Senin, 11 Juli 2022

Sugra Ajung

 


Sugra Ajung, ini khusus untuk Ajung, sebuah saran dari anak kecil. Sudah yang comen bahwa sloka di Bhagawad Gita- (selanjutnya titiang singkat dengan BG)-tidak berdiri sendiri. Bab IX 27 justru mematahkan sloka 26. Kemudian juga disandingkan dengan apakah upacara yadnya itu satwika berarti merujuk Bab XVII tentang Gunatraya. Mundur dulu ke Bab II tentang Samkya dan Yoga, sloka induknya yang mana?. Karena di sana seluruh sloka induknya di Bab II hanya 19 sloka saja. Sebenarnya di Bab II BG sudah tamat. Itu yang pertama, yang kedua apabila kita ingin menggali pemahaman dari BG, hendaklah kita sepakati dulu BG yang digunakan yang memang gubahan untuk keagamaan. Ketiga, BG di gubah oleh ribuan orang yang kepentinganya dapat dikatagorikan menjadi tiga: Gubahan para sarjana liberal adalah pendekatannya sain, yang menganggap bahwa sloka-sloka BG adalah buatan manusia sebagai karya seni sastra. Gubahan kedua adalah kepentingan sektarian untuk modal misionaris (Waisnawa yang menjadikan jalan bhakti paling utama, Saiwais menekankan karmani, Brahma Kumari menekankan jnana dll). Keempat, BG bukan kitab berdiri sendiri, ia harus di sandingan dengan Upanisad sedikitnya 18 upanisad utama, kemudian di cocokan dengan kitab Brahma Sutra, ketiga kitab ini dikenal dengan Prasthanatraya. Sayangnya di Indonesia yang pertama menggubah, bukan orang Bali dia adalah Amir Hamsah 1933, dikemudian hari hadir saduran dari Wilson terjemahnya bahasa inggis oleh Nyoman S Pendit 1963, Kitab ini di cetak oleh Binmas Hindu dan disetujui oleh Parisada Pusat. Jadi pada hakekatnya Bali tidak menggunakan pedoman dari BG. Bali mengunakan Basya Sastra yang di tuangkan dalan kropak lontar yang dianggap sudah berdasarkan Weda Sirodite ( Weda Sirah-Pokok-pokok Weda Samhita). Dengan demikian, harus jujur mengakui BG mulai rame di bicarakan semenjak diadakannya pembacaan BG secara klosal di Pura Tanah Lot bebrapa tahun yang lalu, kini diperkenalkan penerbitkan 1 000 000 buku oleh pihak sektaraian dan disetujui oleh Parisada Pusat. Apakah sudah terealisasi? Harapan titiang, Ajung, agar pendalaman BG untuk Agama Hindu dalam praktek mulai meningkatkan kerohanian kita bersama, sehinga segala benruk Uperenga, Upakara dan Upacara sebagai sadhana dalam bentuk jejahitan, tetandingan sorohan yang dikemas menjadi BANTEN, dapat memaknai segenap simbul-simbul yang dilandasi seni dan budaya, mudah dikaji secara falsafati. Hasil yang kita harapakan arang Bali yang beragama Hindu adalah unggul dalam menjabarkan upacara bebantenan, cerdas dalam pergaulan budhi pekerti atau tata-susila, karena tata-susila itu sendiri adalah bagian dari kajain filsafat, oleh karena itu Tiga kerangka yang mendasari Hindu menjadi gugur. Cukup Upacara yang berbasis Filsafat atau Dharsana. Ingging asapunika Ajung. Jika ada yang salah dan kurang, itu adalah titiang yang salah, jika ada yang benar, adalah milik Hyang Widhi. Rahayu Ajung, sehat selalu agar ranah FB ini semakin hari semakin cemerlang dan berbobot. Swaha.


- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar