Yudistira dengan kereta putihnya. Di saksikan oleh sang Raja saudaranya telah tiada, hatinya hiba maka tumbuhlah rasa kasih saying menguasai diri nya sehingga muncul api kemarahan. Sifat ksatrianya mekar sehingga muncul keinginan bertaruh demi menolong saudaranya . Kemudian beliau memusatkan batin pada kekuatan senjata pustakanya yang bernama Sang Hyang Kalimosada, sekejap tubuh Sang maharaja berubah menjadi Kalagni berkobar kobar memenuhi medan perang.


Di lihat oleh Sang Nilacandra ,dengan marah Nilacandra mengambil gadanya dan hendak melawan, tiba tiba Sang Hyang Werocana turun, berdiri di Ryusnisadesa di pangkal tangkai bunga teratai, lengkap dengan senjata Bajranya, Begawan Handasingha juga turun menasehati Sang Nilacandra katanya :
“ Wahai adikku Raja Narajadesa, kali ini ulahmu menyimpang,kau berani durhaka pada Raja Hastina pastilah kekuatan tapamu dulu itu akan tenggelam.Pada saat kematianmu ,kau akan ditenggelamkan di kawah neraka Tambragomuka karena kau di kutuk oleh ayahmu, yang telah menjadi dewa.Kaulah yang memunahkan laku tapa ayahmu, yang dulu diangkat menjadi perdana menteri oleh Raja Pandu.Karena kau adalah abdi Raja Yudistira maka kau akan kena kutukan pada saat kematianmu, sebagai abdi Bhatara Dharma, sebab Bhatara Dharma menjelma pada tubuh Raja Yudistira,mati tanpa meninggalkan jasad, dan lagi Raja Krsna adalah penjelmaan Bhatara Wisnu, yang bertugas menyelamatkan dunia.Karena itu, berbaktilah engkau kepada mereka. Jika Raka Krsna dan Yudistira di bunuh di medan perang,sekalipun kau berhasil melakukannya berkat anugrah Sang Hyang Werocana kepadamu,maka dunia ini akan lenyap berubah menjadi lautan luas.Bhatara Guru akan marak kepadamu,kau akan di kutuk menjadi kerak kawah selama tujuh turunan,tidak pernah menemukan keselamatan, sebagai pahalamu durhaka kepada Sang Hyang Dharma. Kau tidak memiliki kewenangan menjadi raja, sebab penjelmaanmu dari manusia biasa. Sekalipun ada keutamaan penjelmaanmu, tetapi mulai saat ini kau harus bertindak berdasarkan kebenaran sebagai pahalanya kau akan di sayang oleh Bhatara Dharma dan Bhatara Wisnu, baik di dunia maupun saat kematianmu kelak.” ….






pejati 
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu 

wariga 

pon 




pejati 
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu :  kulit sayut, raka, tumpeng 7, 2 tulung sangkur, kuangen 1, peras tulung, payasan, kojong umah, prayascita, tebasan guru

wariga : aled, raka, ceper nasi diatasnya uang 4 keteng, kojong rangkadan, sampyan

pon : === aled, raka, pis bolong 77 keteng diatasnya penek agung, kojong manak, takir beras kuning
         === aled, raka, pis bolong 77 keteng, nasin sodan agung (sege liwet) diatasnya tebusan benang kuning, kojong umah, ayam putih panggang
         === santun nyuh 3, taluh ... 3, beras 1/4 - 1/2 kg, canang 3 
mepalunemya  


anggara umanis wariga 
kamis pon wariga
kamis umanis matal 
redite umanis langkir  
soma pon ugu
saniscara pon ugu

Umanis 
===== aled, raka, pis bolong 55 cobekmisi nasin sodan agung/ gede (nasi liwet), kojong umah, sampyan .....

===== aled, raka, pis bolong satak, ceper nasi barak, kojong umah, sampyan ....

===== aled, raka,  pis bolong satak diatasnya ..... penek dililit benang tebus, , kojong kurenan, sampyan ....

Matal : nasi uduk. pis bolong 4 keten, opor ayam n bebek
Ugu :  nasi polan, pis bolong 10 keten, opor bebek














bayuh oton menek kelih 
===banten dedari : raka, kojong kurenan, 10 tanding penek putih kuning

=== tebasan

Kamis, 15 September 2016

PEDOMAN TETANDINGAN BANTEN AYABAN

TETANDINGAN BANTEN


1 TETANDINGAN BANTEN PANGRESIKAN/PANYUCIAN:


A. BANTEN BAYAKAON:
Medasar antuk tatempeh utawi sidhi mesusun antuk taledan, medaging beras ajumput, benang lan tampelan asiki, duwur nyane dagingin kulit peras antuk don pandan, duwur kulit peras nyane dagingin nasi maslekos sumping ( slekos segi tiga ) utawi tumpeng asiki, kojong rangkadan asiki, lis bebuhu, isuh – isuh atakir, taluh siap matah asiki, sepet sambuk, danyuh metegul, raka woh-wohan, canang pahyasan, sampiyan nagasari, sasedep tepung tawar, tatebus benang barak, coblong asiki, payuk pere asiki, sami eteh – eteh nyane melakar antuk don andong barak.


B. BANTEN TATEBASAN DURMANGALA:
Medasar antuk tatempeh, mesusun kulit sayut, raka woh – wohan sarwa galahan, tumpeng injin asiki, limas medaging nasi penek mecongger bawang jahe matusuk, limas malih asiki medaging nasi penek mecongger terasi ( sere ) matusuk, nasi nyane metatakan antuk kampil, kojong rangkadan, daksina asiki, pras tulung sayut, ketipat kelanan, base tulak mewadah takir, canang pahyasan, taluh bekasem, lis peselan, padma, penyeneng alit, bungkak nyuh gadang asiki, sampiyan nagasari, sasedep tepung tawar, tatebus benang selem, lis peselan, padma asiki, coblong asiki, payuk pere asiki, sami eteh-eteh nyane melakar antuk selepan.


C. BANTEN TATEBASAN PRAYASCITTA:
Medasar antuk tatempeh masusun kulit sayut, raka woh – wohan, nasi bunter maklongkong, nasin nyane medasar antuk don tabya bun lima bidang, jahit mangdane bunter, duwur nasine tancebin muncuk don dapdap lan padang lepas pada telung katih, kojong rangkadan, peras alit asiki, penyeneng alit asiki, sasedep tepung tawar, tatebus benang putih, sampiyan nagasari, canang pahyasan asiki, kalungah nyuh gading asiki, lis prayascitta, padma asiki, coblong asiki, payuk pere asiki, sami ateh-eteh nyane melakar antuk busung.


D. BANTEN TATEBASAN PENGULAPAN:
Medasar antuk tatempeh mesusun antuk taledan gede, dagingin raka woh-wohan jangkep, tumpeng alit solas bungkul dados aceper, untek duang dasa dua bungkul dados aceper, kojong rangkadan, daksina asiki, ketipat kelanan, ajuman/ sodaan alit, peras tulung sesayut, peras alit, penyeneng alit, wewakulan masampiyan nagasari, sasedep tepung tawar, lis peselan, padma asiki, sangga urip, tegteg, canang pahyasan, coblong asiki, payuk pere asiki.








2. TETANDINGAN BANTEN SOROHAN:
Munggwing kewentenan banten sorohan akeh nyane telung aled ( 3 tanding )


a. Medasar antuk taledan gede medaging raka woh-wohan, tumpeng alit solas bungkul, ketipat kelanan, sodaan alit, kojong rangkadan, peras tulung sayut, canang pahyasan, penyeneng alit, sampiyan pusung, sampiyan gantung-gantungan apasang.


b. Medasar antuk taledan medaging nasi untek duang daso dua bungkul, raka woh-wohan jangkep, kojong rangkadan, ketipat kelanan, sodaan alit, peras tulung sayut, penyeneng alit, sangga urip, canang pahyasan, sampiyan pusung apasang, sampiyan gantung-gantungan apasang.


c. Medasar antuk taledan gede, medaging tumpeng alit solas bungkul, kojong rangkadan, ketipat kelanan, sodaan alit, raka woh-wohan jangkep, peras tulung sayut, penyeneng alit, sampiyan pusung apasang, sampiyan gantung-gantungan apasang.
( TIGANG TANDING PUNIKI MEWASTA ASOROH BANTEN SOROHAN )


6. TETANDINGAN BANTEN PENGAMBIYAN:
Medasar antuk taledan gede, medaging tumpeng kekalih, raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, ketipat pengambiyan asiki, tulung pengambiyan kalih, kojong rangkadan asiki, sampiyan metangga / sampiyan pengambiyan.


7. TETANDINGAN BANTEN PERAS:
Medasar antuk taledan gede mesusun antuk kulit peras, medaging beras ajumput benang lan tampelan, raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, nasi tumpeng kalih, kojong rangkadan asiki, ulam ayam pinanggang, sampiyan metangga / sampiyan peras.


8. TETANDINGAN BANTEN DAPETAN:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, nasi tumpeng asiki, kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak.


9. TETANDINGAN BANTEN PENYENENG:
Medasar antuk taledan gede, medaging woh-wohan jangkep, tape, tebu, medaging nasi tumpeng tiga ( 3 ) , kojong rangkadan, penyeneng alit asiki, sampyan jeet guwak.


10. TETANDINGAN BANTEN GURU:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, nasi tumpeng asiki memuncuk taluh bebek lebeng ( melablab ), kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak.


11. TETANDINGAN BANTEN PENGIRING:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, Nasi tumpeng asiki ,kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak.


12. TETANDINGAN BANTEN HYUNAN:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, Nasi Penek kalih , ceper alit kalih medaging saur, sudang-sudangan lan rerasmen, sampiyan Hyunan lan canang atanding.


13. TETANDINGAN BANTEN DEDEREK / PENGEPIT:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, Nasi tumpeng kalih (2), kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak.


14. TETANDINGAN BANTEN DANAAN:
Medasar antuk ceper , dagingin sibeh / maiseh. medaging raka woh-wohan jangkep, tape tebu, nasi tumpeng kalih, clemik/ceper alit kalih medaging saur, sudang-sudangan lan rerasmen, sampiyan plaus dagingin porosan asiki, canang lan sekar.


15. TETANDINGAN BANTEN PEJRIMPENAN:
Medasar antuk bedogan / srembeng alit, sekadi srembeng daksina nanging duwur nyane masibeh, ring jro bedogan punika dagingin raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, nasi tumpeng alit asiki, ceper alit dagingin saur, sudang-sudang lan rerasmen, kojong rangkadan, sampiyan penyrimpenan dagingin porosan asiki, canang lan sekar.


9. TETANDINGAN BANTEN PENYAJAAN:
Medasar antuk ceper , dagingin sibeh / maiseh. medaging raka woh-wohan jangkep, tape tebu, nasi tumpeng kalih, clemik/ceper alit kalih medaging saur, sudang-sudangan lan rerasmen, dagingin sampiyan tangkih, dagingin porosan asiki, canang lan sekar.


16. TETANDINGAN BANTEN UDEL:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, Nasi tumpeng asiki mecongger hatin ayam, kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak.




17. TETANDINGAN BANTEN KURENAN:
Medasar antuk taledan gede medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, nasi tumpeng ageng kalih, maiter antuk tumpeng alit lelima, kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak utawi sampiyan masreyok.




18. TETANDINGAN JAJE SESRODAN:
Medasar antuk taledan gede medaging jaje bungan temu kalih, bungan duren kalih, toro-toro kalih, kekuluban putih kalih, sekar kamimitan kalih, sekar gedebong kalih, teges amah uled kalih, pucuk kalih, padma kalih, pepiringaan kalih, klongkang kalih, kerang katik siki kalih, kerang katik duwa kalih, kebeber kalih, bungan bungkak kalih, bungan jepun kalih, bungan tunjung kalih, panekep siki, takir asiki medaging nyuh atebih misi gula pasir.





19. TETANDINGAN BANTEN ANCAK:
medasar antuk taledan gede medaging raka woh - wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki metatakan antuk don ancak abidang, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak


20. TETANDINGAN BANTEN BINGIN:


Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki metatakan antuk don bingin, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.




21. TETANDINGAN BANTEN TAGOK:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.


22. TETANDINGAN BANTEN GOOK:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.


23. TETANDINGAN BANTEN UNGANG:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.




24. TETANDINGAN BANTEN PANCORAN:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.


25. TETANDINGAN BANTEN BULAKAN:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng gede asiki, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.


26. TETANDINGAN BANTEN PAPLETIKAN:
Medasar antuk babedogan, ring tengah nyane dagingin beras, bijaratus ( gegantusan ) tampelan, pesel – peselan, lekah antuk kelapa meakit –akit sekadi marga tiga, jaja merupa lekeh asiki,gula merah ( gula bali ) mewadah clemik, nyahnyah gringsing mewadah clemik, sami punika megenah dados asiki ring tengah bebedogane.


27. TETANDINGAN BANTEN TATAKAN PULAGEMBAL:
Medasar antuk dulang susunin taledan gede medaging raka woh –wohan sejangkep nyane, sampiyan slangsang asiki ring arep mepasang srebet sreneng, duwur nyane magenah banten Pulagembal nyane.


28. TETANDINGAN BANTEN TEMPEH MASROBONG:
( Eedan Banten Pulagembal )
Medasar antuk tetempeh masrobong, medaging beras agemel, biyu kalih bulih, tebu kalih tugel, kojong panca lima asiki, eteh – eteh daksina jangkep, samuhun atanding, paso lan duma asiki, jukut matah aceper bungkulan, gedang airis, paya airis, nangka airis, buah kacang panjang lan kecambah, solasan atanding, tulung sesayut asoroh, basa – basa bali jangkep mewadah ceper, kojong maringgit antuk busung, ring tengah nyane jahitin Sri kekili, medaging basa ambungan, isin tampinan jangkep, sampiyan nyane sampiyan ole-ole kalih siki, sampiyan pusung kalih siki, penyeneng alit asiki, sangga urip asiki.


29. TETANDINGAN BANTEN PANGEBEK:
Medasar antuk taledan gede medaging tumpeng putih limang bungkul, raka woh-wohan jangkep. Tebu, tape, kojong rangkadan, sampiyan jeet guwak.


30. TETANDINGAN BANTEN BEBANGKIT:
Medasar antuk papah jaka, ( pugpug ) petang katih, dados segi empat, taler mesibeh antuk ron jaka mejahit, medaging jaja cacahan bebangkit sejangkep nyane, banten bebangkit nyane metatakan antuk ngiyu mesrembeng, ring tengah ngiyu nyane medaging taledan bunter.


31. TETANDINGAN BANTEN TANEM TUWUH:
Medasar antuk wakul, medaging beras, tampelan lan bunga,nyuh mekulit asiki,jit nyuh nyane punika ketabas mangdane tapak, duwur nyuh nyane tancebin orthi bagia asiki.


32. TETANDINGAN BANTEN PAMUGPUG:
Medasar antuk taledan gede, medaging raka woh-wohan jangkep, tape, tebu, tumpeng warna limang bungkul, (tumpeng sane warna putih kangin, tumpeng sane barak kelod, tumpeng sane kuning kawuh, tumpeng sane selem kaja, tumpeng sane brumbun ring tengah ), kojong rangkadan, sampiyan nagasari, sesedep tepung tawar, penyeneng asiki, canang pahyasan.


33. TETANDINGAN BANTEN SAYUT AGUNG:
Medasar antuk bebedogan, duwur nyane dagingin jejahitan metangga melakar antuk busung , janur, ring tengah nyane dagingin raka woh-wohan sejangkep nyane padha akebisan, clemik panca atanding, canang pahyasan.




34. TETANDINGAN BANTEN GURU MEPUCAK MANIK:
Medasar antuk taledan gede medaging raka woh-wohan jangkep, tebu, tape, tumpeng gede mapucan taluh bebek lebeng asiki, kaiterin antuk tumpeng alit petang bungkul, kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak


36. TETANDINGAN BANTEN JEGJEG URIP:
Medasar antuk bedogan medaging tangga mesreyok, katik nyane sekadi jejahitan paku pidpid, medaging raka woh-wohan jangkep, sami padha akebisan, medaging tumpeng putih asiki, kojong rangkadan asiki, clemik panca asiki, canang pahyasan.






37. TETANDINGAN BANTEN TUNJANG LANGIT:
Medasar antuk taledan gede medaging raka woh-wohan jangkep, tebu, tape, tumpeng poleng asiki, muncuk nyane selem melakar antuk injin, bongkol nyane putih melakar antuk beras, kojong rangkadan asiki, sampiyan jeet guwak, canang pahyasan.


38. TETANDINGAN BANTEN GULING:
Medasar antuk ngiyu susunin taledan gede, raka woh-wohan jangkep, tumpeng ageng kalih bungkul, tumpeng alit limang bungkul, kojong rangkadan, ketipat kelanan, peras tulung sayut, canang pahyasan, sampiyan pusung kalih, sampiyan gantung-gantungan kalih, penyeneng tahenan asiki, Canang.


39. TETANDINGAN ULAM GAYAH:
Ø Sate mepinda Bajra muncuk nyane medaging pepusuhan, megenah ring kangin.
Ø Sate mepinda Gada muncuk nyane medaging hati, megenah ring kelod.
Ø Sate mepinda Nagapasa muncuk nyane medaging Ungsilan, megenah ring Kauh.
Ø Sate mepinda Cakra muncuk nyane medaging Nyali, megenah ring Uttara.
Ø Sate mepinda Padma muncuk nyane medaging Ati Saunduh, megenah ring tengah.
Ø Sate mepinda Dupa muncuk nyane medaging Peparu, megenah ring kelod kangin.
Ø Sate mepinda Moksala muncuk nyane medaging Usus Muda, megenah ring Kelod kauh.
Ø Sate mepinda Angkus muncuk nyane medaging Limpa, megenah ring kaja kauh.
Ø Sate mepinda Trisula muncuk nyane medaging empedu, megenah ring Kaja kangin.








40. TETANDINGAN TATEBASAN SAPUH AWU
( Anggen Rikala Ngruwak Pekarangan / Sawah )
Medasar antuk tatempeh masrembeng, , susunin kulit sesayut, medaging tumpeng agung 1, linting 3, lidi 3 katih, pahangan lan danyuh nyuh gading mapesel dados asiki, ambengan 11 katih, toya pasih, toya tukad, kulit sesayut nyane antuk don pandan maiseh, raka woh - wohan jangkep, wakul panyerimpenan 1, sampiyan nagasari, sasedep tepung tawar, penyeneng alit, peras alit, tulung sayut, daksina 1, sodaan 1, tipat kelanan, lis peselan, padma, lis bebuhu, canang pahyasan, coblong 1, payuk pere 1, tanding dados awadah.


41. TETANDINGAN TATEBASAN JAGA SATRU
( Anggen Rikala Ngruwak Pekarangan / Sawah )
Medasar antuk tatempeh masrembeng, , susunin aled kulit sesayut, medaging nasi wong - wongan barak 2 tanding, putih 2 tanding, maulam bawang jahe, nasi kojongan 1, segehan kepelan 9 tanding, daksina 1, penyeneng alit, peras alit, tulung sayut, sodaan atanding, tipat kelanan, dupa 11 katih, sesari 225, segehan agung atanding, kaatur ring Sang Hyang Ibu Perthiwi


42. TETANDINGAN BANTEN PEMLASPAS
Medasar antuk ngiyu mesrembeng, dagingin aled sesayut, susunin tumpeng legit abungkul, tumpenge tancebin orti bunga, sodaan, panyeneng alit, peras alit, daksina 1, suci asoroh, sesayut matipat siddha hayu 1, tebog limas medaging nasi putih medaging sesawur lan kacang, sampiyan tumpuk, ulam bebek putih maguling, lis senjata, padma, canang pahyasan, coblong asiki, payuk pere asiki, tanding dados awadah.


43. TETANDINGAN BANTEN PERAS PEMLASPAS
Medasar antuk taledan, susunin kulit peras, dagingin raka woh - wohan jangkep, tumpeng putih abungkul, tumpeng kuning abungkul, ulam nyane ayam putih mulus lan ayam putih siyungan luh muani mepanggang, sampiyan tumpuk / sampiyan peras.




44 NIHAN TETANDINGAN AKARYA TOYA PADUDUSAN
1. Toya Pakerisan
2. Toya Salukat
3. Toya Pancoran
4. Toya Mahulekan
5. Toya Dhedari
6. Toya Sagening
7. Toya Empul
8. Toya Sudhamala
9. Toya Mangening
10. Toya Bulan


Ngamet toya ika meserana antuk upakara, ngambil toya rikala wawu mijil Ida Sang hyang Surya, utawi mijil Sang Hyang Candra, Ika toya Mahotama anggen sarana padudusan.


saha patelesan anut wetan, sadsad sudhamala, palangkan anyar, prabot tunun jangkep, prabot sawah den jangkep, pari pong tenah, kampil misi beras, jinah 225 keteng, tikeh dadakan.


Iki luwire Pebangkit magenah ring Padudusan Agung:
Tadah 1, peras 1, benang atukel, jinah 225, satha pinanggang 12, jinah a pebangkit 25, benang atukel, mwang nasi cacahan 11 tanding, iwak nyane ebat-ebatan, mawadah ngiyu anyar jinah haled 11 keteng suang - suang.

malih gelar sangha:
Ikang iwak nyane jatah lebeng asibak, matah asibak, mwah calon mawadah ngiyu anyar, jinah 11 keteng.


Malih garuda:
Nga, Timnuhan acatu, sarwa biru, mawadah ngiyu anyar, megambar Garuda, iwak sesate 23 katih, olah-olahan genep, mahaled pipis 1.125, benang 5, mwah payuk anyar mewadah ngiyu ika, munggah 4, pada merajut benang putih, barak, kuning, selem, medaging banyuning beras putih, beras barak, beras kuning ( ketan ), beras selem ( injin ), mewadah ngiyu anyar mahaled jinah 1.125, benang 5, payuk anyar 1, medaging toya anakan.


mwah, jun pere 9, maiket dening ririhan mawarna, misi toya uttama, makalung jinah 25 sowang-sowang, ilih anyar 1, sibuh pepek sudhamala 1, kuskusan sudhamala 1, misi lawe 18, jinah 25, dwi -dwi 25 sowan, kumba carat , sesenden 1, hanut swakarya niya. cecepan pada misi toya, mekalung jinah 25, kren 1, misi beras putih salambur, injin, beras barak, misi jinah 25, isuh -isuh don kayu sisih, kayu pupug, kayu tulak, kamurugan, tepung tawar. cucukan ayam putih, bebek putih jambul, ayam sudhamala, bawi plan, dumegan nyuh bulan, nyuh gading, nyuh gadang / mulung, nyuh udang, nyuh sudhamala, nyuh sangket, nyuh bajulit, nyuh empal, nyuh rempet, sami pada kinasturi, pada masusun anut dik - widik, tekaning janur ( busung ) maka lis, jinah tatakan cengira ( bungkak ) 25 keteng wenang.






Widhi Widanannya:
Beras 3 kulak, benang satukel, wastra putih saperadeg, ketan, injin, sudang taluh, kacang komak, gula 1, pisang 2 baha, jinah 1.700, prabot padudusan sami masurat.


1. Nihan Tetandingan Banten Pungu - pungu :
Medasar antuk tatempeh susunin tapih anyar, maaled muncuk don telujungan, miwah kampil, medaging nasi apaningkeban, macongger linting 4, horti 2, gedongan, medaging solasan, pindha, tepung tawar, pahyasan, sancak, masampyan sangsangan.


2. Nihan Tetandingan Panca Kusika :
Medasar antuk ngiyu, susunin aled gede, aled antuk kulit peras mabusung 9 katih dadi tunggal miwah kampil, medaging tumpeng lima warna : putih 1, barak 1, kuning 1, selem 1, brumbun 1, macongger muncuk ambengan, raka – raka sakawenang, rerasmen, mwah cawu mumbul 2, misi nasi pulung putih 5, nasi pulung kuning 7, ulam ayam brumbun pinanggang, horti 2, klakat suddhamala luh muani, mesampyan pangambiyan / sampiyan tangga.


3. Nihan Tetandingan Gayah :
Medasar antuk taledan rwaning talujungan, Kampil, Horthi 2, Pahyasan, Pindha, Sasamwan, Tepung Tawar, Solasan, Sancak, Sedha Whoh, Penek 9 bungkul, Sampiyan Sangsangan, Ulam nyane brabas hayung - hayung. ( brabas ngaran brengkes jajeron, makaput antuk don waru ), hayung - hayung ngaran pepesan muluk, polo, mwang jajah.


4. Nihan Tetandingan Nasi Garuda Pelung
Tembohan acatu, saha penek pelung 3 bungkul, taluh 2, ulam nyane sesate paideran, mwang mapindha, pahyasan, sesamwan, sancak, tepung tawar, sedah whoh, sampiyan metangga.


5. Nihan Tetandingan Banten Peras Mageng :
Medasar antuk aled, susunin kulit peras 5 siki, dadi tunggal, medaging tumpeng putih lan kuning, ulam nyane ayam putih siyungan pinanggang, saha raka - raka dena genep, rerasmen, horthi, sedah whoh, sampiyan metangga / sampiyan peras.


6. Nihan Tetandingan Rerawon :
Ngarang Gerang asem akuwu, nyuh 2 sibak, misi penek pada asiki, sinokan getih, mahaled antuk tapis anyar, saha raka - raka jangkep, tepung tawar, sampiyan sangsangan.


7. Nihan Tetandingan Banten Catur Labha :
Cuwek 4, misi nasi catur warna, matatakan ngiyu masurat padma 4, saha raringgitan rwaning kamoning ( daun kamoning ), rwaning bila ( daun bila ), tajin ambengan, tajin glagah, mwang dwi – dwi, muncuk ancak, muncuk bingin, sulasih, padha 3 muncuk mategul antuk benang tridatu.




8. Nihan Tetandingan Banten Gelar Sangha :
Metatakan antuk ngiyu anyar, masurat padma 9, nasi sasahan mewarna siya ( 9 ), tatakan nyane aled baywan, ring tengah misi nasi mewadah takul, masusun kacang komak, sudang taluh, mesampiyan wadah uyah, misi uyah, mwah nasi among, mapupuk bawang jahe, matatakan besogan, mesampiyan pusung, mwang pahyasan, sasamwan, pindha, tepung tawar, pisang matah, pisang rateng, rumbah gile ( Nga : getih masusun basa rajang ), sasak mentah ( calon lebeng siniyokan getih matah ), calon pulung 9, calon mekatik 9, taluh 9, urab barak - urab putih 9 tanding.


► Purwa : Jepit Babi
► Ghneyan : Serapah
► Daksina : Sate Lembat
► Nairiti : Sate Letlet
► Pascima : Jepit Iga
► Wayabya : Sate Sunduk Ro
► Uttara : Sate Asem
► Airsanya : Sate Gunting
► Madhya : Kakuwung


Sami punika pada akatih, jangan sakawali, sambel isen, sampiyan plaus 9 besik.




42. NIHAN TETANDINGAN PADUDUSAN ALIT


1. Lebodha ( ambengan 33 katih mategul antuk benang tridhatu )
2. Banten pungu – pungu
3. Banten Panca Korsika
4. Banten Peras Mageng
5. Banten Catur Labha
6. Bungkak Panca Warna, Payuk Père 5 siki .

a. Widhi Widhananya ring Padudusan :

Mewadah ngiyu masurat padma lelima, beras 3 kulak, benang satukel, wastra putih saparadeg, ketan, injin, sudhang taluh, kacang, komak, gula 1, pisang dwang baha, jinah 1700, prabot padudusan sami masurat.


Payuk père 5, maileh benang manut paideran, kalungah nyuh bulan, nyuh udang, nyuh gading, nyuh mulung, miwah nyuh suddhamala, sami pada mecarak manutin urip nyane saha mailehan benang manut warna muwang lungguh. payuk nyane sami matatakan antuk ceper padha madaging beras manut warna nyane, Kangin Beras Putih, Kelod Merah, Kauh Ketan, Kaja Injin. tengah Campur.


Sibuh pepek, kuskusan suddhamala saha rwi – rwian / sarwa dwi, ayam putih / ayam suddhamala, bebek putih hidup, lis padudusan. padma 5 siki.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



b. Banten Pungu – Pungu Padudusan :
Medasar antuk tatempeh susunin tapih anyar, maaled muncuk don telujungan, miwah kampil, medaging nasi apaningkeban, macongger linting 4, horti 2, gedongan, medaging solasan, pindha, tepung tawar, pahyasan, sancak, masampyan sangsangan.


c. Tetandingan Panca Korsika :
Medasar antuk ngiyu, susunin aled gede, aled antuk kulit peras mabusung 9 katih dadi tunggal miwah kampil, medaging tumpeng lima warna : putih 1, barak 1, kuning 1, selem 1, brumbun 1, macongger muncuk ambengan, raka – raka sakawenang, rerasmen, mwah cawu mumbul 2, misi nasi pulung putih 5, nasi pulung kuning 7, ulam ayam brumbun pinanggang, horti 2, klakat suddhamala luh muani, mesampyan pangambiyan / sampiyan tangga.


d. Banten Pras Mageng Padudusan :
Medasar antuk ngiyu, susunin aled gede, susunin kulit peras 5 dados asiki, tumpeng putih kuning, raka – raka sejangkep nyane, rerasmen, horti, sedhah woh, sampiyan tangga / sampiyan pras.


e. Tetandingan Catur Labha :
Cuwek 4, misi nasi catur warna, matatakan ngiyu masurat padma 4, saha raringgitan rwaning kamoning ( daun kamoning ), rwaning bila ( daun bila ), tajin ambengan, tajin glagah, mwang dwi – dwi, muncuk ancak, muncuk bingin, sulasih, padha 3 muncuk mategul antuk benang tridatu.


43. NGINGSIRANG PALINGGIH DEWA :
Kalaniya ngingsirang Palinggih Dewa Ring Kahyangan, Carunya :
Tatebasan Maider Bhuwana.
a. Kangin, Tatebasan Iswara
b. Kelod, Tatebasan Brahma
c. Kawuh, Tatebasan Mahadewa
d. Kaja, Tatebasan Wisnu
e. Ring Tengah, Tatebasan Siwa

Suci asoroh, tipat bantal akelan, segehan 5 soroh, pras ajengan sesantun, iwaknya ayam manca warna mapanggang, sesari 33 keteng, sami kahatur ring Sang Bhuta Nyakra Bhuwana, wus mecaru sampiyane merarung ring tukade.


44. TETANDINGAN BANTEN SEBILANG BUCU :
Yan ngewangun Karya ring Pura mwang ring paumahan, bucuning genah / pekarangan tanceb akna sanggah cucuk


Ring Bucu Kaja Kangin:
Munggah banten pejati asoroh, ketipat gong 1,maulam taluh bekasem.
Ring sor nyane; Segehan biru utawi putih selem atanding.


Ring Bucu Kelod Kangin:
Munggah banten pejati asoroh, katipat lepet maulam balung-balung.
Ring sor nyane; Segehan dadu utawi barak putih atanding.
Ring Bucu Kelo Kawuh:
Munggah banten pejati asoroh, katipat gangsa maulam sarwa dwi-dwian, padang gajah.
Ring sor nyane; Segehan jingga utawi barak kuning atanding.


Ring Bucu Kaja Kawuh:
Munggah banten pejati asoroh, katipat kukur maulam taluh matah.
Ring sor nyane segehan kuning selem atanding.




45. TETANDINGAN PANYEGJEG:
Gebeh rinajah: Swalalita, Modre, Wehastra, Tri purusa, Predana aksaraniya Utpeti, Sthiti, Ongkara Madumuka, Ongkara Sumungsang, Ongkara Lecodbawa, Ongkara Mertha, Ongkara Mule, Ongkara Panca bhuwana, Suksemaning Aksara Maha bhuta, Pasuk wetu A, NA,CA,RA,KA. Gebehe metegeh Asta Amusti aguli lenjong, ring tengahing gebehe : Daksina suci ngulap ngambe genep asoroh, Artha 850 keteng, muang sarwa pala bungkah pala gantung jangkep, entik nyane sarwa woh-wohan genep, jagung, padi, sela, medasar kasa putih merajah, saha perician, selaka mepanjang amusti, malumbang petang jari, sami pada - pada pateh, temaga, emas, mirah delima limang siki, sami merajah, besi merajah, canang sari lan pengerawos, kelungah kelapa gading 3 siki merajah, wastra catur, beras catur, anget-anget lan kebasa genep, sampun jangkep ring tengah gebehe, raris ke kaput antuk kasa putih rinajah, lan kasa kuning rinajah, kaiter antuk orthi bunga 66 siki, bagia pula kerthi 9 siki, cili matan ai 5 siki, penpenin pedagingan sampun mekaput 4 siki, medaging rerajahan Sang Hyang Tunggal 1, Sang Hyang Gana Pati 1, mesabuk jinah bolong Utama 225 keteng, Madhya 88 keteng, Nistha 66 keteng.


Patut kedasarin antuk yasa, sane kebawos mewinten di bunga. yaning sampun tutug 3 rahina, bagia ne patut ka pendem ring ajeng sanggar kamulan, wenang juga ring arepan Padma sari, yadian Padma sana, indik bang bang bagiya puniki, ngawitin mangbang ring pecaruaning karyane saha me ancak saji.


sawusan sampun mapendem, ri tepengan kajeng keliwon, purnama, tilem, ngaturang tipat dampulan, soda putih kuning, iwak antiga itik, tur segehan cacahan, kepelan, manca warna 5 tanding, be ne bawang jahe, api takep, tabuhan.


Manut ring lontar Sang Hyang Gondara Pati Raja, pala lugrahan Sang Hyang Adi Guru Nguni, yan tan medasar antuk panyegjeg karya mawidhi wedhana, karyan ta tan sida puput, sang adruwe karya wekasan katibenin lara wighna, matemahan ri wekas atmane kesasar


( Manut Lontar Gondara Pati Raja, Tatwa Dasa Purana )


46. TETANDINGAN DAKSINA
Medasar antuk wakul masrembeng, saha medaging tetapak 1, beras ajumput, kelapa 1, taluh bebek matah 1, palawa peselan 1, gegantusan 1, bija ratus 1, jambe matah 1, tingkih pangi 1, sedah tampinan 1, sowang - sowang eteh-eteh daksina ika winadahin kojong.


47. TETANDINGAN CANANG


CANANG GENTEN
Metaledan antuk ceper, wiyadin merupa raringgitan, Taledan nyane susunin antuk plawa, paporosan antuk sedah / base, medaging apuh / pamor, lan jambe / pinang, mategul antuk tali porosan, susunin wadah lengis, sekar lan pandan harum, maka suksman ipun pinaka panunggalan kahyun suci nirmala, parek ring Ida Sang Hyang Widdhi, Jambe apuh lan sirih / base pinaka prelambang Brahma, Wisnu, Siwa.


CANANG LENGA WANGI
Medasar antuk taledan canang, duwur nyane susunin campuran minyak kelaparing adeng, miyik - miyikan minyak areng, camprin malem lan menyam, minyak putih burat wangi, campuran kelapa ring akah cendana, menyan majagau, serana menyan majagau lan cendana, mateges Sang Hyang Tri Purusa. duwur miyik - miyikan nyane susunin sampiyan uras, duwur nyane susunin sekar sawarnan nyane lan kembang rampe.


CANANG SARI
Medasar antuk taledan canang, medaging plawa lan porosan, duwur nyane medaging sampiyan sari, berasa kuning, minyak wangi, sekar sejangkep nyane. suksman ipun maka sarin kahyune bhakti ring Sang Hyang Widdhi.


CANANG GANTAL
Munggwing tetandingan nyane pateh sekadi canang genten, sakewanten maweweh lekesan kekalih, metegul antuk talin porosan, duwur porosan medaging wadah uras lan sekar


CANANG TUBUNGAN
Munggwing tetandingan nyane taler pateh sekadi tetandingan canang genten, sakewanten porosan nyane antuk base tubungan, muncuk lekesan metampak dara, metegul antuk talin porosan, susunin sampiyan uras lan sekar sejangkep nyane.


CANANG PENGRAWOS
Munggwing tetandingan nyane pateh sekadi canang genten, sakewanten medaging kojong 4 siki, suang - suang medaging apuh / pamor, medaging taled sane kasusunin tangkih kalih, suang - suang medaging minyak wangi lan wija.


CANANG NYAH NYAH GRINGSING
Medasar antuk taledan ceper, medaging jaje kakiping, pisang mas, nyahnyah gringsing ( medasar antuk ketan injin menyahnyah ), mekaput antuk tangkih don kraras, medaging porosan, sampiyan uras lan sekar sejangkep nyane.


CANANG PANGRESIKAN
Medasar antuk ceper, medaging tangkih 7 siki, suang - suang medaging sig -sig, ( beras menyahnyah ngantos puwun ), kakosok kuning ( tepung mecampur kunyit ), kakosok putih ( tepung beras ), tepung tawar, medaging nasi segau, medaging minyak lan sesarik.


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI


CANANG PAHYASAN
Medasar antuk tangkih bucu telu, mesusun antuk jejahitan pahyasan, plawa, porosan, sampiyan uras lan sekar.


CANANG DUMA
Medasar antuk ceper, medaging tangkih 6 siki, suang - suang medaging kacang putih 5 siki, kacang komak 5 siki, ubi 5 iyis, keladi 5 iyis, isen 5 iyis, beras 5 siki, punika sane mentah, duwur nyane medaging plawa 5 bidang, sodan mejahit, ma-apuh, pinih duwur susunin sampiyan uras lan sekar.


TADAH SUKLA
Tetandingan nyane pateh sekadi canang duma, nanging maweweh antuk minyak, canang genten, canang sari, lan kacang - kacangan sane makasami magoreng.


CANANG MERAKA
Medasar antuk ceper, medaging tebu, sesanganan, woh - wohan, sampiyan nyane medaging plawa, porosan, sampiyan pras lan sekar.


48. DEWA - DEWI:
Tetandingan Dewa - Dewi, medasar antuk tatempeh utawi bokoran sane ageng, duwur nyane dagingin beras akulak, jinah 25 keteng, benang putih,base tampelan duwur nyane susunin antuk taledan antuk janur melumbang sekadi tatempeh punika, duwuring taledan punika susunin kain putih, duwur nyane dagingin kelakat sudamala kalih, genahnya mejejer, kelakat sudamala puniki dagingin taji antuk tiying, tajine punika kaiket ring klakate, ritatkala ngenahang tanyingan tajine marep menek, ring taji kekalih puniki sami dagingin / tusukin don biyu mapinda tampak dara asiki, don maduri putih kutus bidang, don ancak kutus bidang, don bingin kutus bidang, sami don maduri, don ancak, don bingin, mejahit / merupa segitiga utawi segi kutus, duwur nyane malih dagingin kawangen asiki, kuwangen puniki medaging jinah bolong kalih, raris sami kelakat sudamala puniki mategul antuk benang putih medaging jinah 225 keteng, duwur nyane malih dagingin jinah bolong kutus keteng, tusukan jinah siki raris tusukin kalpika antuk don bingin, malih jinah bolong, malih kalpika don bingin, nyantos genep kutus jinah bolong, kutus kalpika antuk don bingin, raris duwur nyane malih dagingin jinah limolas ( 15 ) keteng, tiap telung keteng jinah belatin antuk kalpika don bingin, kenten ngelantur nyane nyantos genep medaging jinah limolas keteng masusun, raris punih duwur / muncuk tajine dagingin tipat lingga sane melakar antuk don ambengan / lalang.


eteh - eteh upakara ne malih:
sami ring samping kelakat sudamalane dagingin kain putih sane sampun malipat panjang nya duwang potong, kalungah nyuh gading sampun makasturi kalih buah, base lembaran petang lembar,base tabungan pitung lembar, sami maalas antuk tamas melakar busung, dagingin canang sari duwang tanding, utawi canang buratwangi.







TETANDINGAN BANTEN


Banten bebangkit berfungsi sebagai Tataban / Ayaban, sebagaimana hal nya banten Pulogembal, tetapi dalam upacara yang lebih besar. banten bebangkit ini di tujukan kepada Bhatari Dhurga ( dewi uma ) dalam manifestasinya sebagai penguasa Black Magic, dan beberapa kala yang di anggap sebagai yoni ( tapakanNya ) antara lain: Sang Kala Udug Basur, Sang Kala Ulu Singa, dan sebagainya.
Kiranya hal ini akan menimbulkan kecenderungan bahwa seolah - olah kita memuja serta menempatkan pada diri kita, penguasa black magic ( Bhatari Dhurga dan yoniNya ), dan bukan Dewi Uma dan Dewi Parwati. tetapi hendaknya di ingat bahwa banten bebangkit itu selalu dan harus di sertai dengan banten Pulogembal, di mana banten ini di tujukan kehadapan Bhatara Gana beserta widya dara dan widya dari ( Pulogembal dan sekar taman ). dewa gana adalah sebagai dewa pembebas dari segala rintangan, penolong di dalam segala bahaya, penuntun para dewa, manusia dan lain - lainnya, yang bertujuan untuk keselamatan dan kesejahteraan.
Menurut Lontar Siwa Gama, hanya Dewa Ganalah yang dapat menghadapi segala kekuatan / magic dari Bhatari Durgha, dan akhirnya kembali ke surga sebagai Dewi Uma / Dewi Parwati. dalam wujud beliau sebagai dewi uma ( uma dewi ), maka beliau di anggap sebagai Ibu seluruh sekalian alam beserta isinya. tetapi bila beliau berwujud sebagai dewi durgha, maka beliau di anggap sebagai pengganggu alam beserta isinya yaitu sering menimbulkan wabah penyakit, mala petaka, dan lain sebagainya.
Banten Bebangkit dan Banten Pulogembal, dapat di lukiskan sebagai dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu kekuatan positif dan kekuatan negatif. banten pulogembal di antara banten bebangkit selalu akan berfungsi sebagai penetralisir kekuatan negatif, dan pada suatu saat akan terjadilah keseimbangan ( keadaan yang netral ). dengan demikian maka apa yang kita tatab / puja / tempatkan di dalam badan kita dapat mencapai keseimbangan / kesejahteraan di dalam kehidupan kita.


1. TADAH BEBANGKIT
Bebangkit adalah kumpulan dari beberapa buah / sorohan bebanten, biasanya kumpulan banten ini sering di sebut sorohan Bebangkit. Sesungguhnya Bebangkit ada dua jenis / bagian, yang lazim di sebut Tadah Bebangkit, antara lain:


A. TADAH BEBANGKIT IRENG:
bentuknya bulat di buat daripada daun enau / ron, di atasnya di isi sejenis jejahitan di sebut Mingas - Mingus. empat buah letaknya sedemikian rupa sehingga seolah - olah menunjukan empat arah ( timur, Selatan, Barat, Utara ), pada jejahitan itu di isi ubi keladi, pisang yang sudah di goreng, jajan kuskus yang di buat dari ketan gajih dan injin, di sampingnya di taruh Peras Alit, Tulung Alit, sesayut alit, penyeneng dan sula tulung kecil, sesayut alit, penyeneng dan sulanggi ( sejenis jejahitan ), yang berisi nasi kuning, teri, serundeng / sesahur, kacang komak dan garam.


B. TADAH BEBANGKIT PUTIH:
Bentuknya bulat di buat dari daun enau / ron, dan isinya sama seperti bebangkit ireng, akan tetapi semua bahan - bahannya mentah, kemudian di lengkapi dengan bijaratus, pelawa papeselan, porosan, pinang, masing - masing menjadi empat bungkus / biji. di samping itu terdapat pula beberapa jenis tupat yang di sebut tupat bebangkit antara lain:
a. Tupat Nasi,
b. Tupat Cakra,
c. Tupat Damar,
d. Tupat Lawang,
e. Tupat Uluwatu,
f. Tupat Terompong,
g. Tupat Taluh,
h. Tupat Lepet,
i. Tupat Pendawa,
j. Tupat Sari,
k. Tupat Kukur,
l. Tupat Guli,
m. Tupat Canden,
n. dan lain - lainnya.
Tupat tersebut di atas masing - masing satu biji / buah, kecuali tupat nasi banyaknya enam buah ( akelan ). semuanya itu di alasi dengan sebuah tamas dari daun enau yang berwarna putih / ambu, di lengkapi dengan nasi muncuk kuskusan dengan ikannya telur itik yang di rebus.
Kedua jenis tadah bebangkit tersebut di atas itu di susun di tumpuk menjadi satu ( tadah bebangkit ireng yang di bawah tadah bebangkit putih ), kemudian tipat bebangkit di alasi dengan tamas tadi, lalu tadah bebangkit yang telah di susun ini di alasi dengan sebuah tetempeh yang telah di isi beras, kencur, kunir, dan uang Sembilan keteng.


2. BALEN BEBANGKIT:
Bentuknya seperti bale - bale bertiang empat, di buat dari pelepah ( papah jaka ), lalu di selubungi dengan jejahitan dari daun enau / ron, di buat persegi empat seperti taledan dan pada selubung ini di tempeli beberapa jenis jajan yang di sebut Jajan Pebangkit. kalau jajan pulogembal melambangkan / meliputi isi dunia, maka pada Pebangkit jajannya di lengkapi dengan benda - benda angkasa ( planet ).
Jajan - Jajan itu antara lain:
a. Marga,
b. Lawang,
c. Bulan,
d. Matahari ( surya ),
e. Lubeng Luwih,
f. Lubeng Kaang,
g. Korang,
h. Ancak,
i. Bingin,
j. Ubi,
k. Keladi,
l. Pepek,
m, Sunaran,
n. Lemah Peteng,
o. Tangkar Iga,
p. Gumi ( berisi manusia /cili-cilian, tumbuh - tumbuhan, rumah-rumahan, berjenis - jenis binatang, ikan, dan lain - lainnya.


Perlu di ketahui bahwa jajan yang terakhir ini sering tidak di buat, tetapi ada jajan - jajan yang berbentuk tumbuh-tumbuhan, cili-cilian / deling, gumatat - gumitit ( baling, capung, dan lain - lainnya, berjenis - jenis burung - burungan dan lain - lainnya ), sehingga jajan - jajannya mendekati jajan Pulogembal.
Cara meletakkan jajan - jajan itu di dalam Balen Bebangkit adalah sebagai berikut:
- Jajan Marga di taruh di sebelah utara
- Jajan Lawang di taruh di sebelah selatan
- Jajan Bulan di taruh di sebelah Barat
- Jajan Matahari di taruh di sebelah Timur
dan semua jajan - jajan yang lain di pasang di sebelah menyebelahnya di letakkan / di taruh.


Balen Bebangkit ini di taruh di atas Tadah Bebangkit, di isi sampiyan yang bentuknya seperti sampiyan peras hanya saja di buatkan lebih besar. di samping banten - banten yang sudah tersebut di atas tadi, bebangkit juga selalu di lengkapi / di sertai dengan beberapa buah banten antara lain:
a. Suci dua soroh,
b. Guling Itik / Bawi,
c. Gayah,
d. Pulogembal,
e. Taman,
f. Tegtegan
g. Kayu Sugih,
h. Pekokoh,
i. Tadah Alas,
j. Jaga Resi,
k. Kakelepikan,
l. Tumpeng 35 / 40 / 44 buah, tergantung pada tingkatan bebangkitnya,
m. Betel Penerus, dan masih banyak lagi yang lainnya.


3. TINGKATAN BEBANGKIT:
Banten Bebangkit dapat di bagi menjadi tiga tingkatan, antara lain:
a. Bebangkit Gerombong, adalah tingkatan bebangkit yang paling kecil.
b. Bebangkit Bogem / Mecagak adalah tingkatan bebangkit yang sedang / Madhya.
c. Bebangkit Agung / Mekaras adalah tingkatan bebangkit yang utama.


Adapun tetandingan banten bebangkitnya adalah sebagai berikut:


a. Bebangkit Gerombong:
Bale - balenya tidak beratap / di atasnya berlubang, tumpengnya berjumlah 35 buah, gayahnya di sebut gayah pupus, dapat di gunakan dalam upacara yang kecil / biasa.


b. Bebangkit Bogem / mecagak:
Bale - balenya beratap dan di atasnya di isi sumbu, sebagai tempat sampiyannya, tumpengnya berjumlah 40 buah, gayahnya di sebut gayah sari, dapat di gunakan dalam upacara yang sedang / Madhya.

c. Bebangkit Agung / mekaras:
Bale -balenya beratap dan bertumpang, pada pucaknya di isi sumbu sebagai tempat sampiyannya, dan di gantungi beruk berisi nira / tuwak, caratan berisi asaban baon warak ( asaban cula badak ), tetapi kalau tidak ada cula badak biasanya di ganti dengan air, kotak yang berisi perabot manusia seperti gergaji, mutik, paet, dan lain -lain yang semuanya dapat di beli di pasar. dan sebuah bakul kecil yang berisi sedikit beras, sirih, tampel, uang kepeng, kewangen, dan benang putih sedikit. pada bebangkit ini tumpengnya berjumlah 44 buah, gayahnya di sebut gayah utuh ( gayah yang memakai kepala babi ), bebangkit ini di gunakan pada upacara yang besar / utama.


4. BEBANGKIT SELAM:
Bebangkit selem / selam, tetandingan ulamnya mempergunakan daging dari binatang / hewan yang di anggap suci, seperti: daging Itik, Kambing, Kerbau, penyu, dan sebagainya yang sejenis.

5. BEBANGKIT KAPIR:
Bebangkit Celeng Kapir, tetandingan ulamnya mempergunakan daging babi. bebangkit ini sering di gunakan pada setiap upacara, kecuali pada upacara itu di sebutkan bahwa tidak boleh memakai daging babi.


6. BEBANGKIT ARDANARESWARI:
Bebangki ini merupakan bebangkit yang khusus, karena bebangkit ini menggunakan jajan dua buah / soroh bebangkit, yaitu yang satu soroh menggunakan jajan warna kuning. dan yang lagi satu soroh menggunakan jajan warna putih, banten bebangkit ini khusus di pergunakan di PASELANG, sedangkan tentang daging yang di gunakan pada bebangkit ini adalah daging babi dan daging itik.


7. JEJATAH / SATE BEBANGKIT:
Mengenai bentuk dan tetandingan Jejatah / sate pada bebangkit, ada Sembilan jenis / model yang di pergunakan, dan biasanya di tempatkan pada sepotong pohon pisang, adapun jenis sesate tersebut adalah:
- Sate Jepit babi, di tempatkan di sebelah timur
- Sate Serapah, di tempatkan di sebelah barat
- Sate Lembat, di tempatkan di sebelah selatan
- Sate Leklet, di tempatkan di sebelah barat daya
- Sate di tempatkan di sebelah Utara
- Sate di tempatkan di sebelah Barat Laut
- Sate di tempatkan di sebelah Tenggara
- Sate di tempatkan di sebelah Timur Laut


8. GAYA SARI
Pada gayah Sari ini juga mempergunakan jenis - jenis tulang - tulang yang tersebut di atas, hanya saja pada puncak gayah ini tidak memakai kuwung, melainkan memakai bagia, bentuknya kira - kira seperti bunga maduri. gayah sari ini di pergunakan pada Bebangkit Bogem / Mecagak.

9. GAYAH UTUH
Gayah Utuh di buat biasanya mempergunakan satu ekor babi yang sudah di guling, karena hampir semua bagian - bagiannya akan di pergunakan. misalnya, isin jeroannya yaitu empedu, usus, paru - paru, dan lain-lainnya. dan badan luar babi yaitu ekor, kaki serta seluruhnya di pergunakan. adapun bentuk selengkapnya adalah sebagai berikut:
sebagai tempat gayah utuh ini adalah sebuah tatempeh / ngiyu, di atas ngiyu di isi kulit sesayut yang terbuat dari daun enau / ron, lalu di atas nya di taruh tulang - tulang yang di perlukan, sedangkan untuk tulang kepala, ekor dan ke empat kakinya di biarkan masih tetap utuh ( sama sekali tidak boleh di kurangi baik kulit, kaki dan anggota bada lainnya agar tetap utuh). di atas kepala babi tersebut di tancapkan jenis - jenis sate yang berbentuk senjata dewata nawa sangha, yaitu:
a. Sate yang berbentuk BAJRA, dengan puncaknya di isi papusuh / jantung jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Timur ( Purwa ).
b. Sate yang berbentuk DUPA, dengan puncaknya di isi Peparu jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Tenggara ( Agnehyan).
c. Sate yang berbentuk DANDA, dengan puncaknya di isi Hati jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Selatan ( Daksina ).
d. Sate yang berbentuk MOKSALA, dengan puncaknya di isi Usus jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Barat Daya ( Nairiti ).
e. Sate yang berbentuk NAGAPASA, dengan puncaknya di isi Ungsilan jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Barat ( Pascima ).
f. Sate yang berbentuk ANGKUS, dengan puncaknya di isi Limpa jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Barat Laut ( Wayabya ).
g. Sate yang berbentuk CAKRA, dengan puncaknya di isi Ampru jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Utara ( Uttara ).
h. Sate yang berbentuk TRISULA, dengan puncaknya di isi Empedu jeroan babi, lalu di tancapkan di sisi Timur Laut ( Ersaniya ).
i. Sate yang berbentuk PADMA, dengan puncaknya di isi Unduh - Unduhan jeroan babi, kemudian di isi daging garuda dan bagya, lalu di tancapkan di Tengah ( Madhya ).

Pada saat upacara di gelar biasanya gayah utuh ini di jadikan satu dengan berjenis - jenis sate yang di pergunakan di bebangkit, dan kadang - kadang juga di lengkapi dengan pariasi - pariasi seperti daging, lemak yang berbentuk candi bentar, wayang - wayangan, pohon - pohonan, umbul - umbul, payung di buat dari jejaringan, dengan hiasan - hiasan Lombok, kunir, dan lain - lainnya. sedangkan seluruh ususnya, di dalamnya di isi daging yang sering di sebut urutan, yang lalu di pasang melingkar bergantung / berbelit, sebagai pelengkap hiasan pada gayah utuh. ini biasanya lengkap di isi tergantung kemampuan / patus, dan keadaan materi yang di perlukan genap.

10. RAREBASAN:
Sebagai alasnya adalah kulit sesayut yang berbentuk tamas, kemudian di atasnya di isi Bayuhan 10, Pesan 10 bungkus, Pesan Urab Barak 10 bungkus, Pesan Urab Putih 10 bungkus, Deleg marus 10, Urutan 10 potong, sebuah urutan sebagai kalung gede, oret - oret 10 iris, Alir - alir.

11. SOROHAN GULING BEBANGKIT:
Di samping daging - daging yang tersebut di atas, maka bebanten bebangkit juga di lengkapi dengan Guling. jika yang di pergunakan bebangkit Selem maka guling bebangkit yang di pergunakan adalah guling itik, dan juga sate - satenya mempergunakan olahan dari daging itik, serta tulang - tulangnya. tetapi jika bebangkit yang di pergunakan adalah bebangkit kapir maka guling bebangkit yang di pergunakan adalah guling babi atau kucit, dan sorohan banten bebangkit sering pula di sebut sorohan guling bebangkit. mengenai guling bebangkit pada babi biasanya mempergunakan bawi plen nerus gunung yang artinya babi atau kucit hitam yang belum di kebiri ( nerus butuhan ).



KASURAT OLIH :

PINANDITA MADE SUARNATA

Senin, 12 September 2016

SUGIHAN




Sugihan dikenal sebagai Upacara di Bali yang masih ada kaitannya dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan, ada dua Sugihan yaitu Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Ketika mendengar kata Sugihan Jawa dan Sugihan bali apa yang terlintas di benak anda?
Masyarakat Hindu Bali sudah tidak asing dengan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, namun sepertinya masih ada beberapa yang belum paham akan makna sebenarnya dari kedua Sugihan tersebut.
Sugihan Jawa atau sering juga dikenal dengan Sugihan Jaba adalah sebuah kegiatan rangkaiang upacara dalam rangka menyucikan Bhuana Agung (makrokosmos) atau Alam Semesta. Sugihan Jawa ini jatuh pada hari Kamis Wage Wuku Sungsang.
Kata Sugihan Jawa berasal dari urat kata Sugi, yang artinya membersihkan, dan Jawa berasal dari kata Jawi yang dalam Bahasa Jawa kuno memiliki arti luar, begitu juga Jaba dalam Bahasa Bali yang memiliki arti sama yaitu luar.
Jadi hari raya Sugihan Jawa bukanlah hari Sugihan bagi para pengungsi leluhur-leluhur dari Jawa pasca bubarnya Majapahit, namun makna sebenarnya adalah pembersihan Bhuana Agung (makrokosmos) atau Alam Semesta, baik sekala maupun niskala.
Dalam lontar Sundarigama dijelaskan bahwa Sugihan Jawa merupakan “Pasucian Dewa Kalinggania Pamrastista Bhatara Kabeh” (Pesucian Dewa, Karena Itu Hari Penyucian Semua Bhatara).
Pelaksanaan upacara Sugihan Jawa yaitu dengan membersihkan alam lingkungan, baik itu Pura, tempat tinggal, dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci. Dan yang terpenting adalah membersihkan fisik Pura dari debu dan kotoran, agar layak dihuni oleh Sang Jiwa Suci sebagai Brahma Pura.
Sementara Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang, sehari setelah Sugihan Jawa. Bali dalam Bahasa Sansekerta berarti kekuatan yang ada dalam diri. Jadi Sugihan Bali memiliki makna yaitu menyucikan diri sendiri (Bhuana Alit).
Sesuai dengan yang disebutkan didalam lontar Sundarigama: “Kalinggania Amrestista Raga Tawulan” (Oleh Karenanya Menyucikan Badan Jasmani dan Rohani Masing-Masing), yaitu dengan memohon tirta pembersihan atau penglukatan.
Badan fisik (Sthula Sarira) dan Rohani (Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira) yang ada pada masing-masing individu manusia harus selalu disucikan, sebab fisik dan rohani adalah modal awal yang harus diperkuat dalam menghadapi keadaan jaman seperti saat ini.
Hal tersebut juga berkaitan erat dengan kesiapan kita dalam menjelang Hari Raya Suci yaitu Hari Raya Galungan dan Kuningan. Awali dengan pasucian Bhuana Agung pada Hari Raya Sugihan Jawa dan dilanjutkan dengan pasucian Bhuana Alit pada Hari Raya Sugihan Bali.