Senin, 11 Juli 2022

penekun LIAK, penjahat?

 


Main banyaknya Oknum #Balian abal-abal yang pamer permainan sugesti, menebar fitnah, membangun opini, bahwa yang suka menyakiti itu para praktisi spiritual jalan Berawa Tantra alias orang yang bisa ngLEAK.. Mereka dengan jumawa, merasa diri hebat, mampu dengan mudah menaklukan para yogi Pengleakan... Bahkan ada juga yang sok keren pakai ngundang LEAK saat pargelaran seni.. banyak hal yang mereka sampaikan..
Setelah dibully, difitnah, direndahkan seperti itu, apakah ada praktisi leak yang marah dan mulai menyerang mereka...?
Tentu tidak
Orang yang menapaki jalan Berawa Tantra ini tidak semudah itu dipancing. Mereka (praktisi leak) bukanlah preman gang, yang disulut dikit langsung pamer kemampuan, bak anak ABG yang mabuk dengan kemampuannya..
Masuk, menjadi sisia dalam aguron-guron ada hal yang rahasia, etikanya ketat, tentu kempuan Tapa-yoga-brata-samadinya diatas rata-rata. Larangan pamer, ngeret indria adalah hal yang wajib. Baru mau belajar aja sudah disodori hal yang sulit.. Silahkan simak petikan berikut ini:
Aji Pangleakan utawi pangiwa, ong awigenam astu. Iki pinaka dasaring pangiwa, yan sira mahyun manggelaraken pangiwa, iki maka pangawit gelaraken ring sarira, iki pasiwyan pangiwa, nga., salwiring pangiwa, wenang iki regepakena rumuhun, iki maka pasiwanya, phalanya sidha kahidep denta, wetu ikang sariranta, kadi iki regepang: Bhutane di sarira mwah dewane di sarira, ne rumaksa ring sariranta, dewa ring jero, bhuta ring jaba..
Terjemahannya:
Aji Pangleakan atau pangiwa, Ong Awigenam astu, ini adalah dasar dari pangiwa, apabila seseorang berkeinginan mempelajari pangiwa, ini semua diawali dari dalam diri. Ini adalah Pasiwyan Pangiwa namanya, semua pangiwa perlu dipikirkan terlebih dahulu, setelah dipersiapkan dalam diri maka yang akan dipejari nantinya adalah tentang bhuta dan Dewa yang terdapat dalam diri manusia, dimana Dewa di dalam dan butha di luar. (lontar tutur pengiwa 1b.)
Silahkan perhatikan, baru AKAN belajar saja sudah berat tantangannya. Setelah memahami tattwa yang terkandung dalam pemabah pengiwa tersebut, tentu praktisi harus mampu menggunakan sarining penugran sanghyang aji saraswati, yang artinya dasa aksara dan kanda pat susah fasih dilaksanakan.
Trus..
Apakah menurut para semeton pembaca, praktisi setara kemampuannya dengan para balian LIVE-er itu..?
Bermain tunggul #PancaGni tidak semudah menghafal anak sekolahan, yang terus dihayalkan... atau dengan permainan hypnotis, sugesti diri saja..
karena, ini tidak sekedar main bawah sadar atau niskala saja, LEAK itu butuh pembuktian NYATA, dengan hal nyata itulah mereka menunjukan dirinya.
Gambaran sedikit berkenaan "sorganya" para praktisi leak.. praktisi memiliki target capaian semasa hidupnya, bila tidak tercapai semasa hidup, maka nerakalah yang diperoleh.. Dalam menggapai puncak capaiannya itu, praktisi dituntut mampu memurnikan 18 roh anggota keluarganya, serta 118 roh orang lain..
Bayangkan...
bagaimana cara memurnikan roh orang lain? sedangkan ngurip aksara saja belum mampu.. Rangkaian latihan yang harus dijalani mulai dari kemampuan mentranafer energi aktif, kemudian ngurip aksara, pemurtian gni sakti dengan ciri rambut mengeluarkan cahaya, uap nafas menyemburkan kedip2 dengan bara api dll.. Setelah itu baru bisa homadyatmika, membersihkan diri, dan tahap berikutnya memurnikan roh orang lain..
Sangat jauh dan berat...
Dengan gambaran tersebut, tentu para oknum BALIAN LIVE bukan levelnya..
Adapun cara pemurnian aksara tersebut dengan "pangerehan di pamuhunan".
Pertanyaan orang awam, apakah pratisi dalam berritual membawa banten, sanggah cucuk, titimamah kepala manusia..?
Tentu tidak..
seperti dalam lontar peyadnya disebutkan, semua banten itu simbol diri, jadi praktisi menciptakan banten dengan "ngredana", bukan dengan membeli banten seperti kita umumnya. Mereka cukup ngregepan, maka semua piranti ritual yang diperlukan akan muncul..
Adapun yang akan dimurnikan rohnya tidak sembarangan, praktisi harus mampu melihat aksara mana yang bermasalah dan akan dimurnikan.. tidak sekedar ritual saja. Saat puncak kultusnya, praktisi akan melihat penyatuan ongkara ngadeg, ongkara sungsang dan menemukan ongkara mingmang. Saat terbentuk itulah barulah praktisi kultus disebut menjalankan ajaran pangliakan, kasarnya diterima kredit pemurnian aksaranya.
Jadi..
jangan menganggap remeh para penekun itu.
Seperti bahasan sebelumnya, ada kalanya batas kesabaran habis.. saat itulah yang wajib diwaapadai.. karena praktisi memiliki akses langsung, maka dengan mudah mereka (praktisi leak) memohon langsung kepada betari, atas dasar kesalahan yang diperbuat..
Mari kita waspada.. bermain sandiwara itu baik, apalagi untuk menghibur orang banyak.. cuma jangan kelewatan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar