Senin, 11 Juli 2022

Uang Kepeng Cina pada Tradisi Hindu di Bali

 


Uang kepeng Cina berdasarkan uraian sebelumnya adalah sudah mendarah daging dan tak terpisahkan dari tradisi upakara ke-Agamaan di Bali. Meski posisinya bukan sebagai alat pembayaran yang sah saat ini. Tetap nilainya tak tergantikan dalam hal upakara di Bali.
Sehingga keberadaan uang kepeng pada tradisi yadnya di Bali adalah sebagai sesari atau bisa dipandang sebagai simbol intisari yang bermakna usaha melepas kemelekatan pada simbol kerakusan dengan obatnya “Dha” yaitu Dhana.
Dengan sebuah yadnya itu dilengkapi sesari maka semakin tinggilah kemuliaan dari yadnya tersebut. Saking pentingnya keberadaan Uang Kepeng yang juga bisa di maknai simbol Omkara dan oleh karena saking langkanya keberadaan uang kepeng Cina asli, sehingga versi serupa be-be’an (daging) akal-akalan para pegetarian (saya tidak habis pikir...udah pegetarian kok masih membuat bentuk makanan serupa be siap (daging ayam) sisit, mengapa kok tidak cukup be (daging) tempe saja?... ada berupa yaitu uang kepeng palsu dari seng ataupun uang kepeng pancadatu buatan lokal yang menyerupai Uang Kepeng Cina. Bagi saya pribadi hal demikian tidak masalah karena kita sudah melakukan penukaran dengan mata uang berlaku. Jadi nilainya tetap setara.
Walau demikian memang penyertaan Uang Kepeng Cina pada upakara tetap dipandang jauh lebih baik. Sehingga ada yang tetap mengusahakan untuk memperoleh Uang Kepeng Cina asli meski buatan lokal sudah ada dan materinya memakai campuran 5 logam dengan aksara Bali. Jadi masalah kepuasan dan rasa kemantapan itu ada di pemohon yadnya (Yajamana).
Seperti yang saya sebutkan pada bagian sebelumnya. Ada banyak upacara yang memerlukan keberadaan Uang Kepeng Cina. Misal pada upacara manusa yadnya pada: Banten Magedong-gedongan, Banten Mabayuh, Banten Otonan, Pawintenan di Bunga (Lontar Dharma Kahuripan), Ngelukat Bebotan, Banten Jejangan, Munggah Daha, Tegen-tegenan, dst.
Pada upacara kematian sendiri untuk di Bali, sudah barang tentu tidak akan mungkin untuk meniadakan keberadaan dari uang kepeng Cina ini. Sehingga ada namanya ukur kepeng yaitu uang kepeng yang dirangkai dengan benang putih satu persatu dan berbentuk menyerupai manusia. Ukur Kepeng ini kemudian dirajut (Majauman) dengan Kajang (Kain yang berisi rerajahan) sebagai simbol baju dari Sang Pitara yang dihaturkan oleh keturunannya dan dirajut oleh semua kerabat mendiang. Selain Ukur kepeng ada juga yang namanya Ukur Selaka dan Ukur emas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar