Pura Besakih sebagai tempat pemujaan Tuhan adalah simbol Bhuwana Agung. Bagi umat Hindu di Bali tentu sudah tidak asing lagi akan keberadaan Pura Gelap yang ada di Pura Besakih. Pura Gelap merupakan salah satu Pura Catur Lawa adalah sebagai Pura Pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Bhatara Iswara pelindung arah timur alam semesta atau Bhuwana Agung. Istilah ”gelap” dalam nama Pura Gelap ini bukan berasal dari bahasa Indonesia. Kata ”gelap” dalam nama Pura Gelap ini berasal dari bahasa Kawi yang artinya petir atau kilat dengan sinarnya yang putih menyilaukan. Pura ini juga dinyatakan sebagai penegak dan pemelihara kesucian ”kependitaan”. Pura Gelap lambang dari pusat sinar Bhuwana Agung. Dengan sinar alam semesta ciptaan Tuhan ini semua kekuatan unsur alam ini menjadi berfungsi sebagai sumber kehidupan semua makhluk hidup penghuni alam ini. Karena itu Pura Gelap ini menjadi pusat meditasi umat manusia yang berkehendak membangkitkan sinar suci yang bersemayam dalam dirinya atau di Bhuwana Alit. Kalau sinar Bhuwana Agung dapat terpadu dengan sinar di Bhuwana Alit atas usaha umat manusia maka keharmonisan hubungan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit pun terjadi. Hal ini sebagai salah satu penyebab terwujudnya kehidupan yang bahagia atau hita karana. Pura Gelap tidak semata-mata sebagai tempat meditasinya para pandita, tetapi juga sebagai tempat meditasi semua umat terutama mereka yang ingin mengembangkan kepemimpinannya secara baik dan benar.
Label
- Bali inspiration
- Bali Masa Depan
- basa Bali
- Bersenang-senang dengan devanagari
- Bhagavad Gita
- Cafe Herbal
- Caru
- Dewa Yadnya
- English for kids
- Gamelan
- Hindu bilingual
- Jenis Banten
- Jual Banten
- Karya Ngenteg Linggih
- Macam-macam Banten
- Macam-macam Tebasan
- Manusa Yadnya
- Memukur
- Panca Sembah
- Pitra Yadnya
- pustaka
- Rerainan
- Sampyan
- saMskrtam
- Satua
- Sesayut
- Tetandingan
- Toko OnLiNe jualan onlain
- Upacara upakara
- Uparengga
- Yoga Bali
Rabu, 07 Mei 2025
ARTI DARI KEBERADAAN PURA GELAP DI PURA BESAKIH
Pura Besakih sebagai tempat pemujaan Tuhan adalah simbol Bhuwana Agung. Bagi umat Hindu di Bali tentu sudah tidak asing lagi akan keberadaan Pura Gelap yang ada di Pura Besakih. Pura Gelap merupakan salah satu Pura Catur Lawa adalah sebagai Pura Pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Bhatara Iswara pelindung arah timur alam semesta atau Bhuwana Agung. Istilah ”gelap” dalam nama Pura Gelap ini bukan berasal dari bahasa Indonesia. Kata ”gelap” dalam nama Pura Gelap ini berasal dari bahasa Kawi yang artinya petir atau kilat dengan sinarnya yang putih menyilaukan. Pura ini juga dinyatakan sebagai penegak dan pemelihara kesucian ”kependitaan”. Pura Gelap lambang dari pusat sinar Bhuwana Agung. Dengan sinar alam semesta ciptaan Tuhan ini semua kekuatan unsur alam ini menjadi berfungsi sebagai sumber kehidupan semua makhluk hidup penghuni alam ini. Karena itu Pura Gelap ini menjadi pusat meditasi umat manusia yang berkehendak membangkitkan sinar suci yang bersemayam dalam dirinya atau di Bhuwana Alit. Kalau sinar Bhuwana Agung dapat terpadu dengan sinar di Bhuwana Alit atas usaha umat manusia maka keharmonisan hubungan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit pun terjadi. Hal ini sebagai salah satu penyebab terwujudnya kehidupan yang bahagia atau hita karana. Pura Gelap tidak semata-mata sebagai tempat meditasinya para pandita, tetapi juga sebagai tempat meditasi semua umat terutama mereka yang ingin mengembangkan kepemimpinannya secara baik dan benar.
MAKNA UPACARA BATARA TURUN KABEH DI PURA BESAKIH
Batara Turun Kabeh artinya semua Dewa manifestasi Tuhan turun dan bersatu untuk memberikan anugerah kepada umatnya yang berbakti kepada Tuhan. Upacara Batara Turun Kabeh dilakukan setiap tahun pada Sasih Kedasa. Pada upacara tersebut simbol-simbol sakral yang utama yang ada di semua kompleks Pura Besakih itu diusung secara ritual dan distanakan di Balai Pesamuan. Ini menggambarkan bahwa semua Dewa manifestasi Tuhan berkumpul di Balai Pesamuan Agung Pura Besakih untuk memberikan anugerah kepada umatnya sesuai dengan kadar karma dan baktinya. Pesamuan Agung ialah sebuah balai panjang dimana terdapat Çiwa Lingga dan tempat stana arca arca prelingga. Di tempat ini Ida Bhatara berstana bersama dalam interaksi dengan umat. Di sebelah kiri Balai Pesamuan terdapat Pelinggih Sang Hyang Ider Bhuwana. Dua pelinggih ini memiliki hubungan yang sangat erat dalam menggambarkan keberadaan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa di alam semesta ini. Keberadaan Pura besakih selama ini dipercaya oleh seluruh umat Hindu sebagai pusat kegiatan upacara agama, dimana Pura Besakih menurut beberapa sumber disimbolkan sebagai Madyanikang Bhuana – Jagat Raya, Gunung Agung sebagai Lingga Cala Linggih Ida Bhatara Siwa yang bergelar Ida Hyang Putran Jaya sebagai penguasa jagat. Hal tersebut tersirat dalam Raja Purana Besakih dan beberapa lontar seperti lontar Padma Bhuana, yang mewajibkan umat Hindu ngaturang yadnya di Pura Agung Besakih. Dapat disimpulkan tujuan dari pelaksanaan Upacara Batara Turun Kabeh ialah untuk memohan anugerah kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Bali dan seluruh Jagat terbebas dari musibah dan bencana sekaligus dianugerahi kesejahteraan dan kedamaian.
FUNGSI LAIN DARI PAON / DAPUR MENURUT HINDU-BALI
Dapur yang dalam bahasa bali biasa disebut paon atau pewaregan yang umumnya berfungsi untuk memasak. Biasanya di dapur terdapat pelangkiran yang berfungsi sebagai stana Bhatara Brahma. Dalam lontar Wariga Krimping disebutkan bahwa, Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri. Maka ketika seseorang mengalami sebel atau cuntaka, setelah melakukan upacara Pitra Yajna dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur. Dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, bahwa tahapan upacara metatah disebutkan, dalam rangka magumi padangan. Upacara ini juga di sebut mesakapan kepawon dan dilaksanakan di dapur. Selain yang telah disebutkan diatas, Fungsi lain dari Paon/ Dapur yang tidak kalah penting adalah untuk menetralisir ilmu hitam atau pun butha kala yang mengikuti sampai ke rumah. Jadi hendaknya ketika baru sampai rumah janganlah langsung masuk ke dalam kamar atau ruangan utama di rumah. Hendaknya masuk ke dapur terlebih dahulu.



