Lukisan klasik Bali ini berjudul “Rama menembak rusa emas yang di dalamnya tersembunyi raksasa Pati Marica”, karya I Dewa Putu Sugi (Soegih). Lukisan ini merupakan bagian dari Koleksi Tropenmuseum dan telah dikembalikan kepada Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada 10 Juli 2023 sebagai bagian dari proses restitusi budaya.
Lukisan bergaya Kamasan/Wayang ini menggambarkan salah satu adegan penting dari epos Ramayana, yaitu:
Rama sedang membidik rusa emas (kijang ajaib) yang sebenarnya adalah penyamaran raksasa Pati Marica, utusan Rahwana.
Latar hutan lebat penuh satwa seperti kijang, monyet, dan burung menjadi simbol ruang spiritual dan sekaligus jebakan ilusi.
Di bagian bawah, Pati Marica digambarkan dengan tubuh besar dan ekspresi licik, memperlihatkan transisinya dari kijang menjadi wujud aslinya.
Adegan ini adalah awal dari penculikan Sita, istri Rama, yang menjadi pusat narasi epik Ramayana dan sangat berpengaruh dalam seni pertunjukan Bali seperti sendratari Ramayana, wayang kulit, dan lukisan klasik.
Rusa emas bukan sekadar hewan ajaib, melainkan simbol ilusi duniawi (maya):
Rama, seorang kesatria utama, tetap tergoda oleh keindahan yang palsu demi membahagiakan Sita.
Pati Marica menjadi cermin bahwa kejahatan sering menyamar dalam keindahan, dan uji kesetiaan dan kesabaran dimulai dari gangguan terkecil.
“Dalam kilau emas seekor kijang, terbentang jebakan takdir bagi yang mulia. Dalam anak panah Rama, bukan hanya tubuh yang dibidik, tapi juga awal dari petualangan batin.”
Lukisan ini menyimpan nilai tinggi tidak hanya sebagai karya seni rupa, tetapi juga sebagai arsip visual dari moralitas Hindu-Bali, spiritualitas, dan estetika pewayangan. Sangat cocok digunakan dalam kurasi pameran museum, pendidikan narasi Ramayana, atau ilustrasi nilai-nilai dharma dalam budaya visual Nusantara.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar