Jika Anda sering menonton film kartun Avatar si pengendali udara, maka Jyotisa Sastra mirip seperti itu. Di dalamnya terdapat cara-cara untuk mengendalikan dan memanipulasi energi alam agar selaras dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sebagai contoh, sebuah plot (wilayah) rumah lazimnya berbentuk persegi atau persegi panjang. Setiap sudut mewakili elemen berbeda. Elemen air ada di timur laut, api di tenggara, tanah di barat daya, dan udara di barat laut. Jika seseorang membangun rumah, tata letak ruangan dan benda-benda harus mengikuti elemen ini. Misalnya, kolam dan sumber air hendaknya ditaruh di timur laut. Dapur dan sekering listrik hendaknya ada di tenggara. Gudang, tangga dan tangki hendaknya ada di sisi barat daya, sedangkan kebun, taman atau tempat resapan hendaknya ada di sisi barat laut. Ini akan membuat energi rumah menjadi stabil.
Sebagian orang masih menganggap bahwa ilmu elementer Jyotisa adalah ilmu agama (Hindu). Meskipun memakai istilah dalam bahasa Sanskerta, Jyotisa Sastra samasekali bukan ilmu agama. Ia adalah ilmu yang bisa diterapkan di mana saja, kapan saja, dan oleh orang yang memeluk keyakinan apa saja. Semuanya terkait dengan energi alam.
Dalam kitab-kitab suci Hindu dinyatakan bahwa setiap jenis energi alam adalah bagian dari energi Tuhan. Setiap energi ini memiliki kepribadian. Inilah yang disebut dengan 'dewata'. Jadi, para dewata adalah pengatur-pengatur pos-pos energi itu. Para dewata bukan beragama Hindu, Buddha, Islam, Kristen atau apa pun. Mereka adalah wujud-wujud energi alam yang universal.
Jadi, manusia, apa pun keyakinannya, hendaknya hidup selaras dengan alam. Siapa pun manusia itu, jika tidak ikut serta menjaga keseimbangan energi, maka dia akan terlempar dari siklus alam ini. Penolakan alam atas manusia timbul sebagai bencana, penyakit dan gangguan-gangguan lain baik fisik atau mental.
Semoga bermanfaat.
Arya Lawa Manuaba


Tidak ada komentar:
Posting Komentar