SANG NILACANDRA
Di kisahkan Sang Kunjarakarna, putra Raja Dumbajaya, bertahta di negeri Pandhi, betapa hebat laku tapanya, memuja Sang Hyang Werocana. Lagi pula ia telah diberikan anugrah, dan namanya sudah diganti, yakni bernama Bhagawan Handasingha. Ia menjadi pertapa telanjang,lalu ia membangun asrama di tengah hutan. Ia mampu pulang ke alam gaib. Ia bias hilang, bias muncul dimana mana. Ia belajar sendiri tentang ajaran Budha.
Diceritakan lagi adiknya bernama Sri Purnawijaya, putra Raja Utarsa, sebagai sepupu Sang Kunarakarna. Di negeri Narajadesa atau dinamakan Kerajaan Kendran bertahta seorang raja bernama Sri Nilacandra. Pengendalian Nafsunya begitu kuat, tekun mendalami ajaran agama, ia juga telah menguasai catur warga.dan hendak membuat tiruan sorga dan neraka lengkap dengan penjaganya. Termasuk tiruan Matahari dan bulan yg di buat dari emas, perak, permata serta tembaga.
Suatu saat datanglah Raja Yudistira beserta keempat saudaranya di sertai permaisuri beliau. Beliau disambut dengan ramah oleh Sri Nilacandra berserta permaisuri beliau . dan para Pandawa di ajak keliling melihat istana emas sang raja berserta tiruan sorga dan neraka yang begitu indah.
Raja Yudistira bersabda: Wahai engkau Raja Nilacandra dan menterimu sekalian, kuatkanlah imanmu dalam melakoni ajaran Budha, sebab puncak laku tapamu akan mengantarkan dirimu mengetahui sorga dan neraka. Betapa sejuknya hati orang orang di negeri Narajadesa sebagai tonggak awal menjaga kehidupan, memegang teguh ajaran Budha, menciptakan keselamatan dunia. Demikian sabda Sang Maharaja dan beliu kembali ke Hastina di hadiahi emas permata oleh Raja Nilacandra.
Diceritakan dua orang Maharaja besar bernama Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa. Beliau mengadakan utusan menyelidiki orang orang, seluruh masyarakat hingga ke dusun dusun , terlebih lagi kelompok ksatria, yang tidak menuruti perintah Maharaja Krisna dan Baladewa.
Entah berapa lama sang Satyaki dan Sang Kretawarma berkunjung kedesa desa sehingga sampai di negeri Narajadesa. Semua wilayah telah di telusurinya, sedangkan Raja Nilacandra adalah seorang Raja yang sangat gagah dan berani. Lagi pula ia telah menguasai sorga dan neraka serta telah membuat tiruannya didalam istananya, atas anugrah Sang Hyang Werocana. Dhyanibudha senantiasa dipujanya. Itulah sebabnya ia berhasil mencapai keperwiraan. Berita kehebatan Sang Nilacandra itu telah di dengar oleh Sang Setyaki dan Sang Kretewarma. Dengan terburu buru mereka pulang menyampaikan kebenaran berita itukepada Maharaja Kresna dan Baladewa. Maharaja Kresna dan Baladewa marah, merasa bagaikan ditantang keperkasaanya oleh Raja Nilacandra. Dengan cepat Maharaja Kresna dan Baladewa merapatkan pasukan Yadu dan Wresyandaka, serta kedua pamannya,termasuk perdana menteri,panglima perang agar segera angkat senjata bersama pasukan masing masing dengan keretaperang,gajah, dan kuda.Mereka pada keluar diiringi suara gamelan, disahutiringkikan kuda dan gajah, tunggangan para pasukan Wresni, sebagai peminpin pasukan.
Tidak dikisahkan lebih jauh perjalanan pasukan Yadu yg gagah berani itu. Diceritakan Maharaja Kresna dan Baladewa mendahului perjalanan mereka dengan mengendarai kereta emas permata, dengan kuda sakti Swalahaka, berwarna hitam. Dalam sekejam mereka telah sampai di kerajaan Hastina. Lalu mereka masuk ke dalam istana. Tampak Kelima Pandawa bersaudara sedang berunding bersama sanak saudaranya . Dengan tiba tiba Raja Kresna dan Baladewa dating dan duduk tanpa ada yang mempersilahkannya, sebagaimana sopan santun seorang memasuki istana , kata Mharaja Kresna : “ Wahai Tuanku Raja Yudistira, maksud kedatanganku kemari, kami hendak menyampaikan bahwa kami akan menyerang seorang raja yang bernama Raja Nilacandra, karena ia berani menandingi bahkan ingin melampaui batas etiketpara raja yang ada di dunia ini.Ia bis amembuat tiruan Indraloka dan Pitraloka, sebagai tanda keberhasilannya dalam menekuni ajara Budha. Aku hendak mengetahui kehebatan ilmunya dalam mendalami ajaran Budha,atas anugrah Sanghyang Werocana “ demikian kata Maharaja Kresna.
Maharaja Yudistira menjawab: “ Wahai Maharaja Kresna.! Jika hal itu yang engkau sampaikan kepada ku, apa dayaku..! Aku tidak sepaham denganmu.., sebab Sang Nilacandra tidak mempunyai kesalahan kepada kalian semua. Ia senantiasa berprgang kepada kebenaran. Aku sadar bahwa aku mengabdi pada kalian semua. Kalian merupakan Ksatria bagi kami..! Apaksakuhira ( memaksakan kehendak kepada orang lain) namanya pikiran seperti itu, jika aku melindungi segala keinginanmu, sebaiknya kau pikirkan sendiri akibatnya.!”
Sang Arjuna menyahut “ Wahai Maharaja Kresna, kemuliann raja Nilacandra dalam meniru sorga dan neraka adalah untuk mengajarkan manusia di dunia ini kepada kesadaran yang sesungguhnya, yakni sebagai penahan bagi orang orang bodoh di negeri Narajadesa, untuk mencegah pikiran orang orang dalam melakukan kejahatan. Aku masih ingat dulu ketika Sang Nilacandra menyampaikan maksudnya membangun istana kepada Raja Yudistira”.
Sang Wrekodara menjawab : “ Daulat Maharaja Krisna!. Jika tuanku berpikir seperti itu, mau menang sendiri namanya tuanku. Tiada bedanya Sang Nilacandra dengan seorang dalang dalam melakonkan sorga dan neraka. Aku tidak menemukan kesalahan pada dirinya. Bagiku. Lebih baik tuanku tidak dating lagi ke mari, bersekutu dengan orang orang yang tidak sepaham. Silahkan lakukan apa maumu,hanya karena merasa kewibawaanmu sebagai raja telah di lampaui..silahkan kau melakukan segala tindakannmu”.
Kata Sang Maharaja Kresna dan Baladewa : “ Baiklah wahai Raja Yudistira !, kami segera mohon diri untuk berperang tanding dengan orang yang sok tahu sorga!”. Mereka berdua bergegas pergi ,turun dari kursi dan langsung pergi. Raja Yudistira berdiam diri. Keempat Pandawa bersaudara segera turun membuntuti kepergian Maharaja Krisna dan Baladewa.
Pada saat itu Sang Bhima mentertawai sikap Maharaja Krisna, katanya,” Hai adikku sang Arjuna,Nakula ,Sahadewa ! Aku ingin mengikuti perjalanan Maharaja Krisna, menonton kekalahannya berperang tanding melawan Sang Nilacandra dan gugurnya pasukan Yadu, namun nbetapa berbahayanya kamu jika ikut pergikesana, barangkali aku akan ikut terbunuh oleh Sang Nilacandra, dikira bersekutu dengan Maharaja Kresna. Adapun jika Maharaja Krisna benar benar kalah, mungkin aku akan ikut mati pertanda kesetiaanku padanya. Namun aku tidak khawatir bahwa aku akan hidup kembali, mengapa demikian ? Sebab Sang Nilacandra tidak berani durhaka kepada kakakmu Sang Yudistira. Beliau mempunyai senjata Puspawijaya dan senjata Padmamretasanjiwani, yang bias menghidupkan orang yang telah mati,jika belum saatnyamati. Begitulah adanya. Janganlah kalian bertiga ikut, mengikuti kepergianku, biarkanlah aku sendiri gugur dimedan laga. Demikianlah wahai adikku..” Tiga Pandawa bersaudara menjawab “ Wahai kakakku Sang Bhima, pooknya kami ikut dating kesana,agar kami mengetahui kesaktian Sang Nila candra, yan telah dianugrahi oleh Sanghyang Werocana.Marilah kita berangkat bersama sama “ Kemudian mereka ber empat berangkat tanpa membawa senjata.
Di kisahkan Pasukan Maharaja Kresna dan Baladewa, sebagai pinpinan pasukan adalah para putra raja. Adapun pasukan Yadu dan Wresni telah tiba di tepian kerajaan Narajadesa. Suara Gong Beri di tabuh disertai suara sorak sorai prajurit bergemuruh membingungkan orang orang desa yang tidak tahu permasalahan apapun. Semua prajurit dibabat habis dan hartanya dijarah termasuh ke wilayah kekeuasaan Raja Yudistira. Pasukan Nilacandra berlari mundur ketakutan tiada berdaya. Dengan terburu buru dating ke istana Narajadesa,masuk ke dalam istsna dimana Sang Nilacandra saat itu sedang dihadap oleh para menteri terutama keempat patihnya yaitu Sang Ganeka,Sang Nayeka,Sang Madaneka, Sang Wesduka, mereka sedang diberi ajaran Budha, sebagaimana nasehat Raja Yudistira dahulu. Tiba tiba para peminpin rakyatnya dating dengan tergopoh gopoh melapor kepada Sang Nilacandra: “ Daulat Paduka Raja Nilacandra. Dengan terburu buru kami,para hamba tuanku dating melaporkan bahwa musuh tuanku datang yakni para pasukan Yadu,Bhoja,Wresyandaka. Jumlah mereka sangat banyak serta dilengkapi dengan pasukan gajah,kuda,serta kereta perang bersenjata lengkap berupa trisula,tombak,lembing,dan senjata konta. Sebagai pinpinannya adalah Maharaja Baladewa,Maharaja Kresna, Sang Wabhru,Sang Ugrasena, dan paling belakang adalah keekmpat Pandawa bersaudara tanpa membawa senjata”.
Di kisahkan Sang Kunjarakarna, putra Raja Dumbajaya, bertahta di negeri Pandhi, betapa hebat laku tapanya, memuja Sang Hyang Werocana. Lagi pula ia telah diberikan anugrah, dan namanya sudah diganti, yakni bernama Bhagawan Handasingha. Ia menjadi pertapa telanjang,lalu ia membangun asrama di tengah hutan. Ia mampu pulang ke alam gaib. Ia bias hilang, bias muncul dimana mana. Ia belajar sendiri tentang ajaran Budha.
Diceritakan lagi adiknya bernama Sri Purnawijaya, putra Raja Utarsa, sebagai sepupu Sang Kunarakarna. Di negeri Narajadesa atau dinamakan Kerajaan Kendran bertahta seorang raja bernama Sri Nilacandra. Pengendalian Nafsunya begitu kuat, tekun mendalami ajaran agama, ia juga telah menguasai catur warga.dan hendak membuat tiruan sorga dan neraka lengkap dengan penjaganya. Termasuk tiruan Matahari dan bulan yg di buat dari emas, perak, permata serta tembaga.
Suatu saat datanglah Raja Yudistira beserta keempat saudaranya di sertai permaisuri beliau. Beliau disambut dengan ramah oleh Sri Nilacandra berserta permaisuri beliau . dan para Pandawa di ajak keliling melihat istana emas sang raja berserta tiruan sorga dan neraka yang begitu indah.
Raja Yudistira bersabda: Wahai engkau Raja Nilacandra dan menterimu sekalian, kuatkanlah imanmu dalam melakoni ajaran Budha, sebab puncak laku tapamu akan mengantarkan dirimu mengetahui sorga dan neraka. Betapa sejuknya hati orang orang di negeri Narajadesa sebagai tonggak awal menjaga kehidupan, memegang teguh ajaran Budha, menciptakan keselamatan dunia. Demikian sabda Sang Maharaja dan beliu kembali ke Hastina di hadiahi emas permata oleh Raja Nilacandra.
Diceritakan dua orang Maharaja besar bernama Maharaja Kresna dan Maharaja Baladewa. Beliau mengadakan utusan menyelidiki orang orang, seluruh masyarakat hingga ke dusun dusun , terlebih lagi kelompok ksatria, yang tidak menuruti perintah Maharaja Krisna dan Baladewa.
Entah berapa lama sang Satyaki dan Sang Kretawarma berkunjung kedesa desa sehingga sampai di negeri Narajadesa. Semua wilayah telah di telusurinya, sedangkan Raja Nilacandra adalah seorang Raja yang sangat gagah dan berani. Lagi pula ia telah menguasai sorga dan neraka serta telah membuat tiruannya didalam istananya, atas anugrah Sang Hyang Werocana. Dhyanibudha senantiasa dipujanya. Itulah sebabnya ia berhasil mencapai keperwiraan. Berita kehebatan Sang Nilacandra itu telah di dengar oleh Sang Setyaki dan Sang Kretewarma. Dengan terburu buru mereka pulang menyampaikan kebenaran berita itukepada Maharaja Kresna dan Baladewa. Maharaja Kresna dan Baladewa marah, merasa bagaikan ditantang keperkasaanya oleh Raja Nilacandra. Dengan cepat Maharaja Kresna dan Baladewa merapatkan pasukan Yadu dan Wresyandaka, serta kedua pamannya,termasuk perdana menteri,panglima perang agar segera angkat senjata bersama pasukan masing masing dengan keretaperang,gajah, dan kuda.Mereka pada keluar diiringi suara gamelan, disahutiringkikan kuda dan gajah, tunggangan para pasukan Wresni, sebagai peminpin pasukan.
Tidak dikisahkan lebih jauh perjalanan pasukan Yadu yg gagah berani itu. Diceritakan Maharaja Kresna dan Baladewa mendahului perjalanan mereka dengan mengendarai kereta emas permata, dengan kuda sakti Swalahaka, berwarna hitam. Dalam sekejam mereka telah sampai di kerajaan Hastina. Lalu mereka masuk ke dalam istana. Tampak Kelima Pandawa bersaudara sedang berunding bersama sanak saudaranya . Dengan tiba tiba Raja Kresna dan Baladewa dating dan duduk tanpa ada yang mempersilahkannya, sebagaimana sopan santun seorang memasuki istana , kata Mharaja Kresna : “ Wahai Tuanku Raja Yudistira, maksud kedatanganku kemari, kami hendak menyampaikan bahwa kami akan menyerang seorang raja yang bernama Raja Nilacandra, karena ia berani menandingi bahkan ingin melampaui batas etiketpara raja yang ada di dunia ini.Ia bis amembuat tiruan Indraloka dan Pitraloka, sebagai tanda keberhasilannya dalam menekuni ajara Budha. Aku hendak mengetahui kehebatan ilmunya dalam mendalami ajaran Budha,atas anugrah Sanghyang Werocana “ demikian kata Maharaja Kresna.
Maharaja Yudistira menjawab: “ Wahai Maharaja Kresna.! Jika hal itu yang engkau sampaikan kepada ku, apa dayaku..! Aku tidak sepaham denganmu.., sebab Sang Nilacandra tidak mempunyai kesalahan kepada kalian semua. Ia senantiasa berprgang kepada kebenaran. Aku sadar bahwa aku mengabdi pada kalian semua. Kalian merupakan Ksatria bagi kami..! Apaksakuhira ( memaksakan kehendak kepada orang lain) namanya pikiran seperti itu, jika aku melindungi segala keinginanmu, sebaiknya kau pikirkan sendiri akibatnya.!”
Sang Arjuna menyahut “ Wahai Maharaja Kresna, kemuliann raja Nilacandra dalam meniru sorga dan neraka adalah untuk mengajarkan manusia di dunia ini kepada kesadaran yang sesungguhnya, yakni sebagai penahan bagi orang orang bodoh di negeri Narajadesa, untuk mencegah pikiran orang orang dalam melakukan kejahatan. Aku masih ingat dulu ketika Sang Nilacandra menyampaikan maksudnya membangun istana kepada Raja Yudistira”.
Sang Wrekodara menjawab : “ Daulat Maharaja Krisna!. Jika tuanku berpikir seperti itu, mau menang sendiri namanya tuanku. Tiada bedanya Sang Nilacandra dengan seorang dalang dalam melakonkan sorga dan neraka. Aku tidak menemukan kesalahan pada dirinya. Bagiku. Lebih baik tuanku tidak dating lagi ke mari, bersekutu dengan orang orang yang tidak sepaham. Silahkan lakukan apa maumu,hanya karena merasa kewibawaanmu sebagai raja telah di lampaui..silahkan kau melakukan segala tindakannmu”.
Kata Sang Maharaja Kresna dan Baladewa : “ Baiklah wahai Raja Yudistira !, kami segera mohon diri untuk berperang tanding dengan orang yang sok tahu sorga!”. Mereka berdua bergegas pergi ,turun dari kursi dan langsung pergi. Raja Yudistira berdiam diri. Keempat Pandawa bersaudara segera turun membuntuti kepergian Maharaja Krisna dan Baladewa.
Pada saat itu Sang Bhima mentertawai sikap Maharaja Krisna, katanya,” Hai adikku sang Arjuna,Nakula ,Sahadewa ! Aku ingin mengikuti perjalanan Maharaja Krisna, menonton kekalahannya berperang tanding melawan Sang Nilacandra dan gugurnya pasukan Yadu, namun nbetapa berbahayanya kamu jika ikut pergikesana, barangkali aku akan ikut terbunuh oleh Sang Nilacandra, dikira bersekutu dengan Maharaja Kresna. Adapun jika Maharaja Krisna benar benar kalah, mungkin aku akan ikut mati pertanda kesetiaanku padanya. Namun aku tidak khawatir bahwa aku akan hidup kembali, mengapa demikian ? Sebab Sang Nilacandra tidak berani durhaka kepada kakakmu Sang Yudistira. Beliau mempunyai senjata Puspawijaya dan senjata Padmamretasanjiwani, yang bias menghidupkan orang yang telah mati,jika belum saatnyamati. Begitulah adanya. Janganlah kalian bertiga ikut, mengikuti kepergianku, biarkanlah aku sendiri gugur dimedan laga. Demikianlah wahai adikku..” Tiga Pandawa bersaudara menjawab “ Wahai kakakku Sang Bhima, pooknya kami ikut dating kesana,agar kami mengetahui kesaktian Sang Nila candra, yan telah dianugrahi oleh Sanghyang Werocana.Marilah kita berangkat bersama sama “ Kemudian mereka ber empat berangkat tanpa membawa senjata.
Di kisahkan Pasukan Maharaja Kresna dan Baladewa, sebagai pinpinan pasukan adalah para putra raja. Adapun pasukan Yadu dan Wresni telah tiba di tepian kerajaan Narajadesa. Suara Gong Beri di tabuh disertai suara sorak sorai prajurit bergemuruh membingungkan orang orang desa yang tidak tahu permasalahan apapun. Semua prajurit dibabat habis dan hartanya dijarah termasuh ke wilayah kekeuasaan Raja Yudistira. Pasukan Nilacandra berlari mundur ketakutan tiada berdaya. Dengan terburu buru dating ke istana Narajadesa,masuk ke dalam istsna dimana Sang Nilacandra saat itu sedang dihadap oleh para menteri terutama keempat patihnya yaitu Sang Ganeka,Sang Nayeka,Sang Madaneka, Sang Wesduka, mereka sedang diberi ajaran Budha, sebagaimana nasehat Raja Yudistira dahulu. Tiba tiba para peminpin rakyatnya dating dengan tergopoh gopoh melapor kepada Sang Nilacandra: “ Daulat Paduka Raja Nilacandra. Dengan terburu buru kami,para hamba tuanku dating melaporkan bahwa musuh tuanku datang yakni para pasukan Yadu,Bhoja,Wresyandaka. Jumlah mereka sangat banyak serta dilengkapi dengan pasukan gajah,kuda,serta kereta perang bersenjata lengkap berupa trisula,tombak,lembing,dan senjata konta. Sebagai pinpinannya adalah Maharaja Baladewa,Maharaja Kresna, Sang Wabhru,Sang Ugrasena, dan paling belakang adalah keekmpat Pandawa bersaudara tanpa membawa senjata”.
Pikiran Raja Nilacandra tertegun , bingung memikirkan tingkah laku Sang Pandawa.Raja Nilacandra berkata “ Wahai patihku, perintahkan prajuritmu sebanyak duapuluh orang beserta seorang perdana menteri agar berangkat sebagai tanda seranganmu, adapun kalian berempat silahkan atur dan siapkan pasukanmu masing masing,termasuk panglima dan pasukan perangnya masing- masing, perintahkan agar angkat senjata. Aku akan ke istana,aku akan berdoa dan segera menyusul kalian,jangan kalian takut mati,aku menjadi jaminan atas kematianmu. Bukankah engkau mengetahui diriku bahwa aku tidak bisa mati oleh senjata.Aku mampu menghidupkan orang yang telah mati,sebab aku mempunyai senjata Sanghyang Puspawijaya,anugrah Sanghyang Werocana. Silahkan kalian berangkat “ demikian perintah sang raja.
Keempat patihnya dan pasukan prajuritnya menyembah dan mohon diri berangkat ke medan laga .Raja Nilacandra masuk ke istana memberitahukan kepada kelima permaisurinya, yang ibatar lima dewi,yang bagaikan Dewi Musim Semi.yang dipercaya sebagai keturunan Dewa Asmara. Demikian bila dibayangkan keadaannya.
Dikisahkan Maharaja Yudistira mendengar dari abdinya bahwa keempat saudaranya ikut serta dalam penyerangan Maharaja Kresna. Ia merasa cemas,karena itu ia segera berangkat mengendarai kereta emas dengan maksud menghadang perjalanan keempat saudaranya. Biarlah sang Kresna saja yang mem\nandingi Sang Nilacandra termasuk para ksatrianya.Ia tidak mempunyai dosa, bergegas beliau berangkat.
Dikisahkan kembali Sang Nilacandra di dandani oleh kelima permaisurinya, dengan busana sebagai panglima perang, Kata permaisurinya pada memohon oleh oleh dari medan laga,ada yang meminta kain Sang Kresna,ada yang meminta selimut Sang Baladewa, ada yang meminta kain Sang Bhima, ada yang meminta kematian Sang Nakula dan Sahadewa, mereka meminta oleh oleh kepada Sang Nilacandra.Raja Nilacandra tersenyum sambil mengangguk angukkan kepala,lalu berangkat dengan kereta emas dengan kuda penarik kereta yang berwarna hitam, dan kereta gajahnya ada dibelakang.
Pasukan Raja Nilacandra,dengan peminpinnya sudah bertempur melawan pasukan Raja Kresna dan Baladewa. Perang ramai berkecambuk,saling sempal, saling sodok,saling menyerang.Banyak yang gugur dan terluka.Akhirnya pasukan Raja Kresna kalah,begitu pula pasukan Sang Raha Baladewa, diburu oleh pasukan Narajadesa ,pada berlari mencari perlindungan pada tuannya.Pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni semakin berang melihat rekan mereka terdesak.Sang Setyaki,Sang Kertawarma marah membidikkan gada dan tongkat,didamingi oleh Sang Udawa,Wabhru,Ugrasena,Satyaka,dan Sang Sarana,disusul serangan gada Sang Pradyumna,Nisata,Uluka dan para menteri lainnya datang serentak menyergap pasukan Narajadesa. Akhirnay pasukan Sang Nilacandra banyak yang gugur dan berlari menyelamatkan diri mundur. Ke empat patih Narajadesa melihat pasukannya mundur dengan segera maju sambil memutar mutar senjatanya berupa chadrahasa,gada,mosala,tombak, maka banyak pasukan Yadu,Bhoja dan Wresni yang gugur lagipula pasukan keempat patih tersebut dibantu oleh pasukan perdana meneri dari Pandyadesa. Raja Kresna dan Baladewa berang menyaksikan pasukannya di bantai.Raja Baladewa meju menghadapi patih Ganeka,Sang Kresna maju menghadapiserangan patih Wesnuka. Disusul serangan patih Minaweka menghadapi serangan pasukan Yadu.
Di tengah pertempuran patih Madaweka menemui sang Bhima dan berkata: “ Wahai Sang Bhima, mengapa engkau tidak membawa senjata dalam menghadapi serangan musuh dari tuanku Sang Nilacanrda? “ Sang Bhima menjawab :“ Aku tidak ada permusuhan dengan tuanmu Sang Nilacandra,hanya Raja Kresna dan Baladewa saja yang marak kepada beliau.Aku hanya ingin menonton peperangan belaiau berdua” .Sang Madaweka menjawab :“ Perilaku dan kata katamu berbeda,hai kamu Sang Bhima !,kau akan terkena kutukan oleh perbuatanmu yang berdusta itu.Apa yang kau lakukan itu pendusta namanya,dan hanya mengikuti kehendak hatimu.Mengapa kau tidak ingat kepada kasih saying tuanku,yang sangat setia dan berbakti kepada Sang Pandawa. Perilakumu itu bagaikan orang yang suka memaksakan kehendak kepada orang lain,wahai sang Bhima !”. Demikian caci maki sang patih,olehkarenanya Sang Bhima mendaji marah dan meraih senjata apa saja yang dapat diraihnya dan berperang melawan Sang Madaweka.
Sang Nayeka yang sedang memburu pihak musuh dan bertemu dengan Sang Arjuna yang tanpa membawa senjata,kata patih Nayeka: “ Hai kau Arjuna, mengapa engkau berperang tanpa membawa senjata ?” Jawab Sang Arjuna :” Aku tidak bermusuhan denganmu. Hanya Raja Kresna dan Baladewa yang bermusuhan dengan tuanmu,aku hanya ingin menyaksikan peperangan mereka berdua dengan tuanmu Sang Nilacandra.” Kata Sang Nayeka:”Ucapanmu berbeda dengan ulahmu ! hai kau Arjuna, tahukah engkau hakekat ajaran kebenaran ? tidak ada aturan yang engkau ikuti,begitu baiknya olehmu melakukan daya upaya, bersekutu dengan Raja Kresna dan Baladewa,Aku tahu ajaran Kamandaka, hal itu dinamakan Upayapeksa ( tipu muslihat) .Kini kau berpura pura berprilaku bijaksana, berpura pura tiada bersekutu,sementara itu,raja lain engkau suruh menyerang tuanku,jika tuanku Raja Nilacandra kalah,kau akan mendapat sepertiga dari harta kerajaan sebagai hasil upayamu yang tanpa susah payah itu. Itulah dinamakan akal busuk wahai kau Arjuna.”
Betapa kesalnya Sang Arjuna yang di cacimaki oleh patih Nayeka sehingga mengambil senjata apa adanya dan bertempur. Raja Kresna dan Baladewa merasa senang demi melihat pertemburan Sang Bhima dan Sang Arjuna.
Dikisahkan pertempuran Sang Baladewa melawan Sang Ganeka yang kebingungan diserang secara terus menerus kemudian melakukan yoga dan berubah menjadi seekor naga yang menakutkan. Sang Ganeka di patuk dan tewas tiada berdaya,hangus dilalap api siluman. Adapun Sang Bhima menyerang dengan dengan merapalkan ajian dipakamantra ,Ia berubah menjadi gajah besar dan tinggi Sang Madaweka diterjang hingga mayatnya remuk . Raja Kresna marah lalu memuja kekuatan Sang Hyang Mahamanggala ,ia berubah menjadi Wisnumurti, Sang Wesnuka disambarnya dan diantainya di atas paha dan dibakar dengan api silumannya sehingga hangus tiasa berdaya. Sang Arjuna sangat senang melihat Raja Kresna berwujud Wisnumurti,Ia pun sadar kepada dirinya sebagai perwujudan Wisnu,lalu ia memusatkan bathinnya maka sempurnalah perwujudannya sebagai Wisnu di dunia. Api Rudra Pracanda keluar darimatanya diarahkan kepada Sang Nayeka hingga terbasmi hangus menjadi abu. Keempat patih itupun gugur dilihat oleh Sang Nilacandra.
Sang Nilacandra marah dan segera mengambil senjata gada ,lalu berperang melawan siluman naga berbisa itu. Kepala naga itu di pukulnya, mahkotanya pecah lalu mati. Raja Baladewa gugur di medan perang. Ia kemudian diserang oleh gajah besar dan kaki gajah tersebut di sabetnya dgn gadanya yang ampuh hingga remuk. Sang Bhima mengaduh kesakitan dan tergeletak di tanah. Sang Nilacandra di serang oleh raja Kresna dalam wujud Wisnumurti,keseribu tangannya menyerang,dengan anak panah yang tajam, mencabik cabik tubuh Sang Nilacandra. Bagaikan diperciki air keadaannya segera kekuatan seribu panah tersebut hilang lenyap tidak mempan di tubugh sang Nilacandra ,lalui membalas memukul dada Dang Kresna, Pikiran Raja Kresna kebingunan dimasuki obat mujarab,di umpat oleh Raja NilaCandra dan ia lari meninggalkan pertempuran. Dengan kejam Sang Arjuna menikam tunguh Sang Nilacandra dari belakang dengan seribu anak panah yang tajam namun tiada mempan, Sang Nilacandra menoleg sekaligus membalas memukul dadaSang Arjuna dengan gadanya. Kekuatan Wisnumurti Sang Arjuna lenyap,ia pun berlari tanpa berani menoleh kepada Raja Nilacandra. Melihat Sang Kresna dan Arjuna melarikan diri Raja Nilacandra menepuk pahanya sebelah kanan maka muncullah Bhutaraja berwajah menakutkan, besar dan tinggi bagaikan gunung berjalan.. Ia di perintahkan mengejar pelarian Sang Kresna ke tengah Hutan belantara. Lagi Sang Nilacandra memusatkan pikiran dan menepak paha sebelah kira maka muncullah Mabherawi berwujud dua gadis cantik dan diperintahkan mengejar pelarian Sang Arjuna menuju semak belukar.
Ditemukan sang Arjuna bersembunyi di tengah hutan,kelelahan karena berlari. Kedua gadis Mabherawi menyapa dan mengatakan mereka juga hendak beristirahat di tengah hutan, dengan tutur kata yg lemah lembut dan memikat serta lirikanmata yang menggoda membuat hati sang Arjuna terpesona menyaksikan kecantikan dua gadis tersebut, sang Arjuna jatuh cinta, ia mendekat dan menuturkan kenapa ia lari, seketika kedua gadis ini marah dan sang Arjuna ditanggkap tanpa perlawanan, kedua gadis tersebut sesungguhnya dalah jelmaan Sang Hyang Apana Samana Bayu, sang arjuna pun di ikat dan di bawa menghadap Sang Nilacandra, diletakkan di bawah pohon Langurung,kedua gadis itupun dikembalikan oleh Raja Nilacandra ke paha kirinya. Sementara itu Sang Nilacandra juga menyuruh pasukannya mengumpulkan rekan mereka yang gugur dan mayatnya di kumpulkan dibawah pohon Langurung tersebut.Tiba –tiba sang Nakula Sahadewa datang dan menyerang Sang Nilacanrda karena merasa kesal akan kekalahan saudaranya dimedan laga.Dengan senjata keris Candrahasa di keroyok ketika tidak bersenjata namun tiada mempan,sejurus kemudian kedua saudara kembar tersebut di tangkap dan dibenturkan kepalanya sehingga tewas seketika.
Di kisahkan Sang Bhutaraja sebagai perwujudan kekuatan BayuMahabhima,yang keluar dari celah batin Sang Nilacandra mengobrak abrik hutan mencari Maharaja Kresna yang bersembunyi yang ditemukan olehnya Maharaja Krsna bersembunyi di jurang yang dalam dengan mengecilkan tubuhnya, Maharaja Kresna terus diburu dan sampailah di tengah tanah yang gersang dan hendak titangkap karena tidak ada lagi celah untuk bersembunyi. Ketika hendak ditangkap, munculah Begawan Handasingha dari alam gaib memerintahkan Sang Bhutaraja untuk mengurungkan niat menangkap Maharaja Krsna dan melapor perintah itu kepada Raja Nilacandra. Sang Bhutaraja menuruti nya dan setelah melapor dikembalikan ke tempat asal semula.
Setelah keempat Pandawa bersaudara tewas, datanglah Maharaja Yudistira dengan kereta putihnya. Di saksikan oleh sang Raja saudaranya telah tiada, hatinya hiba maka tumbuhlah rasa kasih saying menguasai diri nya sehingga muncul api kemarahan. Sifat ksatrianya mekar sehingga muncul keinginan bertaruh demi menolong saudaranya . Kemudian beliau memusatkan batin pada kekuatan senjata pustakanya yang bernama Sang Hyang Kalimosada, sekejap tubuh Sang maharaja berubah menjadi Kalagni berkobar kobar memenuhi medan perang.
Di lihat oleh Sang Nilacandra ,dengan marah Nilacandra mengambil gadanya dan hendak melawan, tiba tiba Sang Hyang Werocana turun, berdiri di Ryusnisadesa di pangkal tangkai bunga teratai, lengkap dengan senjata Bajranya, Begawan Handasingha juga turun menasehati Sang Nilacandra katanya :
“ Wahai adikku Raja Narajadesa, kali ini ulahmu menyimpang,kau berani durhaka pada Raja Hastina pastilah kekuatan tapamu dulu itu akan tenggelam.Pada saat kematianmu ,kau akan ditenggelamkan di kawah neraka Tambragomuka karena kau di kutuk oleh ayahmu, yang telah menjadi dewa.Kaulah yang memunahkan laku tapa ayahmu, yang dulu diangkat menjadi perdana menteri oleh Raja Pandu.Karena kau adalah abdi Raja Yudistira maka kau akan kena kutukan pada saat kematianmu, sebagai abdi Bhatara Dharma, sebab Bhatara Dharma menjelma pada tubuh Raja Yudistira,mati tanpa meninggalkan jasad, dan lagi Raja Krsna adalah penjelmaan Bhatara Wisnu, yang bertugas menyelamatkan dunia.Karena itu, berbaktilah engkau kepada mereka. Jika Raka Krsna dan Yudistira di bunuh di medan perang,sekalipun kau berhasil melakukannya berkat anugrah Sang Hyang Werocana kepadamu,maka dunia ini akan lenyap berubah menjadi lautan luas.Bhatara Guru akan marak kepadamu,kau akan di kutuk menjadi kerak kawah selama tujuh turunan,tidak pernah menemukan keselamatan, sebagai pahalamu durhaka kepada Sang Hyang Dharma. Kau tidak memiliki kewenangan menjadi raja, sebab penjelmaanmu dari manusia biasa. Sekalipun ada keutamaan penjelmaanmu, tetapi mulai saat ini kau harus bertindak berdasarkan kebenaran sebagai pahalanya kau akan di sayang oleh Bhatara Dharma dan Bhatara Wisnu, baik di dunia maupun saat kematianmu kelak.” ….
pejati
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu
wariga
pon
pejati
pengambean
pengenteg bayu
tebasan kelahiran
tumpeng pitu : kulit sayut, raka, tumpeng 7, 2 tulung sangkur, kuangen 1, peras tulung, payasan, kojong umah, prayascita, tebasan guru
wariga : aled, raka, ceper nasi diatasnya uang 4 keteng, kojong rangkadan, sampyan
pon : === aled, raka, pis bolong 77 keteng diatasnya penek agung, kojong manak, takir beras kuning
=== aled, raka, pis bolong 77 keteng, nasin sodan agung (sege liwet) diatasnya tebusan benang kuning, kojong umah, ayam putih panggang
=== santun nyuh 3, taluh ... 3, beras 1/4 - 1/2 kg, canang 3
mepalunemya
anggara umanis wariga
kamis pon wariga
kamis umanis matal
redite umanis langkir
soma pon ugu
saniscara pon ugu
Umanis
===== aled, raka, pis bolong 55 cobekmisi nasin sodan agung/ gede (nasi liwet), kojong umah, sampyan .....
===== aled, raka, pis bolong satak, ceper nasi barak, kojong umah, sampyan ....
===== aled, raka, pis bolong satak diatasnya ..... penek dililit benang tebus, , kojong kurenan, sampyan ....
Matal : nasi uduk. pis bolong 4 keten, opor ayam n bebek
Ugu : nasi polan, pis bolong 10 keten, opor bebek
bayuh oton menek kelih
===banten dedari : raka, kojong kurenan, 10 tanding penek putih kuning
=== tebasan