Jumat, 05 Desember 2025

Fenomena warga lebih memilih beli penjor

 



Sekarang banyak yang beli penjor jadi karena praktis, padahal dulu banyak yang buat sendiri bareng keluarga-lebih hemat dan ada nilai kebersamaan juga. Warga makin sibuk, ruang terbuka makin sempit, nilai kebersamaan makin jarang ditemui... jadi penjor bukan lagi hasil gotong royong, tapi barang dagangan.

Fenomena warga lebih memilih beli penjor jadi itu sebenarnya mencerminkan banyak hal yang lagi terjadi di kota seperti Denpasar:
Perubahan Pola Hidup
Warga sekarang sibuk, ritme kerja cepat, apalagi yang tinggal di perkotaan. Tradisi yang butuh waktu dan tenaga jadi kalah sama yang praktis. Membuat penjor itu nggak cuma butuh bahan, tapi juga waktu, tempat, dan keterampilan.
Dulu penjor itu simbol persembahan dan kebersamaan keluarga. Sekarang, jadi produk. Ada harga, ada level-dari yang ekonomis sampai yang "wah." Bahkan ada jasa antar. Praktis, tapi juga menggeser makna.
Hilangnya Transfer Pengetahuan
Kalau orang tua nggak ngajarin anak buat penjor, dan anak nggak sempat ikut terlibat, nanti bisa-bisa generasi berikutnya nggak tahu cara bikin sama sekali. Budaya hanya tinggal simbol, bukan lagi proses.
kita juga nggak bisa nyalahin warga sepenuhnya. Realita hidup makin berat, tuntutan makin tinggi. Kadang beli penjor adalah satu-satunya jalan biar bisa tetap efisiensi waktu.
Beli penjor bukan kesalahan tapi pertanda kalau Masyarakat makin pragmatis,
Waktu luang makin langka,
Tradisi makin dipertahankan secara simbolis, bukan prosesnya.
Kalau tradisi itu bukan cuma hasil akhirnya, tapi juga prosesnya. Kalau bisa beli, ya bagus. Tapi kalau masih bisa bikin, apalagi bareng keluarga itu jauh lebih bermakna.
Padahal dari dulu, esensi penjor itu bukan soal mahalnya, tapi niat, ketulusan, dan maknanya sebagai persembahan. Penjor sederhana tapi dibuat sendiri jauh lebih berharga daripada yang mahal tapi hanya sekadar formalitas.
JADI LEBIH BAIK BELI ATAU BUAT BARENG KELUARGA ?
Sumber: @denpasarcerita 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar