Selasa, 04 Agustus 2015

Dasa Yama Brata

10 + 10= 20
mungkinkah 20 ajaran hindu ini bisa di laksanakan di jaman seperti saat ini oleh mahluk manusia?....
Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
1. Anrsamsa
Anresamsa atau anrisamsa berasal dari kata “A” yang berarti tidak, dan Nrisamsa berarti orang kejam atau orang yang suka menyiksa sesamanya. Anremsasa dengan demikian berarti tidak kejam atau tidak keji. Umat hindu hendaknya selalu bersikap baik terhadap siapa saja dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Umat hindu yang tidak dapat mengendalikan dirinya akan dicap sebagai orang yang tidak baik dan bisa jadi dipandang sebagai orang yang kejam.
2. Ksama
Ksama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat kesalahan adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.
3. Satya
Satya artinya jujur, benar atau bersifat baik. Orang yang melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.
Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya.
4. Ahimsa
Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang. Jangan membunuh dan jangan berbuat dosa. Pengecualian hanya diberikan dalam hal membunuh binatang dengan maksud untuk dipergunakan sebagai pengorbanan suci atau yadnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
5. Dama
Dama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
6. Arjawa
Arjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran. Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.
7. Priti
Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai manakala ditujukan terhadap orang yang sedang i kesulitan.
8. Prasada
Prasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif, berpikir jernih dan suci serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.
9. Madhurya
Madhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap siapapun juga.
10. Mardawa
Mardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri, tentunya akan dijauhi oleh warganya.
Dasa Niyama Brata
Dasa Niyama Brata berarti sepuluh cara pengendalian diri tingkat lanjutan, diantaranya:
1. Dana
Dana artinya suka berpunia/sedekah, suka memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu. Dengan memberikan sedekah berarti kita beryadnya atau berkorban. Yadnya, sedekah atau korban itu hendaknya tidak disertai dengan pamrih atau maksud-maksud tertentu. Umat hindu sepatutnya bersikap suka menolong, terutama kepada mereka yang sedang kekurangan atau sedang mengalami kesulitan. Dengan memberikan sedekah atau dana kepada orang miskin secara tulus dan iklas, tentu akan memberikan nilai lebih kepada mereka.
2. Ijya
Ijya berarti kebiasaab untuk selalu bersyukur dan memuja keagungan dan kebesaran Tuhan. Puji syukur perlu disampaikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kita sesungguhnya berhutang nyawa kepada-Nya. Semua yang kita miliki adalah juga karena berkat dan berkah-Nya. Puji syukur dan terima kasih disanpaikan karena segala sesuatu yang ada dijagat raya ini adalah ciptaan-Nya.
3. Tapa
Tapa artinya menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Dengan melaksanakan tapa kita bermaksud untuk memutuskan hubungan dengan kebiasaan hidup duniawi, mengurangi kesenangan-kesenangan jasmani. Bisa juga mengurangi makan, mengurangi tidur, mengurangi kata-kata, mengurangi menikmati kesenangan. Dalam hal ini kita harus mampu mengendalikan diri, mampu menekan keinginan untuk tidak menikmati kesenangan duniawi itu. Umat hindu hendaknya berusaha mengurangi atau menghindarkan diri dari kesenangan duniawi. Dengan pengendalian diri yang baik, mereka akan dapat mengurangi atau menghapuskan kebiasaan buruknya, sehingga dapat mencapai ketenangan dan ketentraman batin yang sangat dibutuhkan baginya untuk melaksanakan tugas-tugasnya.


4. Dhyana
Dhyana berasal dari kata “Dhi” yang berarti pikiran. Dhyana berarti memusatkan pikiran atau berkonsentrasi. Dengan Dhyana maka pikiran harus bulat-bulat hanya tertuju pada Tuhan. Dengan memusatkan pikiran, maka umat hindu akan dapat mengendalikan pikirannya agar tidak melanglang buana kesana kemari. Dengan demikian ketenangan dan ketentraman pikiran akan mudah dicapai.dhyana juga diartikan sama dengan meditasi, dimana meditasi adalah mengheningkap cipta, membersihkan pikiran dan mengarahkan pikiran hanya tertuju kepada Tuhan.
5. Swadhyaya
Swadhyaya berasal dari dua suku kata yaitu “Swa” yang berarti sendiri dan “Adhyaya: yang berarti berguru. Dengan demikian swadhyaya berarti berguru sendiri, dengan kata lain belajar sendiri. Setiap orang mestinya berusaha balajar sendiri. Belajar sendiri dari pengalaman adalah guru yang terbaik. Umat hindupun hendaknya selalu berusaha belajar sendiri.
6. Upasthanigraha
Upasthanigraha artinya menguasai nafsu, khususnya nafsu birahi. Kebiasaan mengikuti nafsu seksual adalah tidak baik, sebab orang mudah sekali jatuh atau terjerumus kedalam lembah penderitaan. Orang yang tidak dapat menguasai nafsunya, biasanya mudah berbuat onar, atau berbuat keributan. Umat hindu hendaknya dapat menguasai nafsu seksualnya, dapat mengendalikan dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam perselingkuhan dan lain-lain kegiatan yang sejenis yang dapat menurunkan derajat dan harga dirinya.
7. Brata
Brata berarti melakukan pantangan yaitu tidak melakukan sesuatu yang biasanya dilaksanakan (berpantangan). Misalnya tidak makan, tidak minum, tidak berbicara, tidak tidur pada waktu-waktu tertentu. Pantangan ini dapat berupa berbagai hal. Umat hindu dapat saja berpantang untuk tidak makan daging sapi, untuk tidak berbicara yang kotor, untuk tidak berbuat yang merugikan orang lain dan sebagainya. Pada hakekatnya brata merupakan pengendalian diri untuk tidak berbuat sesuatu yang tidak baik atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain.
8. Upawasa
Upawasa berarti berpuasa yakni tidak makan dan tidak minum pada waktu-waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menyucikan atau meningkatkan kesucian diri. Disamping itu juga dipergunakan sebagai sarana untuk menebus dosa. Puasa juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Karena itu umat hindu hendaknya rbicara. Maksudnya juga dapat melaksanakan puasa, yaitu tidak makan dan minum atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Puasa pada dasarnya adalah pengendalian diri, pengekangan keinginan atau hawa nafsu agar dapat diperoleh pikiran yang bersih, jernih dan suci.
9. Mona
Mona artinya tidak mengucapkan kata-kata atau tidak berbicara. Mona brata ini biasanya dilakukan pada saat orang melaksanakan samadhi. Mona brata dapat memperkuat kepribadian seseorang. Orang lalu menjadi tidak gampang ngomong sembarangan, tidak mudah berbicara dengan kata-kata yang kotor. Mona adalah pengendalian diri untuk tidak bebicara. Maksudnya adalah untuk menahan diri, tidak mengeluarkan kata-kata sepatahpun, sehingga akan lebih mudah memusatkan pikiran untuk terciptanya kedamaian dan ketenangan batin, hanya dengan kedamaian dan ketenangan itulah orang akan lebih mudah menghubungkan dirinya dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
10. Snana
Snana artinya mandi, penyucian atau pembersihan diri. Dengan mandi badan akan menjadi bersih. Snana juga berarti pembersihan diri agar tidak kotor rokhaninya. Dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih, rokhanipun akan menjadi suci. Dengan pikiran dan rokhani yang bersih dan suci, maka pintu gerbang menuju Ida Sang Hyang Widhi akan terbuka semakin lebar.


YADNYA

YADNYA DALAM HINDU
Ada 4 pertanyaan yg harus dicari tahu jawabannya agar dapat memahami YADNYA dalam gambaran yg lebih sistematis.
1. Apa itu yadnya?
2. Untuk apa yadnya dilakukan?
3. Kemana yadnya ditujukan?
4. Manfaat apa diperoleh dari yadnya?.
APA ITU YADNYA (pertanyaan 1).
Pengertian yadnya Dalam wujud Fisik/(yang tampak nyata),
yadnya adalah PERSEMBAHAN berupa serangkaian sajian yg tertata sesuai tradisi, seni dan budaya dimana yadnya itu di lakukan.
Dalam wujud non fisik/ MENTAL, yadnya adalah KETULUSAN dan keiklasan dalam menciptakan harmonisasi berkehidupan semesta sesama mahluk ciptaan Tuhan yg dalam hindu terangkum dalam TRI KAYA PARI SUDA (berfikir, berkata dan berprilaku yg benar), TATWAM ASI (aku adalah kamu, kamu adalah aku) WASUDEWA KUTUMBAKAM (Semua mahluk adalah saudara).
Dalam wujud spiritual, yadnya adalah PENGETAHUAN tentang hubungan yg saling terkait sesama mahluk ciptaan tuhan, saling menjaga, saling melindungi, saling memberi dalam siklus putaran 3 dunia/TRILOKA dan 7 lapisan samsara/SAPTA LOKA.
UNTUK APA YADNYA DILAKUKAN (pertanyaan 2).
Secara FISIK yadnya dilakukan sebagai BUKTI, BAKTI dan HORMAT sesama mahluk dalam ikatan hirarkhi horisontal dan fertikal.
Dalam wujud mental yadnya dilakukan untuk menciptakan rasa damai, nyaman, aman, tentram kerta raharja. Gemah ripah loh jinawi.
Dan Dalam wujud Spiritual yadnya dilakukan sebagai serangkaian pengabdian dalam upaya memperoleh pencerahan, dan sinar terang dalam hubungan dimensi masyarakat semesta TRILOKA DAN SAPTA LOKA.
KEMANA YADNYA DITUJUKAN (pertanyaan 3)
PERLU DI KETAHUI...SESsungguhnya persembahan YADNYA, bukan persembahan yang ditujukan kepada Tuhan,..meskipun secara tidak langsung saksi utamanya adalah TUHAN..
Secara FISIK Yadnya ditujukan kepada 5 aspek utama sebagai bagian dari hirarkhi penghuni semesta TRILOKA dan SAPTALOKA. Yang dikenal dengan PANCA YADNYA ( yaitu : Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra yadnya, Manusia Yadnya dan Butha yadnya).
Dewa yadnya, adalah yadnya yg ditujukan kepada para dewa penghuni sorga dan planet planet bercahaya/DIV/bersinar/bercahaya.
Rsi yadnya adalah yadnya yg ditujukan kepada para guru/rsi yg telah mengajarkan dan meneruskan pengetahuan WEDA.
Pitra yadnya adalah yadnya yg ditujukan kepada para orang tua yg sudah meninggal, Leluhur/ nenek moyang manusia.
Manusia yadnya, adalah yadnya yang di lakukan untuk manusia dari sebelum lahir hingga meninggal
Butha yadnya adalah yadnya yg ditujukan kepada semua mahluk penghuni bhur loka dan planet planet kegelapan.
Secara mental
Yadnya dalam hubungan mental ditujukan untuk pencerdasan manusia secara kwalitas.
Mendirikan asram asram utk mendidik genererasi muda dalam bidang spiritual, ini adalah yadnya.
Mendirikan sekolah semacam gurukul, bertujuan untuk melatih dan memberikan ketrampilan, pengetahuan duniawi, TEKNOLOGI dsb yg berbasis weda dalam upaya keseimbangan jasmani dan spiritual juga adalah yadnya.
Membangun organisasi dalam upaya untuk mewadahi sosial masyarakat , membantu masyarakat tidak mampu/miskin, anak anak putus sekolah dan yg kehilangan orang tua, pantai asuhan, pantai jompo dll adalah yadnya.
Membangun pusat kesehatan masyarakat ayur weda dan rumah sakit umum adalah yadnya.
Semua tindakan positif sekecil apapun itu... semua itu adalah yadnya
Secara spiritual
Secara spiritual, yadnya ditujukan untukmemperoleh cahaya jalan sinar terang memahami kebesaran BRAHMAN/HYANG WIDHI/TUHAN sebagai SANG PENCIPTA SEMESTA DAN PENGHUNINYA, dan keberadaannya sebagai YANG ESA yang terlepas dari DUALITAS.yg bersemayam di Alam tanpa keterikatan, alam kedamain abadi( ALAM MOKSA)
MANFAAT APA YG DIPEROLEH DARI YADNYA(pertanyaan ke 4)
Manfaat yg diperoleh dAri yadnya adalah “kebahagian , kebijaksanaan JAGADHITA. Sebagai pintu tangga pertama menuju tingkat pencerahan menuju jalan kepada BRAHMAN/TUHAN YANG ESA.

saMskrta for kids



 Berkenalan dengan huruf devaanaagaarii

anacaraka
a     na   ca   ra   ka   da
ta    sa   va   la   ma   ga
ba   ha   pa   ja   ya   jna



bermain dan bersenang-senang dengan huruf devaanaagaarii

















Berkenalan dengang saMskrta



saMskrtam





















samskrta dasar untuk TK & SD
















Dagang Banten Bali


Melayani pembuatan aneka banten untuk upacara \hindu Bali
piodalan
pawiwahan
otonan
tiga bulanan


Melayani aneka Upacara
Ngelangkir
Menikah
Ngaben

hubungi via WA, Telp atau sms
0882 - 9209 - 6763
0896-0952-7771

Telp
0361 - 464096

alamat
jl Gandapura Gg 1c No1 Kesiman Kertalangu
dan
jl sedap malam 117a kebon kuri
Denpasar

Pesan Via Facebook Klik Disini




- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI

Senin, 03 Agustus 2015

Banten Upacara Bayi



-Bayi baru lahir hari pertama 
-kepus pungsed
-12 hari
-dedinan/35 hari 
-bajang colong/mecolongan/42 hari
-3 bulanan/nyambutin 
-Otonan pertama 

 

-Bayi baru lahir hari pertama 

 1. Ketika Anak Baru Lahir
Ucapkan Mantram Gayatri sebanyak mungkin, minimum tiga kali. Kalau bisa sambil membawa Japamala (ganitri). Maha Mantra Gayatri disebut juga sebagai Mantra Savitri atau Mantra Savita, sebagai ibu dari Veda yang memberikan pencerahan kepada kecerdasan dalam menapak kehidupan menuju kesempurnaan. Bisikkan Maha Mantra Gayatri tiga kali masing-masing di telinga kanan (dharma) dan kemudian di telinga kiri (sakti).
2. Waktu Dikasi Ari-Ari
Ketika sudah diberikan ari-ari dari pihak rumah sakit, bidan dll. Bungkus dengan kain putih sukla, sebaiknya sudah disiapkan payuk tanah yang cukup besar, dengan tutupnya, lalu ari-ari itu dimasukkan ke dalam payuk setelah itu di bawa pulang
3. Mencuci Ari-Ari
Setelah sampai di rumah maka oleh ayah si anak ari – ari diletakan di dalam baskom/ember baru yang setelah itu alat tersebut tidak boleh dipakai lagi. Lalu ari – ari tersebut di cuci dengan air. Sang ayah harus membersihkan ari – ari dengan bersih dengan menggunakan kedua tangan, tanpa perasaan jijik dan dilakukan dengan perasaan penuh syukur dan kasih sayang, setelah bersih lalu di bilas dengan air kumkuman (air bunga).
4. Tahapan Dalam Menanam Ari-Ari
Siapkan sebuah kelapa ukuran besar yang masih lengkap dengan kulitnya, lalu dipotong dan dikeluarkan airnya. Pada bagian atas kelapa (bagian tutupnya) ditulis aksara Ah yang melambangkan Akasa dan pada bagian bawahnya ditulis aksara Ang yang melambangkan Pertiwi.
Lalu ari -ari dimasukan kedalam kelapa tersebut, diisi dengan 1 buah kwangen yang berisi 11 kepeng uang bolong yang diletakan di atas ari – ari, 1 potong lontar / ental yang ditulis aksara Ongkara, 1 ikat duri – durian (3macam duri), Rempah – rempah (anget – angetan), wewangian dan boleh juga di isi pesan – pesan lain dari sang ayah dalam hal ini mengacu kepada Desa Kala Patra.
Sesudah lengkap lalu kelapa tersebut dibungkus dengan ijuk lalu dibungkus kain putih dan selanjutnya di tanam. Untuk bayi laki – laki maka ari – ari di tanam di pekarangan dengan posisi di sebelah timur pintu masuk kamar si bayi (misalnya lokasi bayi di bale daja) sedangkan bayi perempuan di tanam di sebelah barat pintu. 

Masukan ari – ari tersebut ke dalam lubang lalu ucapkan mantram :
Om Sang Hyang Ibu Pertiwi
rumaga bayu
rumaga amrtha sanjiwani
ang amertham sarwa tumuwuh (nama si bayi)
mangda dirghayusa nutugang tuwuh “

Setelah itu barulah ari – ari di timbun dan diatasnya diletakkan batu bulitan sebagai tanda dan ditanam pandan berduri. Hal ini secara sekala bertujuan menjaga ari – ari agar tidak diganggu hewan dan secara niskala bertujuan untuk menghindari gangguan jahat. Dan sanggah cucuk diisi lilin, usahakan tetap menyala selama 42 hari. Kemudian ditutup dengan kurungan ayam.

5. Banten Untuk Menanam Ari-Ari
Banten yang digunakan yaitu : banyuawang, dapetan, nasi kepel 3, pengulapan, pengambean, daksina. Daksina ditaruh di sanggah cucuk yang ditancapkan di atas tanah menanam ari-ari. Lalu buatkan segehan lima warna yaitu warna hitam di sebelah utara, putih sebelah timur, merah sebelah selatan, kuning sebelah barat dan manca warna di tengah.



Pura Bhur Bwah Swah yang berada di Desa Seraya Tengah, Karanagsem- Bali

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7064956473689545303#editor/target=post;postID=198552802566298180;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=33;src=postname


-kepus pungsed
 dapetan
-12 hari
 dapetan
-dedinan/35 hari 
 dapetan
-bajang colong/mecolongan/42 hari
 dapetan
  colong dari pahpah nyuh : bokor daksina mealed putih kuning, peras tulung, pahpah digambar wajah, tipat nasi 2 n 1 blayag, .......


-3 bulanan/nyambutin 

Upacara Tiga Bulanan dilaksanakan pada saat bayi berusia 105 hari atau tiga bulan menurut perhitungan Kalender Bali, yaitu 3 x 35 hari = 105 hari. Tujuannya adalah:
  1. Berterima kasih kepada “nyama bajang” atas bantuannya menjaga si-bayi sewaktu masih di dalam kandungan dan karena tugasnya sudah selesai, memohon nyama bajang kembali ke tempatnya masing-masing.
  2. Menguatkan kedudukan Atman yang “numitis” di tubuh si-bayi.
  3. Mensucikan si-bayi.
  4. Meresmikan nama yang diberikan orang tua kepada si-bayi.


Menurut Lontar Tutur Panus Karma, Nyama Bajang adalah kelompok kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa yang bertugas membantu “Kanda Pat” dalam menjaga si-bayi dalam kandungan.
Nyama Bajang terdiri dari 108 mahluk halus, antara lain bernama: bajang colong, bajang dedari, bajang dodot, bajang lembu, bajang yeh, bajang tukad, bajang ambengan, bajang papah, bajang lengis, bajang bukal, bajang kunir, bajang simbuh, bajang deleg, bajang bejulit, bajang yuyu, bajang sapi, bajang kebo, bajang helang, bajang kurkuta, bajang lelawah, bajang kalong, bajang kamumu, bajang haa, dan lain-lain.
Kanda Pat adalah: ari-ari, lamas, getih, dan yeh nyom. Bila nyama bajang tugasnya selesai segera setelah bayi lahir, maka Kanda Pat terus menemani bayi sampai besar – tua bahkan sampai meninggal dunia dengan perubahan nama sebagai berikut:
Segera setelah si-Ibu tidak menstruasi, Kanda Pat terbentuk dengan nama Karen (calon ari-ari), Bra (calon lamas), Angdian (calon getih), dan Lembana (calon yeh nyom); embrio bernama Lengprana.
Ketika kandungan berusia 20 hari Kanda Pat bernama Anta (calon ari-ari), Prata (calon lamas), Kala (calon getih), Dengen (calon yeh nyom); si-jabang bayi bernama Lilacita.
Kandungan berusia 40 minggu/ bayi lahir, Kanda Pat bernama Ari-ari, Lamas, Getih, dan Yeh nyom; bayi bernama I Pung.
Setelah tali pusar mengering dan putus, Kanda Pat bernama I Mekair (ex ari-ari), I Salabir (ex lamas), I Mokair (ex getih), dan I Selair (ex yeh-nyom); si bayi bernama I Tutur Menget.
Setelah bayi belajar berkata-kata, Kanda Pat bernama Sang Anggapati (ex ari-ari), Sang Prajapati (ex lamas), Sang Banaspati (ex getih), dan Sang Banaspati Raja (ex yeh nyom); si bayi bernama I Jiwa.
Anak remaja berusia 14 tahun atau gadis yang telah menstruasi pertama, Kanda Pat bernama Sang Sida Sakti (ex ari-ari), Sang Sida Rasa (ex lamas), Sang Maskuina (ex getih), dan Sang Aji Putra Petak (ex yeh nyom); anak bernama I Lisah.
Manusia sudah tua/ bercucu, Kanda Pat bernama Sang Podgala (ex ari-ari), Sang Kroda (ex lamas), Sang Sari (ex getih), dan Sang Yasren (ex yeh nyom); manusia bernama Sang Ramaranurasi.


Upakara kecil: 3 bulanan  panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara dan tataban.
 Upakara besar: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara, tataban, pula gembal, banten panglukatan, banten turun tanah.

 Tata Cara :
     1. Pandita / Pinandita memohon tirtha panglukatan.
    2. Pandita / Pinandita melakukan pemujaan, memerciki tirtha pada sajen dan pada si bayi.
3. Bila si bayi akan memakai perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung dan lain-lain, terlebih dahulu benda tersebut diparisudha dengan diperciki tirtha.
4. Doa dan persembahyangan untuk si bayi, dilakukan oleh ibu bapaknya diantar oleh Pandita / Pinandita.
     5. Si bayi diberikan tirtha pengening (tirtha amertha) kernudian ngayab jejanganan.
     6. Terakhir si bayi diberi natab sajen ayaban, yang berarti memohon keselamatan.


 http://manggala upacara.blogspot.com/2012/09/manggala-upacara-2.html

 ayah dan ibu bayi mebeakala dengan tujuan menghilangkan cuntaka karena melahirkan.

 Nyama bajang dan kandapat "diundang" untuk dihaturi sesajen sebagai ucapan terima kasih 

 Bayi natab banten bajang colong artinya menerima lungsuran (prasadam) dari "kakaknya" yaitu kandapat

 Bayi "mepetik" (potong rambut, terus digundul, menghilangkan rambut "kotor" yang dibawa sejak lahir).

 Bayi "mapag rare" (disambut kelahirannya) di Sanggah pamerajan, memberi nama, dan menginjakkan kaki pertama kali di tanah didepan Kemulan.

 Bayi menerima lungsuran (prasadam) Hyang Kumara yaitu manifestasi Hyang Widhi yang menjaga bayi.

 Bayi "mejaya-jaya" dari pemangku/sulinggih 

atau

Upacara Tiga Bulanan
Sang pinandita tetap mengawali dengan pembersihan diri, ngarga tirtha, kemudian puja-puja seperti:
- Nuwur tirtha pengelukatan
- Ngajum Bayakawon
- Ngajum Durmanggala
- Ngajum Prayascita
- Ngajum Pengulapan
- Ngastawa Surya
- Ngastawa Sang Hyang Tiga Guru

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI


Upacara Macolongan “1 Bulan 7 Hari (42 hari)” Bayi Baru Lahir
Pada saat umur bayi satu bulan tujuh hari (42 hari), maka akan di buatkan suatu upacara yang di sebut “ upacara Macolongan “. Seperti yang di uraikan dalam Buku Kanda Empat Rare. Bahwa bayi dalam pertumbuhannya di dalam kandungan, sangat di bantu oleh empat unsur berdasarkan fungsinya masing – masing. Keempat unsur itu kemudian di sebut “Catur Sanak” yang berarti empat saudara yang meliputi Yeh nyom, Getih, Lamad/puser, dan ari – ari.
Dalam ajaran Kanda Empat Rare nama saudara empat ini, akan berganti – ganti sesuai dengan pertumbuhan si bayi, sehingga akan terdapat banyak nama untuk mereka. Disini, di dalam upacara macolongan ini Sang Catur Sanak di panggil dengan sebutan “Nyama Bajang”.
Yang di maksud “nyama bajang” adalah semua kekuatan – kekuatan yang membantu Sang Catur Sanakd di dalam kandungan. Menurut beberapa sulinggih “nyama bajang” ada sebanyak 108, dan salah satu di antaranya bernama “bajang colong”. Nama Bajang Colong inilah yang mungkin kemudian di jadikan nama upacara tersebut, sehingga disebut “Upacara Macolongan”.
Setelah bayi berumur 42 hari (Satu bulan tujuh hari sejak kelahirannya), maka sudah waktunya untuk mengembalikan si “nyama bajang” itu ketempat asalnya, karena di anggap tidak memiliki tugas lagi, bahkan kadang – kadang sering mengganggu si bayi. Dan sebagai pengganti nyama bajang tersebut adalah dua ekor ayam, satu jantan dan satu betina. Ayam ini pada umumnya di sebut “pitik”. Dan pitik ini biasanya tidak boleh di sembelih, karena di anggap sebagai pengasuh si bayi.
Banten Pecolongan
Banten pecolongan ini pada dasarnya di persembahkan kepada “nyama bajang”. Nyama bajang adalah kekuatan yang di anggap membantu Sang Catur Sanak dalam mewujudkan pertumbuhan si bayi di dalam kandungan. Atas semua jasanya itu,agar tidak ngerubeda (merusak), maka perlu di berikan abaan / lelabaan berupa banten pecolongan. Sedangkansebagai simbol bentuk perwujudan Nyama Bajang adalah:
1.Sebuah buki ( periuk tanak yang bagian bawahnya bolong) diberikan kalung tapis. Disebut sebagai bajang
Sebuah pusuh biu (jantung pisang) diisi pis bolong (uang kepeng) sebanyak 3 kepeng. Disebut Bajang Pusuh
2.Papah Nyuh (pelepak kelapa) yang berlubang diisi secarik kain (putih – kuning) dan ditandai tapak dara dengan kapur sirih. Disebut Bajang Papah
3.Dilengkapi sebuah genjer yang dibuat dari pelepah jaka, dihiasi bunga berwarna merah / bunga kembang sepatu (Pucuk Bang) disebut Bajang Raregek.
4.“Pitik” yaitu dua anak ayam laki – perempuan yang disebut dengan Bajang Colong
Dan masih banyak bajang-bajang yang lainnya. Tujuan upacara ini adalah untuk mengucapkan terima kasih kepada bajang-bajang tersebut, karena telah membantu merawat si bayi selama didalam kandungan, sampai kemudian lahir dan berumur 42 hari. Dan sekarang tugas mereka telah selesai, maka setelah diberikan lelabaan (upacara pecolongan), mereka dipersilahkan kembali ke asal masing-masing.

Melukat di Brahma
Upacara mecolongan ini biasanya tidak berdiri sendiri, dia merupakan rangkaian upacara yang bertujuan untuk membersihankan si bayi dan ibunya dan juga bapaknya, dari segala leteh sebel kendal/cuntaka papa petaka yang diakibatkan oleh adanya kelahiran si bayi.
Menurut Kanda Empat Rare setelah bayi berumur 42 hari, maka disebut utug Akambuh. Maka sudah saatnya untuk mengadakan pembersihan lahir dan batin bagi si Ibu dan anaknya, juga bapaknya. Agar terbebas dari sebel – Kendel, cuntaka papa – petaka. Prosisi ini pada umumnya dilakukan di dapur, dengan istilah “Melukat di Brahma”. Kalau tidak di dapur maka boleh di halaman rumah menghadap ke selatan. Upakaranya, tentu menurut desa kala patra yang ada.
Diawali dari upacara mebakala, prayascita, natab, mebakti, metirta, yang mengandung makna pembersihan secara sekala – niskala, dan mohon keselamatan agar si bayi dan orang tuanya terhindar dari berbagai gangguan sekala – niskala. Disisi lain, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang numadi, khusunya Ida Sanghyang Widi Wasa , agar senantiasa memberikan keselamatan kepada umatnya.
Dan sebagai symbol para “nyama bajang” ini tidak lagi menunggui si bayi, maka sehabis upacara mecolongan ini, sanggah cucuk, kelangsah dan segala atribut yang ada di tempat menanam ari-ari boleh dibongkar, boleh dibersihkan.
sumber : Buku Kanda Empat Rare 

 Banten 3 bulanan:
jejanganan : ebeg , aled raka, daksina, aled raka, tumpeng 1, kojong umah, ceper tipat nasi, suci, .......... nasi bangkalan, jajan jejanganan, 



pengakulan
ebeg : aled besar, daksina, 11 ituk-ituk nasi raka, sesenden 


sesenden : pada pengakulan pasepan besar berisi beras, pisang, peselan n gantusan, tebu, 11 lekesan (kojong seperti kuangen mini diisi base n mako), taluh siap matah, payuk pere misi kakul mati/kulitnya/rumahnya, 

 -Otonan pertama 

Bagia Pula-Kerti




Banten Bagia Pula-Kerti mengandung makna sesuai dengan namanya yaitu bagia = kebahagiaan; pula = menanam; kerti = perbuatan. Jadi arti keseluruhannya : kebahagiaan karena telah berhasil menanamkan perbuatan (suci). Maknanya lebih jauh : bukti telah melakukan upacara yadnya yang utama. Upacara yadnya itu misalnya upacara ngenteg linggih, mapedudusan, nubug pedagingan, mecaru panca kelud, yang dilakukan pada saat membangun/memperbaiki Pura/Sanggah Pamerajan, dan diulang setiap 10 tahun. Banten inti adalah bebangkit akedengan, di masukkan kedalam sebuah gentong besar, kemudian dihias dengan kwangen 33 buah, orti, kekecer, tegteg. Dalam gentong juga diisi panca datu. Bagia Pula-Kerti ditanam di hulu Pura.